Salah satu penopang ekonomi Republik Rakyat China (RRC) adalah industri pertanian. Erizeli Jely Bandaro (Babo EJB), pelaku dan pengamat ekonomi menyorotinya dan dimuat Bergelora.com agar menjadi pelajaran di Indonesia. (Redaksi)
Oleh: Babo EJB
GROUP perusahaan saya di Hong Kong bermitra dengan Jepang membangun downstream industri Banana. Izin Industri sebagai PMA didapat dari otoritas China. Pemerintah China juga mengizinkan estate food untuk tanaman Pisang.
Beberapa bulan setelah persiapan pembebasan lahan, datanglah dua orang mengundang saya makan malam. Satu dari pejabat pemerintah dan satu lagi rakyat biasa. Waktu pertemuan itu pajabat pemerintah mengenalkan orang yang bersamanya. Bahwa orang itu adalah aktifis rakyat.
āApakah mungkin kami bisa membantu anda ? Kata aktifis itu setelah diperkenalkan oleh pejabat pemerintah. Saya berpikir bahwa tentu aktifis berharap rente harga sewa tanah.
āKami sudah dapat izin dari pemerintah untuk membuka lahan 2000 hektar. Saya rasa kami tidak butuh anda lagi ā
āMaksud saya, apakah anda ingin mengurangi ongkos buruh dan meningkatkan produksi tanpa keluar modal sendiri.ā kata aktifis itu.
ā Apa maksud anda ? Saya terkejut.
āMengapa anda tidak focus kepada industri pengolahan dan selebihnya urusan kami”.
āMaksud anda ?ā kini dengan kening berkerut. Karena memikirkan biaya yang cukup besar akan ditanggung oleh dia.
āMaksud saya, begini. Tanah itu tetap menjadi konsesi anda dari pemerintah. Kami akan mengolahnya jadi tanaman pisang dan hasil panen kami serahkan kepada anda untuk diolah jadi downstream pisang.ā
āHarga?”
āTentu berdasarkan harga pasar. Kita terbuka saja. ā
āBiaya ?
āKami semua yang tanggung. ā
āResiko tanam ?
āResiko ada pada kami. ā Kata nya dengan tersenyum.
āJadi apa yang anda butuhkan dari saya ? Kata saya semakin menarik.
āKontrak jangka panjang.ā Katanya dengan tersenyum. Saya melirik kepada pejabat pemerintah yang nampak mengangguk sebagai tanda dia menjamin komitmen aktifis.
Tiga bulan kemudian, traktor berdatangan ke lokasi lahan untuk mematangkan tanah agar layak ditanam pisang secara estate food. Buruh berdatangan dalam jumlah besar yang sibuk bekerja menanam Pisang. Pada waktu bersamaan instalasi mesin pabrik dipasang. Setelah pabrik selesai dibangun, panen berdatangan dari ladang pisang. Setiap ton pisang yang masuk ke pabrik di hargai sesuai harga pasar.
Perhatikan, pabrik mendapat supply chain bahan baku dari lahan konsesinya sendiri. Kedua, pabrik tidak menanggung biaya tetap untuk upah buruh. Semua biaya produksi menjadi biaya variable sehingga membuat pabrik aman dari kompetisi. Ketiga, pabrik aman dari biaya modal pembukaan lahan. Sehingga capex nya hemat.
Siapa supply chain itu? mereka adalah koperasi. Lahan 2000 hektar itu dibagi 500 orang pekerja yang tergabung dalam Koperasi. Lantas bagaimana mereka dapatkan modal? Mereka mendatangi Bank dimana Pabrik itu melakukan negosiasi LC. Mereka ajukan kredit kepada bank. Tetapi kredit itu tidak dalam bentuk Investasi.
Kredit bank itu dengan skema menggadaikan āwarkat barangā penyerahan kemudian dan itu adalah performa invoice. Gimana resikonya? Warkat ini dijamin oleh Minsheng bank. Artinya kalau gagal delivery maka MInsheng bank akan bail out. Mengapa Minsheng mau? karena sesuai kontrak jual beli antara Perusahaan dan Koperasi, pembayaran penjualan hasil panen pisang itu langsung ditransfer ke MInsheng bank. Gimana kalau panen gagal? karena bibit dari pemerintah maka apabila panen gagal karena bibit yang buruk maka pemerintah akan bail out. Jadi koperasi hanya focus kepada SOP cocok tanam dan paska tanam.
Perhatikan, semua institusi terlibat secara sinergi. Skema tersebut bukan hanya pada tanaman pisang tetapi juga pada tanaman mangga, singkong, Jeruk, jagung, bunga matahari, Cabe, kedelai. bawang putih dll. Semua hasil produksi koperasi diolah di industri yang menghasilkan barang jadi sampai ke downstream. Mengapa orang mau buat industri pengolahan? karena adanya jaminan supply chain dari petani untuk menghasilkan bahan baku yang mandiri dan profesional melalui kelembagaan koperasi.
Industri pengolahan pertanian berkontribusi 60% atas GNP China. Daya tahan ekonomi berbasis agro ini berlaku sepanjang masa selagi orang tidak makan besi. Andaikan pasar ekspor komoditas sekunder jatuh , itu tidak akan membuat ekonomi china bangkrut. Karena lebih 50% ekonominya bergantung kepada Agro dan 80% rakyat China hidup dari sektor ini.
Apa kunci suksesnya sistem ini? karena petani bersatu dalam koperasi dan focus bagaimana menguasai pasar terlebih dahulu sebelum mereka melakukan proses produksi. Demi mencapai pasar itu mereka bersinergi tanpa membebani industri sebagai pembeli utama dengan minta modal atau DP. Mereka berusaha menjadi mitra terhormat atas dasar bisnis dengan prinsip win to win. Ketika pasar dikuasai maka proses produksi hanya masalah management dan risk management akan mudah dipenuhi sehingga memudahkan mendapatkan financial resource.
China, petaninya hebat karena mereka tidak menempatkan diri sebagai tangan dibawah. PMA datang tidak untung sendiri tetapi mereka jadi agent mendistribusikan kemakmuran kepada rakyat dan itu karena kemauan rakyat sendiri yang lebih memilih bersinergi daripada mengutuki PMA.
āPetani itu kalau kita beri mereka kemudahan, mereka akan rakus. Kita beri aturan yang ketat mereka akan mengeluh. Cara terbaik agar potensi mereka bangkit sebagai asset nasional adalah beri mereka kebebasan berproduksi dan bantu mereka mendapaktan akses pasar, serta tekhnologi. Selanjutnya uang akan datang dengan sendirinya dan mereka pantas makmur secara terhormat.” Demikian kata teman di China.
Semoga periode kedua nanti skema ini bisa diterapkan oleh Jokowi.