Minggu, 13 Juli 2025

Amuk Luhuring Luhur

Oleh: Wahyu Eko Setiawan

SEJAK Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022; hingga saat ini, tak henti-hentinya Aremania terus bergerak dan berjuang menuntut keadilan #UsutTuntas. Bahkan hingga berminggu-minggu dan berbulan-bulan ke depan. Aremania telah sepakat dan bersatu padu untuk terus bergerak dan berjuang menuntut keadilan #UsutTuntas.

Aksi solidaritas bagi korban di Kanjuruhan. (Ist)

Kenapa energi Aremania seolah tiada habis-habisnya? Dari mana asalnya seluruh energi pergerakan dan perjuangan tersebut?

Tentu saja, semua pergerakan dan perjuangan tersebut membutuhkan energi, materi, waktu, pikiran, semangat, daya juang dan stamina yang sangat luar biasa. Sampai saat ini, tidak ada satupun pihak yang sangat menonjol dan dominan sebagai sumber dari segala pergerakan dan perjuangan yang dilakukan.

Suporter Bayern Muenchen bentangkan spanduk sebagai bentuk solidaritas pada para korban tragedi Kanjuruhan. (Ist)

Energi itu muncul dari berbagai sumber, bertebaran dan bersebaran muncul dari mana-mana. Bahkan banyak juga yang muncul dari luar daerah Malang Raya. Semuanya berkelindan saling jalin-menjalin, saling memperkuat, saling mendukung dan saling menghidupi. Bahkan jika diamati dengan Mata Bathin, energi itu muncul dari Sumber Amuk LUHURING LUHUR dari Tanah Pemberani Bhumi Arema.

Apakah Para Leluhur Tanah Pemberani Bhumi Arema akan diam saja melihat 135 (+2) orang anak cucunya dibantai nyawanya, dijadikan tumbal untuk menutupi kebiadaban manusia laknat yang berseragam Polisi? Tentu saja tidak! Sekali-kali tidak! Amuk LUHURING LUHUR itu sangat terasa dan bisa dilihat langsung oleh orang-orang yang sering Sobo Punden di Malang Raya. Mereka membaca, merasakan dan bahkan melihat langsung energi itu. Tapi mereka memilih diam. Bukan jenis diam yang tak bergerak. Tapi jenis diam dalam pengorbanan yang bergerak aktif. Jika sudah begitu, jangankan hanya harta dan benda, jiwa dan raga sekalipun pasti juga diserahkan dan dikorbankan.

Amuk LUHURING LUHUR inilah yang sangat jarang bisa dilihat oleh orang-orang yang membaca, melihat dan mendengar berbagai aktivitas pergerakan dan perjuangan Aremania, di dalam berbagai bentuk aktivitas demonstrasi atau aksi. Maka, jangan heran jika energi pergerakan dan perjuangan Aremania seolah-olah tidak akan pernah habis. Bahkan terus bergelombang pasang membesar. Terus menyala berkobar-kobar! Ini bukan hanya Amuk Aremania, tetapi juga Amuk LUHURING LUHUR dari Tanah Pemberani Bhumi Arema.

Dari mana kita secara sederhana bisa mengetahui bahwa Amuk LUHURING LUHUR itu benar-benar ada?

Bacalah setiap poster-poster pergerakan dan perjuangannya, yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Malang Raya. Nama-nama daerah itu dituliskan dengan Nama Kuno, bukan nama-nama baru. Padahal, nama-nama kuno itu hanya diketahui oleh generasi yang berumur di atas 50 tahun. Generasi muda yang berumur 45 tahun ke bawah, jarang yang mengetahuinya.

Nama-nama daerah yang relatif baru, biasanya dituliskan secara terbalik (Boso Walikan). Siapa yang mendiktekan nama-nama kuno tersebut untuk dimasukkan ke dalam poster-poster Aremania?

Jika kita membaca efek domino pergerakan dan perjuangan Aremania untuk menuntut keadilan #UsutTuntas, ternyata membuka borok-borok Aparat Mafia. Mulai dari Mafia Judi Online, Mafia Narkoba, Mafia Tambang, Mafia Tanah, Mafia Proyek Infrastruktur dan berbagai borok-borok busuk yang dilakukan oleh Aparat Kepolisian.

Tentu saja, borok-borok itu harus segera ditumpas! Maka, pergerakan dan perjuangan Aremania, harus diakui menjadi semakin menakutkan bagi belatung-belatung yang menjadi menciptakan borok-borok di tubuh Institusi Kepolisian Indonesia.

Borok-borok itu pula yang juga menjadikan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) menjadi sakit parah. Terutama di ranah penegakan hukum dan keadilan. Secara sarkas, Aremania hendak melawan Mafia NKRI (Negara Kepolisian Republik Indonesia). Ingat, kita adalah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), bukan Negara Kepolisian Republik Indonesia (NKRI).

Dengan mengetahui dan mengerti realitasnya, maka yang sedang digerakkan dan diperjuangkan oleh Aremania, terutama dalam menuntut keadilan #UsutTuntas, memang sangat berat, terjal dan berliku. Tapi Aremania selama ini tidak pernah sendirian. Apalagi jika seluruh Aremania yang tersebar di seluruh dunia sudah bersatu, ditambah lagi dengan energi dari Amuk LUHURING LUHUR Tanah Pemberani Bhumi Arema, maka gelombang pergerakan dan perjuangannya sangat sulit untuk dihentikan hingga TUNTAS.

Seperti petuah dari Para Tetua Terdahulu, “Pecut e wis diseblakno, wis kebacut yo kudu dituntasno.”

Jika Para LUHURING LUHUR sudah nyeblakno pecut, maka tinggal seluruh anak cucu dan Putro Wayah Tanah Pemberani Bhumi Arema mengikuti Panggilan Jiwanya. Dan Panggilan Jiwa itu sekarang sedang menggedor-gedor, menggema, menggaung dan beresonansi menyebar seluas-luasnya dari siapapun yang merasa mempunyai Jiwa Aremania.

Siapapun yang telah belajar sejarah mulai Masa Singhasari, Kemerdekaan NKRI hingga saat ini, pasti bisa membaca dan mengetahui bahwa setiap perubahan besar dari Rahim Ibu Pertiwi ini, pasti disulut oleh Bara Api Dari Timur (Tanah Pemberani Bhumi Arema).

Mari kita buktikan sekali lagi. Ilmu Titen.

Penulis, Wahyu Eko Setiawan (Sam WES), Aremania Garis Merah

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru