JAKARTA — PT Freeport Indonesia mengungkap sejumlah tantangan dalam mengevakuasi tujuh pekerja yang terjebak di tambang bawah tanah Grasberg, Tembagapura, Mimika, Papua Tengah sejak Senin (8/9).
VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati mengatakan tim penyelamat bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi para pekerja.
“Tim penyelamat bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi keberadaan karyawan dengan alat berat, bor, dan drone , meski terus-menerus menghadapi tantangan besar dan risiko keselamatan tinggi,” kata Katri melalui keterangan tertulis, Rabu (17/9).
Ia mengatakan tantangan terbesar yang disampaikan kali ini adalah volume material basah yang masih aktif dalam jumlah yang besar. Katri menyebut volumenya lebih besar dibandingkan yang selama ini mereka temukan.
“Ini membuat proses konservasi menjadi sangat kompleks, penuh risiko, dan memerlukan waktu tambahan untuk membersihkan material dalam jumlah besar tersebut,” ujarnya.
Katri menyampaikan kepada Freeport secara sadar upaya penyelamatan ini penuh tantangan, tak mudah, dan dikirimkan. Namun, mereka menyatakan tidak akan menyerah dan akan terus mengerahkan segala daya upaya.
“Kami menyadari bahwa upaya penyelamatan ini penuh tantangan, tidak mudah, dan mengkhawatirkan. Namun demikian, kami tidak akan menyerah dan akan terus mengerahkan segala daya upaya. Keluarga dari karyawan juga telah berada di Tembagapura untuk mendapat informasi langsung, dukungan dan pendampingan,”.katanya.
“Kami mengajak seluruh pihak untuk mendoakan kelancaran operasi penyelamatan serta keselamatan tim yang bertugas di lapangan,” tandas Katri.
Katri mengatakan sejumlah pemimpin Freeport telah meninjau langsung pelaksanaannya. Petinggi Freport juga telah bertemu dengan keluarga pekerja serta mengikuti doa bersama di berbagai komunitas di Tembagapura.
Pimpinan Freeport-McMoRan, Chairman of the Board of Directors Richard Adkerson, President and Chief Executive Officer Kathleen Quirk, didampingi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas meninjau langsung upaya penyelamatan yang dilakukan.
“Mereka bertemu dengan keluarga karyawan serta mengikuti doa bersama di berbagai komunitas di Tembagapura,” jelas Katri.
Freeport juga telah membuka ruang beberapa pihak meninjau lokasi evakuasi. Beberapa pihak yang sudah datang di antaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kepala Inspektur Tambang (KaIT) bersama tim Inspektur Tambang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan BASARNAS Mimika. Mereka telah meninjau beberapa titik dimana upaya evakuasi dilakukan.
Tujuh pekerja Freeport terjebak di tambang bawah tanah Grasberg, Tembagapura, Mimika, Papua Tengah sejak longsor Senin (8/9).
Semua Aktivitas Tambang Freeport Dihentikan
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah melapor ke Presiden Prabowo Subianto terkait kejadian ini. Bahlil menyebut cuaca masih terkendala.
“Sampai dengan hari ini, Freeport masih dalam proses evakuasi. Cuaca di sana memang masih dalam kondisi yang belum memungkinkan karena memang itu bisa terjadi di underground , tapi semuanya aktivitas Freeport produksi dihentikan. Semua fokus untuk mencari korban. Sekarang lagi dilakukan,” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (17/9)
Bahlil Lahadalia mengungkapkan, bahwa seluruh aktivitas produksi di area tambang Grasberg Block Caving (GBC) dihentikan sementara.
Menurut Bahlil, seluruh sumber daya saat ini difokuskan untuk menyelamatkan pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terjebak di tambang bawah tanah tersebut sejak Senin (8/9/2025) malam.
“Semua kekuatan kita fokuskan untuk menangani persoalan longsor. Kepala inspektur tambang juga ada di sana. Direktur juga ada di sana,” kata Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Rabu (17/9/2025).
Bahlil membeberkan proses evakuasi sendiri hingga kini masih dalam persiapan. Mengingat, cuaca di lokasi tersebut masih belum memungkinkan.
“Sampai dengan hari ini, Freeport masih dalam proses persiapan evakuasi. Cuaca di sana memang masih dalam kondisi yang belum dimungkinkan. Karena memang itu kan terjadi di underground,” kata Bahlil. (Web Warouw)