Sampai saat ini belum ada yang mampu jujur menjawab atau mungkin bodoh,– apa yang menjadi kekuatan ekonomi China saat ini. Gou Feng Xiang, seorang pengajar di Universitas Beijing berusaha menjawab dalam tulisannya. Diharapkan membuka mata pembaca Bergelora.com. (Redaksi)
Oleh: Gou Feng Xiang
MENGAPA China bisa begitu sukses? Salah satu jawaban atas pertanyaan di atas adalah, Deng Xiaoping mematok satu kunci rahasia kesuksesan yang harus dipatuhi oleh penerusnya: STABILISASI. Tulisan ini akan menjelaskan soal ini.
Dimana hal ini juga sering diulas para Pengamat, tetapi ketika meraka membahas China dalam kasus-kasus tertentu sering mereka lupa alasan utama yang mendasari kebijakan di China adalah WENDING atau Kestabilan.
Kritik-kritik mereka sering salah arah dikarenakan tidak mengerti soal ini.
Demikian ketika ada yang mempertanyakan, kenapa mekanisme pengelolaan asset di China itu kok ‘primitif..?? Tentunya ada yang bingung, kalau primitif kenapa sangat sukses..??
Sukar untuk menjawab ini tanpa melihat fitur mendasar yang dicanangkan sejak tahun 1989 oleh Deng Xiaoping dibantu oleh Lie Pheng…!!
Fitur menjaga kestabilan ini tentunya bukan fitur satu-satunya dalam mekanisme sistem China. Ada satu fitur lain yang juga sama pentingnya, BEREKSPRIMEN.
Pada era awal China, fitur Eksprimentasi ini benar-benar terasa. Mao Zedong membuat banyak eksprimen dalam menaikkan ekonomi China.

Jika kita ada yang belajar sejarah China, mungkin ingat Revolusi Lompatan Jauh Kedepan (Great Leap). Itu eksprimen gila-gilaan, Mao Zedong dimana dia ingin dalam sekejap merubah masyarakat China yang agraris (bertani) ke masyarakat industri maju.
Petani2 disuruh berhenti bertani dan bikin pabrik..!!!
Kemudian dimana-mana tungku-tungku pembakaran dibuat. Serta-merta masyarakat disuruh mengumpulkan logam-logam untuk dijadikan bongkahan besi untuk diteruskan pada industri berat..!!!
Akibatnya, pertanian anjlok dan China jadi kelaparan, melarat dimana-mana…!!!
Eksperimen-eksperimen sosial dan ekonomi itu menghabiskan energi China selama beberapa dekade, yang mencapai puncaknya dengan Revolusi Kebudayaan. Katanya bahwa kegagalan itu karena masyarakat masih belum berkebudayaan sosialis murni.
Dan masa tersebut adalah waktu-waktu kelam dalam sejarah China Komunis.
Sesudah era kelam itu, awal 80an, mulailah China membuka diri, dan bereksprimen dengan Liberalisme. Tiga orang tokoh utama disamping Deng Xiaoping sebagai pemimpin numero uno adalah Lie Pheng Yang terkenal dengan Pernyataannya “Tolong Siapkan 1000 Peti Mati satu untuk saya bila saya Korupsi…!!!”

Deng Xio Ping Pemimpin China Sekaligus ketua PKC saat itu sebagai Pengganti Mao…!! Perdana Mentri Lie Pheng… Dibantu Hu Youbang dan Zhao Zhiang..!!!
Ide dari era liberalisme yang disodorkan oleh Lie Pheng kepada Deng dengan Pelaksana Hu dan Zhao,–yang kemudian sangat didukung Deng adalah bahwa untuk sukses maka China harus meniru ekonomi dan masyarakat Barat.
Hu Yaobang bahkan sampai mengusulkan rakyatnya jangan pake sumpit lagi, tapi pake sendok garpu seperti orang Barat.
Dalam menerapkan rencana ini terjadi mis yang mengakibatkan urusan etnis minoritas. Hu Yaobang membuat kesalahan yang akhirnya butuh waktu lama sekali untuk diperbaiki. Dia berpikir bahwa bahasa nasional tidak perlu diajarkan untuk semua orang. Setiap orang bisa pake bahasa daerahnya masing-masing saja.
Sebagai pelaksana Liberalisasi Ekonomi China Hu dan Zhao itu bukan orang sembarangan. Mereka benar-benar pinter dan intelektual. Dan sukar menyalahkan mereka yang mendorong China ke arah liberalisme total,– karena waktu itu dipikir sosialisme seperti di Uni Soviet dan China terasa menuju kehancuran.
Mereka itu juga pahlawan bangsanya..!!
Desakan mereka mendapat tantangan hebat dari kelompok komunis konservatif. Hu Yaobang kemudian disingkirkan, dan tahun 1989 meninggal. Segera setelah meninggalnya Hu Youbang muncullah gerakan mahasiswa pendukungnya protes. Sambil membawa patung Demokrasi yang mirip dengan Patung Liberty di Amerika.
Kemudian setelah itu mereka bilang bukan Patung Liberty namun dimodelkan dengan patung Liberty. Tapi salah satu patung dari Block Soviet. Tetapi imaginarynya jelas, runtuhkan negara sosialis, dan adopsi sistem liberal seperti Amerika. Gerakan itu ditentang oleh para komunis konservatif,–karena ini akan pecah perang saudara.
Dalam keadaan genting tersebut Deng membuat keputusan drastis, mengumumkan situasi darurat di Beijing dan kendali tanggung jawab diambil alih dengan pelaksana pemulihan keamanan Lie Pheng. Dan ketika berhari-hari disuruh bubar, para demonstran tidak mau bubar, tentara masuk dan membubarkan secara paksa. Setelah terjadi situasi crackdown yang keras.
Peristiwa itu membekas dalam dalam mental masyarakat disini, mengubah jalannya masyarakat. Sejak itu Deng Xiaoping membuat satu arahan: STABILITAS harus ditegakkan dengan cara apapun! Artinya, tidak lagi diperkenankan ada situasi yang membuat bangsa berperang satu sama lain!
Stabilitas di bidang politik juga diteruskan menjadi landasan dalam kebijakan ekonomi. Buat kebijakan ekonomi yang berlandaskan kestabilan. Nah, apa artinya ini??
Kita akan lihat kenapa ini kemudian menjadi faktor keunggulan China.
Kita melangkah kedepan fast-forward ke era thn 2000-an. Barang-barang murah dari China melanda dunia. Semua barang-barang low-tech yang diproduksi dengan biaya murah. Produksi di China murah banget. Orang-orang jadi bertanya, kenapa China bisa semurah itu..??
Nah, kita akan lihat bagaimana faktor stabilitas jadi daya saing.
Untuk bisa bersaing dengan harga, produsen harus mampu menawarkan harga paling rendah. Untuk menawarkan ke calon pembeli dengan harga paling rendah untung sedikit, maka faktor fluktuasi harga biaya bahan baku dan sebagainya harus minimal.
Bagaiimana bisa memberi harga murah bila nanti harga bahan naik..??
Maka disini peran tugas pemerintah yang kemudian menjaga stabilisasi harga. Untuk mencapai stabilisasi harga-harga, maka nilai tukar mata uang dipatok stabil, tidak cepat berubah-ubah. Harga-harga minyak, listrik, dan sebagainya, dibuat stabil.
Para produsen bisa yakin jika dia untung cuma 5%, dia tidak akan buntung nantinya.
Efeknya sangat luar biasa, para produsen dalam kondisi ekonomi yang stabil, bisa fokus di produksi dan perancangan produk. Mereka tidak perlu repot-repot memikirkan resiko karena pemerintah membuat lingkungan berusaha jadi sedemikian stabil.
Mereka bisa menjual dengan harga murah, dan mereka menang.
Karena mereka membuat penawaran harga ekspor dalam USD, maka mereka harus yakin bahwa nilai tukar stabil. Jika nilai tukar USD/RMB tidak stabil, mereka tidak bisa memberikan harga rendah, karena ada resiko malah tidak untung tapi buntung.
Nilai tukar stabil membuat mereka bisa membuat penawaran harga dengan yakin.
Untuk perusahaan besar di Amerika misalnya, dimana nilai-nilai berubah-ubah, mereka harus membuat penawaran harga lebih tinggi. Dan juga untuk meminimalisasi resiko, mereka melakukan hedging (memagari resiko sehingga terkontrol) yang sudah tentu butuh biaya tambahan.
Perangkat-perangkat untuk memagari resiko di Amerika kemudian berkembang menjadi pasar tersendiri, produk future (pembelian dengan penyerahan masa mendatang), swap, option dan sebagainya..!! Semua tambahan biaya yang dibeli sebenarnya untuk membeli kontrak, bukan barang sebenarnya.
Jadi misalnya ada produk kontrak dimana pembeli punya kebebasan untuk membeli di masa mendatang dengan nilai tertentu. Bisa dibayangkan, gimana cara membuat harga produk-produk seperti itu..?? Pasti kompleks sekali lho..?? Iya, bahkan dilahirkan perhitungan-perhitungan sangat komplex untuk memberikan nilai.
Produk-priduk virtual semacam ini kemudian menjadi bahan spekulasi tersendiri. Spekulan-spekulan masuk meraup keuntungan dari produk-produku virtual seperti itu. Amerika tahun 1980/1990-an adalah Amerika dengan Wallstreet berjaya. Anak-anak muda berlomba-lomba masuk bidang finansial, bukan menjadi engineer.
Kemudian Muncul film-film atau cerita-cerita hebat dari Wallstreet. Anak-anak muda yuppy mendapat duit jutaan dollar dengan gampang, hanya dengan kerjaan menerka-nerka harga,– para spekulan. Pelan-pelan Amerika sejak saat itu mundur dalam bidang engineering, tertinggal dari Asia Timur.
China sedari awal sangat curiga terhadap hal tersebut. Kenapa harus hedging pake produk-produk virtual berbasis kontrak, kalau negara bisa bikin semuanya stabil..?? Bukankah lebih hemat..?? Generasi muda juga akan fokus belajar bikin produk dan hal-hal berguna secara jelas, bukan belajar spekulasi.
Masalah spekulasi ini menjadi masalah penting bagi pengambilan keputusan di Beijing. Mrk ga mau warganya jadi spekulan. Mereka tahu, orang2 Chinese punya kelemahan yg sdh diketahui umum, yaitu kalo dibiarkan mrk suka JUDI. Casino2 penuh oleh penjudi beretnis Chinese.
Masalah spekulasi ini menjadi masalah penting bagi pengambilan keputusan di Beijing. Mereka tidak mau warganya jadi spekulan. Mereka tahu, orang-orang Chinese punya kelemahan yang sudah diketahui umum, yaitu kalau dibiarkan mereka suka judi. Casino-casino penuh oleh penjudi beretnis Chinese.
Dengan demikian, jika produk-produk finansial yang bisa dijadikan ajang spekulasi jadi populer, nanti banyak orang kerjanya hanya melihat tabel-tabel harga terus di depan komputer atau di depan tabel harga saham. Lama-lama tingkat produktifitas berkurang karena pikiran warga terfokus kepada spekulasi harga-harga produk virtual..!!
Karena itulah pemerintah disana tidak gegabah, tidak suka dengan produk-produk finansial yang merumitkan sistem. Memang mereka bikin juga, tetapi selalu mulai kecil-kecilan untuk eksprimen. Ini sudah keputusan arah yang ditetapkan oleh Deng Xiaoping, fokuslah pada hal-hal yang lebih nyata, dan bikin stabil.
Tetapi obsesi atas kestabilan ini jugalah yang kemudian membuat Amerika marah. Karena Amerika pikir itu tidak fair bahwa warga China dapat lingkungan stabil, sedangkan warga di Amerika tidak stabil. Tidak fair katanya.
Tindakan pemerintah menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dianggap manipulasi.
Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan negosiasi dagang Amerika versus China juga hal ini. China ingin pemerintahnya bisa terus menstabilkan harga, karena itu dianggap kewenangan pemerintah.
Seperti juga di Indonesia, pemerintah menstabilkan harga-harga bahan bakar dan pangan.
Siapa yang benar..?? Kami sih lihat dua-duanya ada pointnya. Tetapi seharusnya setiap negara punya kebebasan untuk menjalankan sistem yang dinginkan. China tidak memaksakan sistemnya ke Amerika. Amerika juga seharusnya tidak memaksakan sistemnya ke negara lain.
Karena akhirnya yang menentukan adalah HASIL. Jika sistem Amerika ternyata hebat sekali, tentu akan membuahkan hasil yang maksimal juga. Tetapi jika ternyata hasilnya malah kacau, moga-moga pengambil keputusan di Amerika coba curiga pada sistemnya juga. Jangan-jangan mereka cuma beriman pada sistem. Yang tidak tepat.
Pertanyaan selanjutnya, apakah China bisa beralih ke masyarakat kapitalisme pasar bebas seperti di Amerika..?? Artinya, ekonomi dimana peran pemerintah menjadi minimal
Terus terang aja, susah…! Bahkan di Amerika saja terjadi pergeseran dimana peran pemerintah semakin besar.
Demi membela industri dalam negeri, Trump melakukan tindakan-tindakan proteksionis, dimana sekali teken keputusan, dia mempengaruhi pasar secara signifikan. Pengadaan tarif tentu bukan bentuk dari pasar bebas.
Akhirnya pasar bebas bisa jadi hanya impian belaka.
Pertanyaan selanjutnya: Apa yang diinginkan China sebenarnya dalam hubungan ekonomi internasional..??
Obsesi mereka pada stabilitas, membuat China berulang kali mendesakkan suatu sistem perjanjian multilateral yang seimbang antara semua pemain-pemain ekonomi dunia. Hal itu susah dilakukan.
Ide dari sistem multilateral adalah, sistem dimana tidak ada satupun negara yang dominan, sehingga keputusan satu negara secara unilateral yang membuat lingkungan tidak stabil bisa dihindarkan.
Itu kestabilan baru dunia dalam impian China.
Impian kestabilan secara multilateral baru susah terjadi karena Amerika tidak mendukung. Amerika sejak dulu punya satu ide kuat bahwa sistemnya terbaik dan seharusnya diterapkan diseluruh dunia. Sejak Perang Dunia I tahun 1914, Amerika punya idealisme yang mereka paksakan pada yang lain.
Mengapa kami bilang memaksakan karena realita pergaulan Internasionalnya demikian. Apakah itu harus dikatakan jelek. Toh ternyata Banyak juga ide Amerika yang bagus. Yang jadi permasalahan adalah caranya memaksakan idenya untuk diterima, yang sering dilakukan lebih dari sekedar persuasi. Itu sejak 100 tahun silam lho.
Tambahan yang relevan. Ini saat pertemuan Zao Ziyang dengan Milton Friedman, pendiri dari mahzab Chicago yang juga dinamakan Moneterist. Dia ke China tahun 1988 untuk mempromosikan ide pengaturan ekonomi mahzabnya.
Waktu itu China bagaikan sponge, terima semua ide..!!
Milton Friedman mendesak liberalisasi ekonomi di China waktu dia berkunjung. Menurut mahzab ini, pemerintah mengatur ekonomi dari utak atik kebijakan moneter aja,–mengatur jumlah uang beredar dan sebagainya dan tidak campur tangan lebih jauh, Terhadap Pasar.
Sebelumnya, ketika China hancur lebur karena Revolusi Kebudayaan, Mao Zedong mati 1976, dan China beralih ke Deng Xiaoping. Langkah pertama yang dilakukan Deng adalah belajar ke negara kecil Singapore. Dia berkunjung ke Singapore 1978 untuk tanya-tanya pada Lee Kuan Yew.
Jadi kira-kira 10 tahun dari akhir 70an, sampai akhir 80an, adalah era eksprimen dengan berbagai pemikiran ekonomi selain ekonomi komunisme bagi China. Di Era itu, China bagaikan sponge, mereka senang mendengar ide-ide baru, belajar dari semua negara dunia. Sampai akhirnya meledak.
Sejak tahun 1989, kira-kira arah China sudah terlihat, walaupun setiap kali mereka merubah arah menurut strategi pimpinan pada eranya, tetapi kira-kira ya terjadi yang kita saksikan..!! Seperti era Xi Jinping adalah era ingin jadi negara maju, dan akhirnya jadi era trade-war , karena negara lain tidak suka impiannya..disaingi Negara lain..!!

