Jumat, 4 Juli 2025

Annus Horribilis, Amit-amit Bukan Untuk Indonesia 2024, Refleksi Tahun Baru Politik

Oleh: Pdt Victor Rembeth

All is clouded by desire: as fire by smoke, as a mirror by dust …Through these it blinds the soul
(C.J. Koch, The Year Of Living Dangerously)

ANNUS HORIBILIS adalah ungkapan yang ada dalam dokumen Gereja Anglikan di Inggris yang terjemahannya adalah bermakna “tahun yang mengerikan”. Annus horribilis digunakan pada tahun 1891 pada publikasi Anglikan untuk menggambarkan tahun 1870, tahun ketika Gereja Katolik Roma mendefinisikan dogma infalibilitas kepausan. Ini sebuah reaksi pimpinan Gereja di Inggris terhadap kekuasaan tak terbatas dan tanpa salah kepausan Gereja Katolik Roma.

Kendati ungkapan itu untuk menunjukkan kondisi kekuatiran mendalam terhadap kepemilikan kekuasaan yang tak terbatas oleh sebuah organisasi keagamaan, namun praktik serupa banyak direplikasi oleh para pemimpin publik dan ironisnya juga oleh Gereja Inggris sendiri. Kekuasaan tak terbatas memang dicatat sejarah menghasilkan “tahun-tahun yang mengerikan” dimanapun kekuasaan dilakukan dengan perilaku tak terbatas.

Presiden RI, Soeharto merebut kekuasaan Presiden RI Soekarno sejak tahun 1966 berkuasa menjadi diktaktor selama 32 tahun membangun rezim otoriter Orde Baru. (Ist)

Untuk itulah kutipan di atas yang ditulis oleh sastrawan CJ Koch dalam novelnya The Year of Living Dangerously menjadi relevan.

Novel yang sempat dilarang dalam jaman Orde Baru itu bisa diringkas mengenai kekuasaan yaitu, “Semuanya dibuat suram oleh Keinginan, bak api disalut asap, bak cermin ditutup debu.. dan kesemuanya itu membutakan jiwa”.

Gambaran yang sangat pas ketika seorang tiran dan kelompoknya ingin memaksakan keinginan buruknya kepada semua yang lain dalam sebuah forum negara bangsa.

Tahun yang mengerikan nampaknya dengan mudah akan terulang ketika nilai-nilai dan etika kebangsaan dengan mudahnya dikesampingkan. Terlepas dari keprucut atau tidak, penyataan “Ndasmu Etik” bisa mengkonfirmasi upaya menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan, atau tepatnya syahwat berkuasa yang kebablasan.

Sejarah dunia mencatat peristiwa demokrasi yang tujuannya indah untuk mendapat konfirmasi suara rakyat untuk kepemimpinan bangsa bisa jadi bumerang.

Keinginan para tiran, bisa dengan mudah menghasilkan “tahun tahun kengerian” ketika ia sudah terpilih dalam sebuah proses demokrasi elektoral. Adolf Hitler salah satu contohnya terpilih dalam proses demokrasi yang laiknya sesuai dengan proses demokrasi.

Demikian juga berbagai penguasa otoriter dunia banyak naik tahta dengan cara yang secara prosedural demokratis. Kita masih ingat yang termutakhir pilihan Donald Trump di Amerika yang kendati demokratis namun membuat keterbelahan yang akut. Indonesiapun belum lupa bagaimana selama Orde Baru berbagaj Pemilu dilaksanakan secara “demokratis”, namun toh tetap menghasilkan otoritarianisme demagog.

Memasuki tahun 2024 yang baru kita mulai, kita diingatkan bahwa demokrasi elektoral tidaklah cukup bila nafsu berkuasa bisa menihilkan etika dan nilai luhur kebangsaan. Perilaku menghalalkan cara dengan penggunaan mesin kekuasan untuk sekedar menang banyak adalah pengingkaran panggilan demokrasi.

Hasil model transaksional dan korup ini tidak akan memberi penguatan demokrasi apalagi memartabatkan pemilih. Yang terjadi adalah sebaliknya, dengan biaya tinggi yang dikeluarkan akan pula melahirkan berbagai praktik ketamakan, korup dan manipulasi nilai.

Setelah 5 tahun berlalu, harapan akan hadirnya demokrasi yang bisa menghadirkan annus mirabilis atau tahun indah masih jauh panggang dari api. Kita masih shock dengan pembangkangan etika untuk sekedar mendulang suara. Tetiba hadir demagog baru yang bertahun berusaha dilawan sejak Reformasi 1998. Kita pantas prihatin memasuki 2024 di Indonesia sebagai kurun waktu the year of living dangerously

Ketika rakyat sekali lagi diberikan pilihan, di tahun 2024 ini, maka tiada upaya lain selain semua disadarkan kembali akan perlunya etika, bukan dengan menyalahkannya di ndas, tapi menyemainya dalam hati yang terus bergumul untuk kebaikan bersama.

Pilihan Indonesia di tahun baru 2024 ini akanlah menentukan apakah kita sedang menciptakan Annus Horribilis atau sebaliknya. Indonesia berharap pada semua yang masih ingin hadirnya pemilihan yang “Jurdil dan luber”. Adalah juga harapan kita agar tangan kaki jorok para demagog yang mengotori proses demokrasi dapat diamputasi oleh pilihan rakyat yang sudah muak dengan semua kemunafikan syahwat politik buruk yang ada.

Mari memasuki tahun ini bukan sekedar sebagai penonton, tetapi sebagai pejuang yang terus tanpa lelah menyuarakan nurani memanggil pulang semua kepada nilai luhur para ibu dan bapa bangsa pendiri republik ini.

Sembari bisa mengatakan tidak kepada mereka yang mabuk pada kekuasaan tak terbatas atau infallible, kita pasti bisa memberikan satu suara kita kepada pemimpin bangsa yang komit terhadap kekuasaan yang memartabatkan dan menjadi berkat.

Ya, satu suara kita bermakna, karena kita cinta negeri ini dan berharap yang terbaik akan hadir bagi semua. Mari gunakan hati, katakan tidak pada ketamakan demagog buruk yang akan menghadirkan 2024 dan tahun tahun selanjutnya sebagai annus horribilis Selamat Tahun Baru 2024.

*Penulis Victor Rembeth, Pendeta dan aktifis kemanusiaan

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru