JAKARTA- Bagi yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri dan mencari kesempatan karier, Korea Selatan bisa menjadi salah satu negara tujuan.
Pemerintah Korea Selatan kini tengah meluncurkan Study Korea 300K Project yang bertujuan menarik 300.000 mahasiswa internasional hingga 2027 untuk mengisi kekosongan tenaga kerja terampil akibat krisis populasi.
Pasalnya, Korea Selatan kini diguncang oleh krisis demografi yang sangat serius. Angka kesuburan total (fertility rate) di negara ini jatuh ke 0,72 bayi per perempuan pada 2023 dan menjadi angka terendah di antara negara-negara anggota OECD. Karena itu, Korea Selatan membuka akses lebih luas bagi pelajar internasional untuk berkuliah bahkan berkarier setelah lulus di sana.
Beasiswa Kuliah Gratis Hingga Pertukaran Pelajar
Melansir studyinkorea.go.kr, Study Korea 300K Project secara umum terbuka untuk pelajar internasional dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, yang memenuhi syarat untuk mendaftar studi di universitas-universitas Korea Selatan. Program ini menargetkan pelajar yang tertarik pada bidang seperti STEM, humaniora, dan seni, dengan dukungan berupa beasiswa, bantuan visa, dan program orientasi.
Cakupan dari program Study Korea 300k Project antara lain:
- Terbuka S1 lewat Global Korea Scholarship (GKS) dan beasiswa penelitian
- Student exchange dengan mahasiswa internasional
- Memperluas pilihan visa bagi mahasiswa dan peneliti internasional Tunjangan kependudukan bagi orang tua dan pasangan
- Kesempatan belajar bahasa Korea (Korean language training) sebagai bagian dari adaptasi sebelum atau saat studi.
- Meluncurkan platform K-Work yang memudahkan akses pekerjaan bagi lulusan internasional
- Perluasan akses kerja paruh waktu selama studi, dan kemungkinan perpanjangan izin tinggal setelah lulus, terutama untuk lulusan bidang STEM, agar lulusannya bisa tetap berkontribusi di Korea.
Untuk berpartisipasi, calon peserta harus memenuhi persyaratan standar seperti memiliki ijazah sekolah menengah atas atau sarjana (tergantung level studi), skor TOPIK atau TOEFL/IELTS yang memadai, serta kemampuan finansial dasar untuk visa D-2.
Pendaftaran dilakukan melalui portal universitas mitra atau platform nasional, dengan prioritas diberikan kepada pelamar dari negara-negara Asia Tenggara dan Afrika untuk diversifikasi. Informasi lengkap dan aplikasi dapat diakses melalui situs resmi Kementerian Pendidikan Korea Selatan moe.go.kr atau pusat informasi Study in Korea.
Beasiswa GKS 2026 Buka Pendaftaran
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, salah satu upaya utama dalam program Study Korea 300K Project adalah memperluas program Beasiswa Global Korea (GKS). GKS (Global Korea Scholarship) yang dulu dikenal sebagai KGSP (Korea Global Scholarship Program).
Pendaftaran GKS) 2026 untuk kuliah S1 di Korea Selatan sudah dibuka mulai 15 September 2025 dan ditutup pada 31 Oktober 2025. GKS merupakan program beasiswa penuh yang dikelola langsung oleh NIIED (National Institute for International Education), lembaga di bawah Kementerian Pendidikan Korea Selatan. Beasiswa ini ditujukan untuk mahasiswa internasional yang ingin melanjutkan studi di Korea, mulai dari jenjang D2 (associate degree), S1, S2, hingga S3.
Syarat umum mendaftar GKS adalah peserta dan orangtua harus punya kewarganegaraan non-Korea, dan harus memenuhi persyaratan akademik seperti IPK atau prestasi studi sesuai ketentuan dari NIIED. Tujuan utama beasiswa ini adalah untuk memperkuat daya saing Korea Selatan di kancah global. Dengan cara membangun kerja sama pendidikan dan memperluas jaringan sumber daya manusia lintas negara.
Menurut situs resmi gks.go.kr cakupan GKS sebagai berikut:
- Tiket pesawat PP Indonesia – Korea pada awal dan akhir masa penerimaan beasiswa.
- Tunjangan awal saat pertama kali tiba di Korea sejumlah 200,000 KRW (± Rp 2,5 juta).
- Tunjangan untuk Program Sarjana senilai 900,000 KRW (± Rp 11,8juta) setiap bulan. Tunjangan untuk Program Master dan Doktoral senilai 1,000,000 KRW (± Rp 12,6 juta) setiap bulan. Sedangkan untuk Program Riset diberikan tunjangan senilai 1,500,000 KRW (± Rp 18,9 juta) setiap bulan.
- Tunjangan penelitian sejumlah 210,000 s/d 240,000 KRW per semester.
- Biaya belajar bahasa Korea selama 1 tahun sebelum perkuliahan (tidak tersedia bagi pelamar Program Riset). Pihak NIIED menanggung sejumlah 800,000 KRW dan sisanya ditanggung oleh pihak universitas.
- Tanggungan penuh biaya perkuliahan.
- Penggantian biaya pencetakan tesis dan disertasi senilai 500,000 s/d 800,000 KRW.
- Asuransi kesehatan sebesar 20,000 KRW per bulan.
- Hibah Kemampuan Bahasa Korea sejumlah 100,000 KRW per bulan bagi penerima beasiswa GKS yang memiliki TOPIK level 5 dan 6.
Hibah Penyelesaian Beasiswa: 100,000 KRW. Dengan syarat: dana ini diberikan kepada penerima beasiswa KGSP yang kembali ke negara asal setelah menyelesaikan masa studi selama penerimaan beasiswa. Dan dana ini tidak berlaku bagi mereka yang memutuskan untuk menetap di Korea setelah menyelesaikan masa studi mereka.
Proses seleksi GKS melalui dua jalur utama, yaitu Embassy Track, melalui kedutaan di negara asal pelamar dan University Track, yaitu melalui universitas yang ditunjuk di Korea.
Kemudahan visa dan kesempatan kerja setelah lulus kuliah
Dilansir dari The Worldfolio, Menteri Pendidikan Korea Selatan, Lee Ju-Ho, menjelaskan beberapa strategi inti dari program ini:
1. Kolaborasi antara universitas, pemerintah daerah, dan sektor swasta Bukan cuma universitas saja, tetapi juga pemerintah lokal dan perusahaan didorong untuk ikut mendesain lingkungan pendidikan yang ramah bagi mahasiswa internasional, termasuk peluang magang, kerjasama penelitian, dan peluang kerja setelah lulus.
2. Penyederhanaan visa dan dokumen terkait Salah satunya adalah melonggarkan aturan visa kerja setelah lulus, mempermudah prosedur administratif agar calon mahasiswa asing tidak terbebani.
3. Fokus pada bidang STEM dan regional non-Seoul Untuk memperkuat keahlian teknologi tinggi di dalam negeri, pemerintah memperbesar kuota siswa asing terutama di bidang sains, teknologi, teknik, matematika. Juga mendorong agar universitas di luar Seoul menerima lebih banyak mahasiswa internasional agar distribusi pendidikan lebih merata.
4. Peningkatan kualitas layanan dan promosi internasional Membuka pusat pendidikan Korea (Korean Education Centers) di berbagai negara, penggunaan materi digital bahasa Korea, promosi lewat budaya Korea (drama, K-pop), dan memperkuat layanan mahasiswa asing agar tetap nyaman tinggal di Korea. (Enrico N. Abdielli)