Sabtu, 5 Juli 2025

AMAN GAK NIH..? Kasus Kanker di Indonesia 400.000 Per Tahun, BPOM Dorong Pengembangan Monoklonal Antibodi

BANDUNG – Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mendorong pengembangan antibodi monoklonal (MAB) sebagai obat kanker. Penelitian bioteknologi itu sengaja didorong untuk dilakukan melihat banyaknya kasus kanker payudara dengan tingkat kematian yang cukup tinggi.

“Kita tahu penyakit kanker tinggi sekali di Indonesia. Setiap tahun ada 400.000 lebih kasus baru. Sementara yang meninggal 60 persen dari itu semua. Jadi, memang tingkat kematiannya sangat tinggi,” ujar Taruna Ikrar di sela kunjungannya meninjau persiapan gedung pabrik Monoclonal Antibody Drug Substance di PT Sanbe Farma, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Kamis (16/1/2025).

Dari penelitian yang sudah dilakukan, MAB yang dipabrikasi di Bandung Barat ini bisa menekan angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia.

“Jadi, dengan adanya produk baru kefarmasian termasuk monoklonal antibodi, kami berharap tingkat kematian menurun dan tingkat kesuksesan pengobatan kanker dari pasien membaik,” sebut Taruna.

Kepada Bergelora.com di Bandung dilaporkan, pengembangan yang dilakukan PT Sanbe Farma ini diklaim sebagai inovasi pengobatan kanker payudara pertama di Indonesia.

Dengan demikian, produksi monoklonal antibodi ini ditargetkan bisa menekan angka impor obat kanker dari luar negeri.

“Saya lihat ini pengembangan yang baru pertama kali di Indonesia untuk monoklonal antibodi. Saya lihat persiapan intinya secara gedung itu sudah disiapkan dengan baik dan nanti kita akan melihat lagi kalau alatnya sudah diinstal, sekarang alat belum diinstal,” ujanya.

Sementara itu, Technical Operation Director PT Sanbe Farma, Hafizh D. Esas, mengatakan, saat ini Sanbe tengah menyiapkan bangunan untuk operasional pengembangan monoklonal antibodi dengan target selesai di tahun 2025 ini.

Kemudian, Maret 2026, ditargetkan sudah selesai sertifikasi dan mulai transfer teknologi dari perusahaan bioteknologi terbaik kedua di dunia.

“Maret 2026 ke sana itu kami akan mulai transfer teknologi. Mudah-mudahan selesai dengan waktu enam bulan atau setahun kemudian sehingga awal 2027 atau akhir 2026 produknya diharapkan sudah ada di pasaran,” katanya. (Martinus Ursia)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru