Rabu, 2 Juli 2025

Tepat! Menteri Susi: BMKT Milik Bangsa Dan Indentitas Negera Maritim

JAKARTA – Wilayah perairan Indonesia merupakan wilayah strategis bagi pelayaran dunia sejak dahulu, menghubungkan negara-negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Maka tidak mengherankan ketika kapal tenggelam dan muatannya (Barang Muatan Kapal Tenggelam / BMKT) banyak ditemukan terdeposit di perairan nusantara. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan BMKT yang ditemukan ini merupakan milik bangsa dan identitas Indonesia sebagai negara maritim, sehingga perlu dijaga.

“Penangkapan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan beberapa tahun lalu itu penuh berdebu, banyak yang pecah bahkan rusak. Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, rasanya tidak ikhlas membiarkan begitu saja. Seperti tidak memiliki history. Dan Galeri ini bagian dari history kita”, ungkap Menteri Susi usai meresmikan Galeri BMKT di Gedung Mina Bahari IV Lantai 2, Senin (13/3).

Lebih lanjut Menteri Susi menjelaskan, galeri ini bukan sekedar sebuah bangunan, tapi ini adalah pesan tanggung jawab pemerintah untuk membawa BMKT sebagai kekayaan bahari lebih dekat kepada masyarakat dan menjadi sumber inspirasi untuk dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, ia juga mengajak para kolektor, dapat bekerjasama membawa tanggung jawab tersebut.

“Saya berharap para kolektor yang punya barang-barang artefak seperti ini mau bekerjasama untuk memperlihatkan BMKT ini kepada anak-anak bangsa. Jangan hanya menjadi koleksi pribadi. Saya ingin punya tempat, yang bukan saja hanya indah tapi juga aman untuk penyimpanan barang-barang yang bernilai ini,” lanjut Susi.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, berdasarkan estimasi yang dikeluarkan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (2000), ada 463 titik lokasi di perairan Indonesia, tersebar sebagian besar di perairan Kepulauan Riau, Selat Karimata, Perairan Bangka-Belitung, Laut Jawa. Sebaran kapal tenggelam tersebut umumnya membawa komoditi dan barang dari Cina, Asia Barat dan Eropa seperti Belanda (VOC), Inggris dan Spanyol.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Brahmantya Satyamurti mengatakan BMKT memiliki nilai yang kompleks, tidak saja secara ekonomi tapi juga sejarah dan ilmu pengetahuan. Teka-teki mengenai perdagangan, teknologi perkapalan dan hubungan antar bangsa dapat terjawab melalui temuan kapal dan BMKT.

“Dari sisi ekonomi, setiap lokasi BMKT dapat bernilai antara US$ 80 ribu – 18 juta dan apabila dimanfaatkan untuk mendukung pariwisata dapat menghasilkan US$ 800 – 126,000/bulan/lokasi. Nilai inilah yang kemudian mendasari Pemerintah untuk mengelola BMKT dan tidak ingin menyerahkannya kepada pihak lain, karena BMKT adalah milik bangsa dan identitas kita sebagai Negara maritim”, jelas Brahmantya.

Pemerintah memiliki sebuah Warehouse BMKT, yang menampung 200,000 lebih koleksi dari abad 9 – 18 Masehi. Selama ini, akses masyarakat BMKT disimpan di tempat tersebut memang dibatasi karena alasan keamanan, tapi paradigma pengelolaan BMKT saat ini harus diubah. Inilah kemudian menjadi alasan untuk membuat sebuah galeri, media untuk membawa BMKT lebih dekat kepada masyarakat, mulai dari pegawai pemerintah hingga masyarakat umum. Ada lebih dari 1.500 keping BMKT di galeri ini, kurang dari 1% dari jumlah BMKT yang kita miliki. Di galeri ini dipajang BMKT mulai dari jenis yang langka, seperti vas Liao dari abad ke 10 dan botol hijau dari Dinasti Fatimiyah, hingga produk massal, seperti mangkuk-mangkuk.

Kerjasama Kemdikbud

Bertepatan dengan peresmian Galeri BMKT, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Perjanjian ini merupakan sinergi KKP dengan Kemdikbud tentang Riset, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan Sumber Daya Arkeologi Maritim (SDAM).

Mewakili KKP dalam penandatanganan kerja sama tersebut adalah Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, M. Zulficar Mochtar. Sedangkan mewakili Kemendikbud adalah Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Totok Suprayitno.

KKP menunjukan keseriusan untuk secara mandiri mengelola BMKT dan tidak menyerahkannya kepada pihak swasta. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggandeng Kemendikbud untuk mensinergikan riset, pengelolaan sumber daya kelautan, dan penyiapan SDM dalam mengelola dan memanfaatkan benda muatan kapal tenggelam dan sumber daya arkeologi maritim.

Prioritas perjanjian kerja sama yaitu percepatan pembangunan sumber daya kelautan melalui  riset, pengelolaan dan pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan Sumber Daya Arkeologi Maritim (SDAM). Perjanjian kerja sama dimaksudkan sebagai bagian dari tata kelola dan pemanfaatan BMKT dan  SDAM, dengan unit koordinator di BRSDM adalah Pusat Riset Kelautan.

Disela-sela acara Peresmian Galeri BMKT atau “Marine Heritage Gallery” di Gedung Mina Bahari IV, Kepala BRSDMKP M. Zulficar Mochtar mengatakan, riset akeologi maritim yang dilakukan dalam lingkup BRSDMKP melibatkan multi-disiplin keilmuan yaitu geologi- geofisika, oseanografi, ekologi laut, serta arkeologi maritim itu sendiri yang kegiatannya melingkupi pengkajian awal, survei dan eksplorasi, identifikasi dan penentuan lokasi (site selection), analisis data dan nilai penting (site significance assessment) dan pendokumentasian. Disamping itu, tenaga ahli dan pendampingan akan disiapkan dan dilakukan oleh Peneliti pada Pusat Riset Kelautan (PUSRISKEL)-BRSDM.

Selain itu, ungkapnya, BRSDM akan menyusun kurikulum, metodologi, dan modul sebagai bahan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan BMKT dan SDAM, dan juga menyusun rekomendasi untuk pengelolaan dan pemanfaatan BMKT dan SDAM. Terkait dengan bentuk rekomendasi yang dikeluarkan BRSDMKP dari hasil kerjasama riset ini nantinya dapat berupa rekomendasi untuk pengelolaan dan pemanfaatan secara pelestarian insitu (insitu preservation) dengan gagasan “Taman Wisata Eko-Arkeologi Bawah Laut (Marine Eco-Archaeological Park)” yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir disekitarnya. Selain itu, rekomendasi ke arah Eskavasi (Pengangkatan) akan dilakukan apabila BMKT dan SDAM mendapatkan ancaman baik dari manusia (human threat) atau alam (natural threat).

Zulficar menambahkan, PUSRISKEL kedepan akan melakukan kegiatan riset tata ruang laut terkait sumber daya arkeologi maritim (SDAM), riset pemanfaatan BMKT untuk wisata bahari dengan membuat taman bawah laut eko-arkeologi dan ekskavasi di Pulau Laut Natuna serta membangun museum maritim di Belitung Timur.

Adapun BRSDM KKP bersama Badan Litbang Kemdikbud akan memberikan dukungan menyiapkan tenaga ahli dan pendamping; melakukan pengkajian awal dan eksplorasi BMKT dan SDAM; melakukan pemilihan lokasi; melakukan survei, identifikasi, dan dokumentasi; melakukan analisis nilai penting terhadap BMKT dan SDAM; menyusun dan mengelola pangkalan  data; menyiapkan bahan publikasi; menyusun kurikulum, metodologi, dan modul pendidikan dan pelatihan BMKT dan SDAM; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; dan menyusun rekomendasi untuk pengelolaan dan pemanfaatan BMKT dan SDAM.

Ditjen Pengelolaan Ruang Laut dalam pelaksanaan sinergi ini akan berkonsentrasi untuk menyediakan data dan informasi BMKT; menyiapkan sarana dan prasarana pengelolaan dan pemanfaatan BMKT; menyiapkan pedoman pengelolaan dan pemanfaatan BMKT ; menyusun dan mengelola pangkalan data BMKT dan SDAM; menyiapkan bahan publikasi BMKT; dan menyelenggarakan bimbingan teknis berkaitan dengan BMKT. (Lilly Aprilya Pregiwati)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru