JAKARTA- Laut China Selatan telah menjadi titik konflik global karena diperebutkan banyak negara Asia. Setidaknya ada lima negara yang bersaing mengeklaim perairan yang kaya gas alam tersebut.
Wilayah itu juga berpotensi menjadi titik pemicu Perang Dunia III karena kekuatan militer utama dunia; Amerika Serikat (AS), menyatakan siap membela sekutunya; Filipina—yang ikut serta dalam perebutan klaim perairan tersebut.
5 Negara yang Klaim Laut China Selatan
1. China
Beijing mengeklaim hampir 90% Laut China Selatan melalui peta kuno “nine dash-line” atau “sembilan garis putus-putus” warisan tahun 1947, dan kini ditegaskan lagi lewat pengerahan tiga kapal induk dan tujuh pulau buatan di Karang Subi Reef, Fiery Cross, hingga Mischief Reef.
Dua pekan lalu, citra satelit Maxar menunjukkan hanggar baru untuk jet tempur siluman J-35 di Mischief Reef, memperkuat garnisun permanen seluas 1 380 acre.
Pada 27 April 2025, kantor berita Xinhua menambah klaim atas Terumbu Limber yang tak berpenghuni—sontak memicu protes Filipina.
2. Filipina
Manila bersandar pada Putusan PCA 12 Juli 2016 yang menolak klaim China atas Laut China Selatan berdasarkan peta kuno “sembilan garis putus-putus”.
Di lapangan, Filipina mempertahankan kapal tua BRP Sierra Madre di Second Thomas Shoal dan mengirim konvoi sipil “Atin ‘To (Ini Laut Kita)” untuk mematahkan blokade Penjaga Pantai China.
Pemerintah Presiden Marcos Jr kini mematri perjanjian pertahanan baru dengan Jerman pada 15 Mei 2025 dan Amerika Serikat untuk memutakhirkan Pangkalan Naval Subic Bay sebagai hub operasi.
3. Vietnam
Hanoi menguasai 29 outpost, paling banyak di Kepulauan Spratly. Investigasi Washington Post pada Agustus 2024 mencatat Vietnam menambah 280 hektare lahan timbul hanya dalam sembilan bulan—setara perluasan 40 lapangan sepak bola.
Protes terbaru Vietnam tertuju pada kegiatan Filipina–China di Sandy Cay, menandakan Hanoi tak ingin tersisih dalam pusaran sengketa.
4. Malaysia
Kuala Lumpur mengeklaim sebagian Spratly yang berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 milnya, termasuk blok minyak Kasawari.
Di sektor energi, Petronas menandatangani Trans-Pacific Security Arrangement (TPSA) dengan perusahaan jasa pengeboran Amerika Serikat pada September 2024, disertai patroli gabungan RMN–US Navy di Blok Nankang.
Meski jarang konfrontatif, Malaysia rutin memanggil duta besar China setiap kali kapal survei Hai Yang 09 memasuki ZEE-nya—terakhir 28 Maret 2025, menurut nota Kementerian Luar Negeri Malaysia.
5. Brunei Darussalam
Kerajaan Brunei Darussalam mengeklaim segitiga Laut China Selatan bagian selatan yang disebut Louisa Reef dan Rifleman Bank. Klaim Brunei sering luput dari radar karena negara itu memilih diplomasi hening sambil mengembangkan lapangan gas Kelidang bersama Shell. Council on Foreign Relations menempatkan Brunei sebagai “claimant terpendam” yang paling bergantung pada konsensus ASEAN untuk menahan tekanan China.
Mengapa Hanya Lima Negara?
Taiwan dan Indonesia kerap disebut masuk daftar negara yang ikut bersengketa, tetapi klasifikasi akademik membedakannya.
Taiwan (Republik China) mengeklaim wilayah persis sama dengan Beijing—secara hukum satu sumber klaim.
Sedangkan Indonesia tak mengeklaim pulau mana pun; ia hanya mempertahankan ZEE Natuna Utara yang bersinggungan dengan “sembilan garis putus-putus yang diklaim China.
Laut China Selatan kini bagai semangkuk laksa berisi lima kuah berbeda: pedas Filipina, asam Vietnam, gurih Malaysia, manis Brunei, dan rempah kuat China. Selama kuah-kuah ini belum menyatu, sendok geopolitik dunia akan terus mengaduknya—dan riak ombak di karang kecil bisa mengguncang pasar energi global.
Indonesia-China Pelopori Kerjasama di LCS
Sebelumnya dilaporkan, kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan China dan Indonesia mengeluarkan pernyataan bersama (joint statement) soal kerja sama maritim usai Presiden Prabowo Subianto bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing.
Pertemuan itu berlangsung pada pekan lalu. Kedua pemimpin negara membahas kerja sama di berbagai bidang dan membahas situasi global, termasuk sengketa Laut China Selatan.
Pernyataan bersama Prabowo-Xi Jinping merupakan langkah besar dalam membangun kerjasama dari kedua bangsa dan negara khususnya terkait kerja sama maritim antara RI-China.
Presiden Prabowo Subianto dam Presiden Xi Jinping telah mempelopori upaya kerjasama di Laut China Selatan tanpa terganggu oleh batas-batas yang selama ini menjadi sumber konflik.
Berikut kutipan poin 9 dalam pernyataan bersama kedua presiden yang dirilis oleh kantor berita China, CGTN:
Kedua pihak akan bersama-sama menciptakan lebih banyak terobosan dalam kerja sama maritim.
Kedua pihak menekankan kerja sama maritim sebagai komponen penting dalam kerja sama strategis komprehensif antara China dan Indonesia. Mereka akan secara aktif menjajaki dan melaksanakan lebih banyak proyek kerja sama maritim, menciptakan lebih banyak terobosan positif, bersama-sama menjaga perdamaian dan ketenangan di laut, memperbaiki sistem tata kelola maritim, menjaga laut tetap bersih dan indah, serta mencapai kesejahteraan maritim.
Kedua pihak juga mencapai kesepahaman penting tentang pengembangan bersama di wilayah yang memiliki klaim tumpang tindih, serta sepakat untuk membentuk Komite Pengarah Bersama Antar-Pemerintah guna menjajaki dan memajukan kerja sama terkait berdasarkan prinsip “saling menghormati, kesetaraan, manfaat bersama, fleksibilitas, pragmatisme, dan pembangunan konsensus,” sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di masing-masing negara.
Kolaborasi Lebih Baik Daripada Konfrontasi
Di sela-sela kunjungannya ke Amerika Serikat, Prabowo menegaskan akan menjaga kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan.
Prabowo mengatakan ia juga membahas persoalan Laut China Selatan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat bertemu di Gedung Putih pada Selasa (12/11). Menurutnya, Indonesia membuka pintu kerja sama dengan semua negara.
“Laut China Selatan kita bahas. Saya katakan kita ingin kerja sama dengan semua pihak. Kita menghormati semua kekuatan, tapi kita juga akan tetap mempertahankan kedaulatan kita,” kata Prabowo di Amerika Serikat, Kamis (14/1).
Prabowo berkata ingin selalu mencari peluang kerja sama. Dia meyakini kolaborasi lebih baik daripada konfrontasi. (Web Warouw)