MEDAN- Semua pihak diminta untuk menguatkan soliditas keberagamaan dan kebangsaan untuk menjaga persatuan, kebhinekaan dan keutuhan NKRI. Untuk memastikan itu semua, tidak boleh lagi ada yang memainkan isu-isu agama yang berpotensi dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini ditegaskan oleh Tuan Guru Batak (TGB) Syekh Dr H Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk, dalam Dialog Nasional Memperkokoh Ikatan Persaudaraan Kebangsaan yang dihadiri ratusan tokoh dari lintas agama, para pejabat pemerintahan, TNI dan Polri, di Hotel JW Marriot, Medan, Senin (23/9).
“Para tokoh dari berbagai agama, silahkan pelajari dan dalami ajaran agamanya serta dakwahkan kepada jamaahnya masing-masing. Namun, harus tetap saling bergandeng tangan mempererat silaturrahmi dan persaudaraan dengan umat yang lain demi kedamaian, persatuan dan keutuhan NKRI,” ujar Ahmad Sabban.
TGB Syekh Dr H Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk MA, menyampaikan bahwa metode dakwah yang mengutamakan kerukunan dan persatuan ini berakar dari kehidupan pribadi dan keluarganya.
“Islam itu rahmat bagi sekalian alam. Sehingga orang yang serius menjalankan agamanya harus juga bisa menjadi rahmat bagi umat yang berbeda agama dengannya,” jelasnya.
Lebih lanjut Ahmad Sabban mengingatkan bahwa persatuan dan kerukunan itu harganya mahal. Para pendiri negara telah mengorbankan pikiran, harta bahkan nyawa untuk melahirkan konsep negara kesatuan yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk menyatukan semua agama, suku dan etnis yang ada di Indonesia.
“Karena persatuan dan kesatuan itu harganya mahal maka kita harus menjaganya secara bersama-sama, “ tegasnya.
Dialog Nasional di Medan ini dirangkai dengan peluncuran buku Tuan Guru Batak (TGB) Syekh DR H Ahmad Sabban Elrahmaniy Rajagukguk MA, meluncurkan buku berjudul ‘Dakwah Kerukunan dan Kebangsaan’ diikuti dengan pelantikan Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK) .
Kegiatan dibuka langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi turut dihadiri Wagubsu Musa Rajekshah, Sekda Provsu Sabrina, Wakapoldasu Brigjen Pol Mardiaz Kusin, anggota DPR RI Dolly Tanjung, Wali Kota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S MSi MH diwakili Asisten Pemerintahan Setdako Medan Musadad Nasution, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Ketua Rumah Komunikasi Lintas Agama Pusat Hj Bunda Indah, Kakanwil Kemenag Sumut Iwan Zulhami, Ketua MUI Sumut H Abdullah Syah MA, Rektor UIN Sumut Prof. Dr. Saidurrahman MA, para alim ulama serta tokoh lintas agama.
Sementara itu, dalam dialog nasional yang menghadirkan sejumlah narasumber dari tokoh lintas agama, dicapai beberapa poin kesepakatan, Pertama: Kasih sayang (kesatuan) adalah sebuah fitrah yang dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Kasih sayang ini telah menjadi inti dari ajaran setiap agama. Sementara itu, keragaman sendiri termasuk keragaman agama, juga merupakan anugerah. Karenanya, keragaman agama mestinya menguatkan kasih sayang di antara pemeluknya.
Kedua, bahwa kerukunan atau hidup rukun itu adalah budaya unggulan kita yang disebut “kearifan lokal” sehingga tidak boleh hilang serta harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Ketiga, hidup rukun harus dilandaskan kepada pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang mendalam dan paripurna. Karena setiap agama pada sisinya yang terdalam mengajarkan kasih sayang sebagai landasan penting dalam membangun kerukunan.
Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan
Kepada Bergelora.com dilaporkan, di akhir acara, TGB melantik kepengurusan Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan (GDKK) yang diketuai Dr. Salahuddin Harahap, S. Fil.I, MA, sekretaris Muhammad Ikhyar Harahap SH. Sedangkan Tuan Guru Batak (TGB) Syeikh Dr. H. Ahmad Sabban El-Rahmany Rajagukguk, MA bertindak selaku Ketua Dewan Pembina, dengan wakil Hj Bunda Indah dan Ketua Dewan Penasehat Ir Bobby Arif Nasution, M. Si.
Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan Indonesia ini juga menempatkan sejumlah guru besar, ulama dan pakar dalam tim pakar yang diketuai oleh TGS Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M. Ag yang juga Rektor UIN Sumatera Utara.
Gerakan Da’i Kerukunan dan Kebangsaan menempatkan ada empat syarat yang harus dimiliki oleh setiap orang yang terjun sebagai Da’i Kerukunan dan Kebangsaan yakni: (1) Memahami agamanya secara baik dan paripurna; (2) Memahami Budaya dan Kearifan Lokal (Local Wisdom); (3) Memahami dan memiliki komitmen untuk membangun kerukunan; dan (4) Memiliki pemahaman dan wawasan kebangsaan. (MI Velayati Harahap)