Jumat, 12 Desember 2025

KORBAN JIWA BENCANA SUMATERA 974 ORANG..!  Pemerintah Digugat Tetapkan Status Bencana Nasional Terkait Banjir Sumatera

JAKARTA – Seorang advokat, Arjana Bagaskara Solichin, mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Dia meminta perubahan status bencana nasional untuk banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Dilihat di laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PTUN Jakarta, Senin (8/12/2025), gugatan Arjana teregister dengan nomor perkara 415/G/TF/2025/PTUN.JKT. Gugatan itu baru didaftarkan hari ini.

Ada empat tergugat dalam gugatan ini. Mereka ialah Pemerintah Republik Indonesia cq Presiden Prabowo Subianto sebagai tergugat I.

Kemudian, tergugat II adalah Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni. Tergugat III adalah Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa dan tergugat IV adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, dalam berkas gugatan yang , Arjana mengatakan gugatan ini diajukan karena banyaknya korban yang terdampak dari banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Namun dia mengatakan dampak yang ditimbulkan ini tak kunjung membuat banjir bandang dan longsor itu ditetapkan dalam status bencana nasional.

“Banyaknya jumlah korban yang terdampak, kerusakan infrastruktur, kerugian harta benda, hingga lumpuhnya ekonomi dan sosial masyarakat tidak membuat bencana banjir bandang ini ditetapkan sebagai bencana nasional. Memang tidak semua bencana alam yang terjadi dapat ditetapkan sebagai bencana nasional. Terdapat prosedur khusus yang menjadi dasar pemerintah menetapkan status bencana nasional,” ujar Arjana.

Dia menilai banjir dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar disebabkan oleh deforestasi kawasan hutan. Dia mengatakan bencana nasional dapat disimpulkan sebagai bencana yang memiliki skala serta dampak sangat luas secara nasional, melintasi batas kemampuan pemerintah daerah provinsi untuk mengatasinya, serta mengacu pada UU No 24 Tahun 2007, pemerintah sebagai penyelenggara penanggulangan bencana memiliki wewenang penuh untuk menetapkan status darurat bencana.

“Bahwa akibat dari deforestasi ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar untuk masyarakat di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Barat, sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa, kerusakan hutan, hilangnya harta benda, dan kerugian lainnya hingga saat ini gugatan diajukan oleh Penggugat,” ujarnya.

Dia menilai para tergugat telah melakukan kelalaian mulai dari tidak ditetapkannya status bencana nasional, lalai dengan melakukan pembiaran deforestasi. Lalu, lalai dengan tidak memberikan bantuan dana penanggulangan bencana secara maksimal kepada masyarakat di Aceh, Sumut, dan Sumbar.

“Bahwa kelalaian Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV tersebut di atas merupakan bentuk pembiaran yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa yang lebih banyak lagi di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Barat,” ujarnya.

Berikut petitum lengkap permohonan gugatan ini:

1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya.

2. Memerintahkan kepada Tergugat I untuk menetapkan peristiwa banjir di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, dan Provinsi Sumatera Barat menjadi bencana nasional.

3. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, dan Tergugat IV untuk membayar biaya perkara.

Atau, apabila majelis hakim yang terhormat mempunyai pertimbangan lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono).

Korban Jiwa Banjir Sumatera 974 Orang 

Basanas mencatat kenaikan jumlah korban meninggal dalam banjir Sumatera pada Senin, 8 Desember 2025.

Basarnas mencatat kenaikan jumlah korban meninggal dalam banjir Sumatera pada Senin, 8 Desember 2025. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii melaporkan perkembangan jumlah korban itu dalam rapat kerja bersama Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat.

Syafii menuturkan bahwa korban jiwa akibat bencana di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat telah mencapai 974 orang. “Update pukul 08.00 tadi pagi, bahwa jumlah korban yang dinyatakan meninggal tota ada 974 jiwa,” kata Syafii di Kompleks DPR, Jakarta, pada Senin, 8 Desember 2025.

Adapun korban yang masih dalam pencarian sebanyak 298 orang. Kemudian jumlah korban yang telah dievakuasi menurut Basarnas yaitu 10.957 orang serta korban selamat sebanyak 9.983 orang.

Syafii berujar, data yang dilaporkan oleh Basarnas memiliki selisih dengan data yang dimiliki oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB. Namun, ia optimistis data-data mengenai korban bencana itu pada akhirnya akan memiliki akumulasi yang sama.

“Untuk jumlah (korban) meninggal dunia saat ini dengan 974 (orang) juga masih ada selisih dengan data yang dikeluarkan oleh BNPB. Namun, kami yakinkan data ini nantinya akan sama,” ujar dia.

Menurut Syafii, BNPB mengumpulkan data korban jiwa dari berbagai sumber data. Sementara Basarnas menghimpun data dari laporan Search and Rescue (SAR) Mission Coordinator yang ada di Aceh, Medan, Nias hingga Padang.

Berdasarkan geoportal data penanganan darurat banjir dan longsor Provinsi Aceh, Sumatera Utara,dan Sumatera Barat yang ditayangkan BNPB, jumlah korban jiwa mencapai 961 orang pada Senin sore. Korban meninggal di Aceh mencapai 389 jiwa. Kemudian, Sumatera Barat mencapai 234 jiwa, dan 338 di Sumatera Utara.

Adapun korban hilang di tiga provinsi tersebut sebanyak 234 orang. Korban hilang terbanyak terjadi di Sumatera Barat dengan 95 jiwa. Sedangkan di Aceh korban hilang mencapai 62 jiwa dan Sumatera Utara 77 jiwa. Total korban luka di ketiga provinsi mencapai lima ribu jiwa.

Total korban meninggal ini semakin bertambah sejak sehari sebelumnya yang tercatat di laman BNPB sebanyak 940 jiwa. Jumlah korban juga terpantau terus naik sejak pemaparan BNPB pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan total korban per Sabtu kemarin sudah menembus 900 lebih. “Inalillahi wa inailihi roji’un, tentu saja simpati yang sangat mendalam kepada para korban. Hari ini, Sabtu 6 Desember 2025, jumlah korban meninggal secara total itu 914 jiwa,” kata Abdul Muhari dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube BNPB Indonesia pada Sabtu, 6 Desember 2025.

Abdul Muhari mengatakan angka korban bergerak dinamis. Sebab, ada beberapa korban yang sebelumnya dilaporkan hilang, tetapi di beberapa tempat dilaporkan dalam kondisi selamat.“Tentu saja kita harapkan angka ini terus turun, hingga operasi pencarian dan pertolongan bisa benar-benar meminimalkan jumlah dari korban hilang ini,” ujarnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru