Rabu, 22 Oktober 2025

NGELES NIH..! Danantara Bantah Menkeu Purbaya: Penempatan 30-40% Dana di SBN Demi Jaga Likuiditas

JAKARTA – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) mengungkapkan alasan strategis di balik penempatan sebagian dananya di pasar modal, termasuk Surat Berharga Negara (SBN). Strategi ini merupakan upaya diversifikasi untuk menjaga stabilitas dan likuiditas portofolio investasi nasional.

Managing Director Treasury Danantara Indonesia, Ali Setiawan, menjelaskan bahwa langkah ini penting untuk menyeimbangkan antara investasi jangka panjang di proyek berisiko dan instrumen yang mudah dicairkan.

“Kalau kita menerima dana 100, tentu tidak semuanya langsung digunakan untuk proyek berisiko tinggi. Sebagian perlu disimpan di instrumen yang likuid agar bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu,” ujar Ali di Jakarta, seperti dikutip dari Antara pada Minggu (19/10/2025).

Ali Setiawan memaparkan, portofolio Danantara Indonesia terbagi menjadi dua kategori utama: private investment (investasi langsung ke proyek) dan public investment (investasi di pasar modal).

“Misalnya 60-70% digunakan untuk membangun proyek strategis, sementara 30-40% ditempatkan pada aset likuid seperti SBN,” jelasnya.

Pendekatan ini diklaim vital agar Danantara Indonesia memiliki ruang fleksibilitas dalam menyalurkan pendanaan ke proyek prioritas tanpa mengorbankan likuiditas jangka pendek.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa sempat mengkritik rencana Danantara yang menempatkan dividen BUMN ke obligasi negara. Menurut Menkeu, langkah tersebut tidak memberikan nilai tambah bagi perekonomian.

“Saya tadi sempat kritik, kalau Anda taruh obligasi begitu banyak di pemerintah, keahlian Anda apa?” beber Purbaya usai menghadiri rapat perdananya di Dewan Pengawas Danantara di Wisma Danantara, Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Menanggapi hal tersebut, Ali Setiawan menjelaskan bahwa penempatan di SBN bersifat temporer. Ia juga menekankan bahwa sumber pendanaan Danantara Indonesia berbeda dari Sovereign Wealth Fund (SWF) di negara lain.

“Pendanaan kami seluruhnya bersumber dari dividen BUMN dan dalam rupiah. Jadi sifatnya lebih domestik, tidak seperti Sovereign Fund yang berasal dari hasil minyak atau dollar,” tegas Ali.

Proyek Besar

Ali Setiawan menguraikan, sekitar 60% alokasi investasi langsung diarahkan ke proyek-proyek berskala besar, kompleks, serta berdampak jangka panjang, seperti pembangunan hydropower plant yang bisa memakan waktu empat hingga lima tahun. Sebagian lainnya akan dialokasikan untuk quick win pipelines bersama sektor swasta.

Danantara Indonesia memfokuskan investasinya pada delapan sektor utama termasuk hilirisasi, energi, kesehatan, dan teknologi. Salah satu proyek yang tengah dikaji adalah Waste to Energy (WtE), yang dinilai relevan dengan kebutuhan pengelolaan sampah perkotaan dan transisi menuju energi bersih.

Ali memastikan kombinasi investasi langsung dan pasar modal ini akan memberikan multiplier effect besar bagi perekonomian, terutama dari sisi energi, pangan, dan kapital nasional.

“Kami memastikan investasi yang dilakukan bukan hanya terlihat di atas kertas, tetapi benar-benar memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” tandas dia. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru