WASHINGTON DC – Gedung Putih mengaku kehabisan uang dan hampir kehabisan waktu untuk menyediakan lebih banyak senjata ke Ukraina dalam upayanya menangkis invasi Rusia, kecuali Kongres bertindak untuk menyetujui pendanaan dan dukungan tambahan. Peringatan tersebut, yang dikeluarkan pada Senin (4/12/2023) dalam sebuah surat kepada para pemimpin Kongres, menjelaskan bagaimana pemerintah telah menghabiskan sekitar 111 miliar dollar AS yang dialokasikan untuk bantuan militer Ukraina.
“Saya ingin memperjelas, tanpa tindakan kongres, pada akhir tahun ini kita akan kehabisan sumber daya untuk membeli lebih banyak senjata dan peralatan untuk Ukraina dan untuk menyediakan peralatan dari persediaan militer AS,” kata Shalanda Young, direktur kantor manajemen dan anggaran, tertulis dalam surat yang sebagian diterbitkan oleh The Hill, dilansir dari Guardian.
Permintaan dana terbaru ini muncul setelah Gedung Putih meminta Kongres untuk menindaklanjuti permintaan dana tambahan sebesar 100 miliar dollar AS pada bulan Oktober, dengan alasan bahwa hal tersebut memajukan keamanan nasional dan mendukung sekutu sekaligus mitranya.
Permintaan tersebut mengidentifikasi keamanan perbatasan, sekutu di Indo-Pasifik, Israel dan Ukraina. Sekitar 61 miliar dollar AS mencakup dana untuk Ukraina, termasuk 30 miliar dollar AS untuk mengisi kembali peralatan departemen pertahanan yang dikirim untuk mendukung negara tersebut setelah Rusia menginvasi pada Februari 2022.
Dalam suratnya kepada para pemimpin di DPR dan Senat, Young mengatakan kegagalan untuk memberikan lebih banyak dana akan meneka Ukraina di medan perang.
“Tidak hanya membahayakan kemajuan yang telah dicapai Ukraina, namun juga meningkatkan kemungkinan kemenangan militer Rusia,” ujarnya.
Young menambahkan bahwa tidak ada dana ajaib yang tersedia untuk memenuhi momen ini. “Kami kehabisan uang dan hampir kehabisan waktu,” kata Young.
Pentagon, katanya, telah menggunakan 97 persen dari 62,3 miliar dollar AS yang diterimanya pada pertengahan November.
Kementerian Luar Negeri telah menghabiskan seluruh bantuan militer sebesar 4,7 miliar dollar AS yang diterimanya, termasuk uang untuk bantuan kemanusiaan dan bantuan ekonomi dan keamanan sipil.
“Kami kehabisan uang untuk mendukung Ukraina dalam perjuangan ini. Ini bukan masalah tahun depan,” tambahnya.
“Saatnya untuk membantu Ukraina yang demokratis melawan agresi Rusia adalah saat ini. Sudah waktunya bagi Kongres untuk bertindak.”
Kepada Bergelora.com dilaporkan di Jakarta dari Washington, Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson, mengatakan pekan lalu bahwa dia yakin pendanaan Ukraina dan Israel akan disetujui. Namun dia mengatakan kedua hal tersebut harus ditangani secara terpisah, karena pendanaan Ukraina terkait dengan perubahan kebijakan perbatasan AS, sebuah hal yang tidak disukai oleh banyak anggota Partai Demokrat. (Enrico N. Abdielli)