JAKARTA – Tiga astronot China berhasil kembali mendarat di Bumi pada Jumat (14/11/2025) setelah sempat tertahan di stasiun luar angkasa Tiangong.
Mereka sebelumnya tidak dapat pulang karena pesawat Shenzhou-20 yang seharusnya membawa mereka mengalami kerusakan akibat hantaman puing antariksa, dikutip dari USA Today, Jumat.
Pendaratan ini terjadi lebih dari seminggu dari jadwal semula, setelah dugaan hantaman serpihan luar angkasa menyebabkan jendela kapsul Shenzhou-20 retak dan tidak aman untuk digunakan kembali.
Awak Shenzhou-20 sebenarnya dijadwalkan menyelesaikan misi mereka pada Rabu pekan lalu. Mereka bahkan sudah menyerahkan “kunci” stasiun Tiangong kepada kru baru yang tiba untuk melaksanakan misi enam bulan berikutnya.
Namun, kepulangan mereka ditunda karena insiden tersebut, menurut kantor berita Xinhua.
Setelah menunggu selama sembilan hari, para astronot akhirnya pulang menggunakan pesawat Shenzhou-21, wahana yang sebelumnya dipakai kru pengganti.
Kondisi Para Astronot
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Sabtu (15/11) Tim medis memastikan bahwa ketiga astronot dalam kondisi fisik baik saat mendarat di Bumi.
“Jalan eksplorasi manusia ke luar angkasa tidaklah mulus,” kata salah satu astronot, Chen Dong, kepada para wartawan di depan kapsul, dilansir dari CNN, Jumat.
“Penuh dengan kesulitan dan tantangan, dan itulah alasan kami memilih menempuh jalan ini. Saya sangat bangga kami berhasil menyelesaikan misi. Kami akhirnya berhasil pulang dengan selamat,” tambahnya.
CMSA menjelaskan bahwa Shenzhou-20 mengalami “retakan kecil” pada jendela kapsul kembali, kemungkinan akibat benturan serpihan antariksa berukuran sangat kecil. Kerusakan itu membuatnya tidak aman digunakan untuk membawa kru pulang.
Pesawat tersebut akan tetap berada di orbit untuk keperluan eksperimen.
Selama tambahan waktu tinggal satu minggu tersebut, kru Shenzhou-20 berbagi fasilitas dengan astronot Shenzhou-21 yang baru tiba.
Program luar angkasa China Tiangong merupakan satu dari dua stasiun luar angkasa aktif saat ini, selain Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Sejak selesai dibangun pada 2022, China secara konsisten meluncurkan misi Shenzhou dua kali setahun, menjadi sumber kebanggaan nasional.
Dalam beberapa pencapaian terbaru, China memecahkan rekor Amerika Serikat (AS) untuk spacewalk terlama dengan durasi sembilan jam. Negara itu juga berencana membuka akses Tiangong bagi astronot asing, dengan rencana menerima astronot dari Pakistan tahun depan.
Kru baru Shenzhou-21, yang kini belum memiliki pesawat untuk kembali, mencakup Wu Fei, astronot termuda China yang pernah dikirim ke luar angkasa pada usia 32 tahun.
Sementara itu, pesawat Shenzhou-22 yang dijadwalkan meluncur tahun depan akan membawa satu astronot yang direncanakan menetap lebih dari satu tahun di orbit untuk eksperimen residensi jangka panjang.
Kemajuan pesat China dalam eksplorasi ruang angkasa telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, yang tengah bergegas mengirim astronot kembali ke bulan.
Pemerintahan Trump sebelumnya melarang warga negara China pemegang visa AS untuk ikut serta dalam program NASA.
Badan antariksa AS itu akrab dengan kesulitan memulangkan astronot yang tertahan di orbit. Contohnya, Astronot Frank Rubio yang terpaksa memperpanjang misinya hingga 371 hari, setelah kapsul Soyuz yang harus membawanya pulang mengalami kerusakan akibat serpihan antariksa.
Roscosmos kemudian mengirim kapsul pengganti yang akhirnya memulangkan Rubio bersama Sergey Prokopyev dan Dmitri Petelin.
Tahun lalu, Butch Wilmore dan Suni Williams dari NASA juga harus memperpanjang masa tinggal mereka hingga lebih dari sembilan bulan setelah pesawat yang membawa mereka ke ISS mengalami kerusakan saat uji terbang.
AS dan China kini bersaing dalam membangun institusi eksplorasi bulan. AS memimpin Artemis Accords, sementara China dan Rusia mengembangkan International Lunar Research Station (ILRS). (Web Warouw)

