Selasa, 2 Desember 2025

TERLAMBAT NIH..! Aktivis Anti Orde Baru Menolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Mengapa Gak Ada Tokoh Kiri Dijadikan Pahlawan? 

JAKARTA- Para aktivis anti Soeharto -Orde Baru menggalang penolakan terhadap gelar Pahlawan Nasional pada mantan diktator Soeharto. Mereka malah mempertanyakan mengapa. tidak ada tokoh-tokoh kiri yang nyata berjuang anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang dijadikan pahlawan nasional.

“Kami tak menolak mengakui jasa yang disumbangkan siapapun terhadap Republik ini — termasuk Soeharto. Tetapi kepahlawanan adalah hal yang jauh lebih besar dan penting dari sekedar menghargai jasa seseorang — siapapun dia, ” demikian pernyataan bersama yang diterima Bergelora.com di Jakarta, Senin, 10 November. 2025.

Para aktivis yang pernah diculik dan dipenjara Orde Baru yang dipimpin Soeharto itu menyatakan setuju rekonsiliasi bisa saja berguna untuk menyembuhkan luka-luka bangsa.

“Tapi bila demikian halnya, kami bertanya: Mengapa negara tidak secara konsekuen juga mengakui peran para tokoh-tokoh kiri Indonesia — mereka para pejuang anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang dihapus dari catatan resmi sejarah kemerdekaan hanya karena perbedaan ideologi?”

Di bawah ini isi lengkap pernyataan bersama itu:

PERNYATAAN BERSAMA

Atas nama keadilan sejarah dan integritas moral bangsa, kami mempertanyakan keputusan negara yang menobatkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.

Kami tak menolak mengakui jasa yang disumbangkan siapapun terhadap Republik ini — termasuk Soeharto. Tetapi kepahlawanan adalah hal yang jauh lebih besar dan penting dari sekedar menghargai jasa seseorang — siapapun dia.

Menjadikan klaim jasa sebagai dalih untuk menutupi, menyamarkan dan mengaburkan kesalahan atau kejahatan sejarah, sama saja dengan menyuntikan bius amnesia sejarah ke tubuh bangsa.

Bagi kami, Kepahlawanan adalah mekanisme moral kolektif: Cara suatu bangsa untuk mendidik anak-anaknya membedakan benar dari salah dalam sejarah. Memilih mana yang patut dihormati dan mana yang harus menjadi pelajaran.

Ia tidak boleh dikosongkan maknanya menjadi sekadar kemegahan personal, karena sesungguhnya ia adalah kompas moral bagi kehidupan bersama dalam menuju masa depan.

Kami setuju, rekonsiliasi bisa saja berguna untuk menyembuhkan luka-luka bangsa. Tapi bila demikian halnya, kami bertanya: Mengapa negara tidak secara konsekuen juga mengakui peran para tokoh-tokoh kiri Indonesia — mereka para pejuang anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang dihapus dari catatan resmi sejarah kemerdekaan hanya karena perbedaan ideologi?

Kami bertanya: Apakah bangsa ini telah kehilangan keberanian untuk mengakui sejarahnya sendiri? Apakah nilai nilai yang hendak diajarkan kepada anak anak dan cucu kita dari sikap inkonsisten dan mau menang sendiri tersebut?

Bahwa kekuasaan boleh berbuat apa saja sepanjang mendatangkan kemakmuran?

Bahwa kepatuhan pada negara lebih penting daripada kemanusiaan dan solidaritas sosial? Bahwa kebebasan adalah ancaman konstan pada pembangunan ekonomi?

Bahwa korban-korban boleh jatuh dan dilupakan demi stabilitas politik?

Jika itu pelajaran moral yang akan diwariskan kepada generasi muda, maka bangsa kita bukan sedang membangun masa depan, melainkan sedang memperpanjang bayang-bayang masa lalu.

Terhadap kemungkinan itu, kami menyatakan tidak setuju.

Jakarta, 10 November 2025

1. Andi Arief

2. Rachland Nashidik

3. ⁠Hery Sebayang

4. ⁠Jemmy Setiawan

5. ⁠Aam Sapulete

6. ⁠Robertus Robet

7. ⁠Syahrial Nasution

8. ⁠Rocky Gerung

9. Yopie Hidayat

10. ⁠Bivitri Susanti

11. ⁠Abdullah Rasyid

12. ⁠Ulin Yusron

13. ⁠Iwan D. Laksono

14. ⁠Beathor Suryadi

15. ⁠Affan Afandi

16. ⁠Zeng Wei Zian

17. ⁠Umar Hasibuan

18. ⁠Hendardi

19. Syahganda Nainggolan

20. Hardi A Hermawan

21. Denny Indrayana

22. Benny K. Harman

23. Endang SA

24. Yosi rizal

25. Syamsuddin Haris

26. ⁠Khalid Zabidi

27. ⁠Monica Tanuhandaru

28. ⁠Ikravany Hilman

29. ⁠Hendrik Boli Tobi

30. ⁠Isfahani

31. ⁠Elizabeth Repelita

32. ⁠Ronny Agustinus

33. Marlo Sitompul

34. ⁠Maulida Sri Handayani

35. ⁠Retna Hanani

36. Harlan

37. Jimmi R Tindi

38. Tri Aguszox Susanto

39. Oka Wijaya

40. ⁠Isti Nugroho

41. ⁠Riawandi Yakub

42. Aria Bima

43. ⁠Mardiyah C

44. ⁠Oscar Motuloh

45. Dita Indah Sari

46. Narendro Hariosetyawan

47. Nugroho Dewanto

48. Nursyahbani Katjasungkana

49. Ferry Amsari

50. Titi Anggraini

51. Zumrotin

Soeharto Resmi Pahlawan Nasional

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI Soeharto. Ia menjadi satu dari 10 tokoh yang diberikan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

Penganugerahan itu diberikan langsung kepada ahli warisnya yang hadir di Istana, yakni Bambang Trihatmodjo dan Siti Hardijanti Rukmana.

Berdasarkan pemaparan, Soeharto dikategorikan sebagai pahlawan bidang perjuangan. Ia diberikan gelar lantaran perjuangannya menonjol sejak masa kemerdekaan.

“Jenderal Soeharto menonjol sejak masa kemerdekaan. Sebagai wakil komandan BKR Yogyakarta, ia memimpin pelucutan senjata Jepang, Kota Baru 1945,” sebut narator saat Prabowo memberikan tanda gelar kepada ahli waris yang menerima.

Selain Soeharto, gelar pahlawan nasional juga diberikan kepada Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ia menjadi pahlawan dalam bidang perjuangan politik dan pendidikan Islam. Gus Dur dianggap sebagai tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia.

Sebagai informasi, acara penganugerahan dimulai dengan pengumandangan lagu “Indonesia Raya”. Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi mengheningkan cipta yang dipimpin oleh Presiden Prabowo, diiringi dengan lagu mengheningkan cipta.

Penganugerahan ini diberikan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 6 November 2025.

“Menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada mereka yang namanya tersebut dalam lampiran keputusan ini sebagai penghargaan dan penghormatan yang tinggi, atas jasa-jasanya yang luar biasa, untuk kepentingan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa,” bunyi kutipan Keppres.

Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2025

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, berikut ini 10 nama yang dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Prabowo:

1. Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid (Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam)

2. Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto (Bidang Perjuangan Bersenjata dan Politik)

3. Almarhumah Marsinah (Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan)

4. Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Bidang Perjuangan Hukum dan Politik) Baca juga: Ketua PP Muhammadiyah Dukung Soeharto jadi Pahlawan Nasional

5. Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)

6. Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bidang Perjuangan Bersenjata)

7. Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin (Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi)

8. Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)

9. Almarhum Tuan Rondahaim Saragih (Bidang Perjuangan Bersenjata)

10. Almarhum Zainal Abidin Syah (Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi)

(Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru