Rabu, 20 Agustus 2025

TRUMP MAKIN GANAS..! Jadi Buron AS, Presiden Venezuela Kerahkan Jutaan Milisi

JAKARTA – Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada Senin (18/8/2025) mengumumkan akan mengerahkan 4,5 juta anggota milisi sebagai respons terhadap “ancaman” dari Amerika Serikat.

“Minggu ini, saya akan mengaktifkan rencana khusus dengan lebih dari 4,5 juta milisi untuk memastikan perlindungan di seluruh wilayah nasional—milisi yang siap, aktif, dan bersenjata,” ujar Maduro dalam siaran televisi nasional, sebagaimana dilansir AFP.

Milisi Venezuela dibentuk oleh pendahulu Maduro, Hugo Chavez, dengan jumlah mencapai sekitar 5 juta orang. Namun media barat selalu, mengecilkan angka tersebut.

Maduro melontarkan pernyataan itu setelah Washington menggandakan hadiah penangkapan dirinya menjadi 50 juta dollar AS (Rp 808 miliar) atas tuduhan perdagangan narkoba.

Pemerintahan Donald Trump menuding Maduro memimpin jaringan penyelundupan kokain bernama Cartel de los Soles. AS sebelumnya juga menjatuhkan sanksi kepada kelompok tersebut dan pemerintahan Maduro.

“Ini adalah pembaruan dari ancaman yang aneh, fantastis, dan konyol dari AS,” kata Maduro sambil mengecam langkah terbaru Washington.

Selain itu, militer AS dilaporkan mengerahkan sejumlah kapal ke kawasan Karibia bagian selatan sebagai bagian dari operasi anti-narkoba.

Venezuela Siap Hadapi 

Menteri Dalam Negeri Venezuela Diosdado Cabello menegaskan pihaknya juga telah menyiagakan pasukan di wilayah laut.

“Kami juga ditempatkan di seluruh Karibia… di laut kami, milik kami, wilayah Venezuela,” katanya.

Sementara itu, Maduro menyerukan basis politik pendukungnya untuk mempercepat pembentukan milisi petani dan pekerja di berbagai industri.

“Senjata dan rudal untuk kekuatan petani! Untuk membela wilayah, kedaulatan, dan perdamaian Venezuela,” tegas Maduro.

Hadiah 50 Juta Dollar

Kepada Bergelora.com di Jakarta sebelumnya diberitakan, pemerintah Amerika Serikat (AS) semakin serius ingin menangkap Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang telah menjadi buron “Negeri Paman Sam” sejak beberapa tahun terakhir.

Jaksa Agung AS Pam Bondi mengumumkan hadiah sebesar 50 juta dollar AS (sekitar Rp 814 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro, setelah sebelumnya memasang hadiah 25 juta dollar AS (sekitar Rp 407 miliar) pada Januari lalu.

Langkah ini diumumkan Bondi dalam sebuah video di media sosial pada Kamis (7/8/2025), sambil menuding Maduro sebagai “salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia” dan “ancaman bagi keamanan nasional AS.”

Washington juga menegaskan tidak mengakui kemenangan Maduro dalam dua pemilu terakhir, termasuk pilpres 2024 yang disebut “curang secara terang-terangan.”

Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil mengecam langkah AS tersebut, menyebutnya sebagai “propaganda politik yang konyol,” sambil menegaskan martabat negaranya.

“Kami tidak terkejut, mengingat siapa yang memberitakannya,” kata Gil, menuduh Bondi mencoba mengalihkan perhatian masyarakat AS dari berita mengenai penanganan kasus pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein, seperti dikutip dari BBC.

Ketegangan AS–Venezuela memuncak sejak 2020, ketika pemerintahan Donald Trump mengajukan dakwaan terhadap Maduro dan sejumlah pejabat tinggi Caracas di pengadilan federal New York. Maduro dituduh memimpin jaringan penyelundupan kokain bernama Cartel of the Suns yang bekerja sama dengan kelompok pemberontak Kolombia FARC — yang dikategorikan AS sebagai organisasi teroris — untuk mengirim ratusan ton narkotika ke AS selama dua dekade.

Jaksa Bondi juga menuduh Maduro berkoordinasi dengan geng Venezuela Tren de Aragua serta kartel narkoba Meksiko Sinaloa.

Badan Antinarkotika AS (DEA) mengeklaim telah menyita 30 ton kokain yang terkait dengan Maduro dan kroninya, termasuk hampir tujuh ton yang disebut langsung terhubung dengan dirinya.

Selain itu, sejak September lalu, AS menyita lebih dari 700 juta dollar AS (sekitar Rp 11 triliun) aset terkait Maduro, termasuk dua pesawat milik pemerintah Venezuela.

Pemerintah AS menilai operasi ini bukan hanya soal perdagangan narkoba, tetapi juga strategi “narko-terorisme” untuk “membanjiri” pasar AS dengan kokain.

Jika berhasil ditangkap dan diadili, Maduro yang kini berusia 62 tahun terancam hukuman penjara seumur hidup.

Maduro telah berulang kali membantah semua tuduhan, menyebutnya “palsu dan tak berdasar.”

Namun, kasus ini mendapat perhatian baru setelah mantan kepala intelijen Venezuela, Hugo “El Pollo” Carvajal, pada Juni lalu mengaku bersalah atas dakwaan penyelundupan narkoba dan terorisme narkotika di AS.

Media Miami Herald melaporkan, Carvajal siap memberikan dokumen dan kesaksian yang bisa memberatkan Maduro.

Sementara itu, pemerintahan Caracas menuding AS melakukan intervensi dan menolak semua sanksi internasional yang dikenakan. Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Diosdado Cabello bahkan menuduh AS dan oposisi Venezuela berada di balik rencana serangan bom yang digagalkan di ibu kota Caracas. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru