JAKARTA- Larangan ekspor chip AI ke China yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada April lalu berdampak buruk. Otoritas China sekarang malah balas dendam dan meminta perusahaan lokal menghindari menggunakan chip buatan Nvidia, setelah Trump berubah pikiran dan mencabut larangannya.
Pencabutan larangan ekspor chip oleh Trump dilakukan sebagai upaya negosiasi agar China membuka kembali akses ke logam tanah jarang.
Gedung Putih juga menginformasi Nvidia dan AMD sepakat memberikan 15% pendapatannya dari China kepada pemerintah AS.
Nvidia dan AMD juga telah mengatakan akan melanjutkan pengiriman ke China pada bulan lalu. Ini dilakukan setelah pemerintah AS mewajibkan adanya lisensi ekspor yang diterapkan awal tahun ini.
Namun, China melakukan aksi pembalasan dengan menyerukan boikot chip AS kepada para pemain lokal. Pihak berwenang dilaporkan telah meminta perusahaan menghindari penggunaan chip Nvidia dan AMD.
Larangan itu dilakukan khusus untuk penggunaan pemerintah dan keamanan nasional, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Aksi balas dendam China ini bisa sangat merugikan kedua perusahaan. Sebab negara tersebut merupakan pasar utama bagi pembuat chip AI.
Sebuah akun media sosial terhubung dengan medsos pemerintah China menyebut Chip H20 buatan Nvidia tidak aman.
Kerugian tersebut juga pernah diungkapkan oleh CEO Nvidia Jensen Huang. Menurutnya bisa jadi kerugian besar saat perusahaannya tersingkir dari China.
Bahkan dia memproyeksikan pasar AI di China bisa melonjak besar. Dalam dua hingga tiga tahun, industri itu bisa mencapai US$50 miliar.
Media China Sebut Chip Nvidia H20 Tak Aman
Sebelumnya dilaporkan, media resmi China, Yuyuan Tantian, menilai chip kecerdasan buatan (AI) H20 produksi Nvidia tidak aman digunakan di negara tersebut.
Pernyataan ini disampaikan akun media sosial Yuyuan Tantian yang berafiliasi dengan stasiun penyiaran negara CCTV pada Minggu (10/8), usai pemerintah Beijing mengungkap kekhawatiran terkait dugaan adanya akses backdoor pada chip itu.
Yuyuan Tantian menyebut H20 bukan hanya bermasalah soal keamanan, tetapi juga dianggap tidak memiliki teknologi yang maju, serta tidak ramah lingkungan.
“Ketika sebuah chip tidak ramah lingkungan, tidak canggih, dan tidak aman, sebagai konsumen, tentu saja kita punya pilihan untuk tidak membelinya,” tulis media tersebut mengutip Asia Nikkei.
Nvidia belum memberikan komentar resmi terkait tuduhan ini.
H20 merupakan chip AI yang dirancang khusus untuk pasar China, setelah Amerika Serikat (AS) memberlakukan pembatasan ekspor chip AI canggih pada akhir 2023.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump sempat melarang penjualan chip ini pada April 2025 di tengah memanasnya ketegangan dagang dengan Beijing, tapi kemudian mencabut larangan tersebut pada Juli kemarin.
Kekhawatiran China mencuat pada 31 Juli lalu, ketika badan pengawas dunia maya negara itu memanggil pihak Nvidia untuk menjelaskan dugaan adanya backdoor, metode tersembunyi yang dapat digunakan untuk melewati sistem otentikasi atau kontrol keamanan.
Nvidia kala itu menegaskan produknya tidak memiliki backdoor yang memungkinkan akses atau kendali jarak jauh.
Namun, Yuyuan Tantian menuding chip tersebut bisa menjalankan fungsi seperti “remote shutdown” melalui backdoor perangkat keras.
Kritik ini muncul tak lama setelah People’s Daily, media resmi Partai Komunis China, juga menekan Nvidia.
Dalam komentar awal Agustus, People’s Daily menegaskan Nvidia perlu memberikan bukti keamanan yang meyakinkan demi menghilangkan kekhawatiran pengguna di China dan memulihkan kepercayaan pasar. (Web Warouw)