JAKARTA- Lewat radar di Pangkalan Angkatan Laut Saumlaki, Maluku diketahui pesawat tempur berupa heli serbu dari Australia setiap hari setidaknya 19 kali melewati teritorial Indonesia, tanpa bisa dicegah karena keterbatasan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjaga wilayah udara Indonesia. Hal ini disampaikan oleh analis pertahanan dari Indonesia Institute For Maritime Studies, DR. Connie Rahakunduni Bakrie dalam Forum Publik bertemakan ‘Blok Masela: Menuju Keputusan yang Konstitusional dan Bermartabat’ yang diadakan oleh Indonesian Resources Studies (Iress) dan Komisi VII DPR-RI di gedung MPR-RI, Jakarta, Rabu (2/3).
“Mengetahui hal tersebut, Panglima TNI hanya bisa berdoa, ya Tuhan semoga pesawat-pesawat itu cepat keluar dari Indonesia,” ujarnya mengutip pernyataan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, 3 Januari 2016 lalu.
Oleh karena itu, Connie Rahakunduni Bakrie mengingatkan bahwa Blok Masela yang sedang menjadi polemik belakangan ini jangan hanya dilihat Jakarta dari aspek ekonomis semata, karena kalau salah memilih lokasi pengolahan akan berdampak strategis dalam kepentingan pertahanan dan kedaulatan nasional.
“Karena letaknya diperbatasan, maka lokasi pengolahan Blok Masela harus menjadi gerbang tenggara bagi Indonesia yang harus dilengkapi dengan pertahanan yang maksimal dalam menghadapi Australia,” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa diabad ini, barang siapa yang mengontrol energi maka akan mengontrol dunia. Dari aspek geostrategis dan geopolitik blok Masela yang berada di kepulauan Tanimbar di Maluku Tenggara Barat (MTB) sangat penting karena berkedudukan sebagai penentu titik pangkal untuk menentukan garis terluar batas negara.
“Untuk itu pulau-pulau tersebut perlu dijaga untuk menghindari adanya aktivitas dan klaim kepemilikan dari negara lain dalam hal ini Australia,” ujarnya.
Selain itu, Ketua Task Force Pembangunan MTB, ini juga menyebutkan, dalam pengembangan Blok Masela seharusnya melibatkan militer nasional. Sebab, Australia sudah mengintai ladang gas abadi tersebut.
“Masela dan Tanibar itu cuma 350 km-500 km dari Darwin, Australia artinya musuh sudah di depan mata kita. Saya akan mendorong TNI AL kita untuk menjaga kepulauan ini. Kalau pulau-pulau ini hilang, maka hilang sudah batas wilayah kita,” tambahnya.
Objek Vital Nasional
Connie Rahakundini Bakrie mengingatkan, wilayah Blok Abadi Masela dan wilayah sekitar seperti Pulau Saumlaki dan daerah Tanibar, Maluku Tenggara Barat adalah objek vital nasional. Oleh karena itu, pemerintah harus secara ketat dan tegas menjaganya.
“Pertahanan bukan semata-mata angkatan kuat, tapi masyarakat bisa. Masela itu berhadapan langsung Australia. Jangan hanya bicara FLNG dan OLNG dan Lupa bahwa ini bagian dari objek vital nasional. Harusnya ada angkatan laut, angkatan udara di sana,” tegasnya.
Menurutnya Kepulauan Tanimbar merupakan benteng di tenggara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang langsung berbatasan dengan Australia. Untuk itu kawasan ini secara strategis masuk dalam pembahasan strategi pertahanan NKRI. Baru pada tahun 2011 Indonesia memiliki pangkalan angkatan laut tipe C dibawah Komando Lantamal IX Ambon di jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur.
Saat ini menurutnya, Angkatan Laut memiliki dua pos yang terletak di Larat dan Selaru. Satuan Keamanan Laut (Satkamla) dengan Alutsista terbatas boat dan Sea Rider. Padahal eskalasi ancaman dan kebutuhan meningkat pesat. Pangkalan Angkatan Laut ini sebenarnya berperan penting dalam menjaga perairan yuridiksi Indonesia di Wilayah Selatan. Ancaman disekitar perairan Tanimbar kerap terjadi ilegal fishing dan berbagai operasi militer dari Australia.
“Dengan adanya Blok Masela maka sudah waktunya doktrin TNI yang semula inward looking defensive harus dirubah menjadi onward looking offensive-passives,” tegasnya. (Web Warouw)