JAKARTA – Provokasi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang harus segera dihentikan, karena masih ada provokator yang terus menggunakan sentimen suku, agama dan ras bertujuan memecah belah bangsa Indonesia. Semua pihak harus segera menghentikan upaya provokasi adu domba yang terus menerus merusak persatuan nasional. Demikian Aristides Katoppo, wartawan senior Harian Sinar Harapan kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (25/8).
“Semua kekuatan harus mendukung Presiden Jokowi untuk menghentikan semua operasi provokasi pecah belah ini. Jangan biarkan Papua jadi seperti (peristiwa-red) Ambon, yang merusak persatuan nasional,” tegasnya.
Dilihat dari pola operasi yang berlangsung, menurut Aristides Katoppo, saat ini ada niat jahat beberapa orang yang ingin mengulangi peristiwa kerusuhan Ambon menggunakan sentimen rasis dan sentimen agama, mengorbankan jiwa orang-orang yang tidak bersalah dari tahun 1999-2000.
“Peristiwa Surabaya tujuannya hanya satu, yaitu menggagalkan Presiden Jokowi memajukan bangsa Indonesia khususnya rakyat Papua menjadi bangsa yang berdaulat, adil dan makmur. Siapapun mereka adalah musuh seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.
Presiden Jokowi menurut Aristides Katoppo tidak perlu ragu untuk menindak tegas semua provokator yang memicu penyerbuan asrama mahasiswa Papua di Surabaya. Karena seluruh rakyat menunggu ketegaskan Presiden Jokowi.
“Bersihkan semua aparat, politisi dan semua orang yang terus menerus melakukan provokasi yang mensabotase pemerintahan Jokowi,” tegasnya.
Oleh karenanya, Aristides Katoppo menyerukan semua elemen bangsa dan rakyat Indonesia harus mendukung Presiden Jokowi, Panglima TNI dan Kapolri untuk menghentikan para provokator yang selalu merusak Papua hingga saat ini.
“80 persen rakyat Papua mendukung Presiden Jokowi pada Pemilu lalu. Kita semua percaya pak Jokowi bisa membawa kemakmuran dan keadilan bagi rakyat Papua,” ujarnya.
Kerusuhan dan aksi besar-besaran di berbagai kota di Papua menurut Aristides Katoppo adalah respon masyarakat atas kelambatan aparat pemerintah mengungkapkan pelaku penyerbuan asrama Papua di Surabaya dan Malang.
“Masak kita sudah kehilangan sensitifitas membedakan sebab akibat, mana api dan mana asap? Provokatornya ada di Surabaya dan Malang, koq yang ditangkap rakyat yang protes di Papua,” ujarnya.
Aristides Katoppo juga meminta agar rakyat Papua menahan diri memberikan kesempatan Presiden Jokowi, TNI dan Polri mengusut dan menangkap pelaku provokasi di Surabaya dan Malang.
“Semua orang merasakan penghinaan yang dilakukan pada rakyat Papua. Kita selesaikan secara hukum. Setelah itu kita duduk bersama untuk kembali memajukan Papua,” ujar Aristides.
Kerusuhan Ambon
Untuk diingat, konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999 telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat. Hingga 2 September 1999 setidaknya telah tercatat 1.132 korban tewas, 312 orang luka parah, 142 orang luka ringan. Sebanyak 765 rumah, 195 ruko serta puluhan kendaraan hancur dibakar.
Di samping itu 100.000 ribu orang sudah meninggalkan tempat tinggalnya dan sedikitnya 30.000 orang menjadi pengungsi di 60 kamp penampungan, khususnya di kota Ambon dan sekitarnya. Transportasi, khususnya transportasi udara, terhenti; harga-harga kebutuhan pokok kian melonjak dan persediaan makanan menipis; kegiatan pendidikan terhenti. Sementara itu belum ada tanda-tanda pertikaian akan berakhir.
Upaya penyelesaian yang telah dilakukan negara dan aparatnya bukannya meredakan konflik dan aksi kekerasan, tapi justru makin memperkeruh keadaan. Aksi kekerasan terus-menerus terjadi tanpa ada penyelesaian. Masyarakat telah kehilangan rasa aman. Rasa saling percaya diantara manusia sesamanya yang dibangun bertahun-tahun sebagai modal kehidupan demokrasi sejati telah dihancurkan.
Konflik Ambon pertama-tama dipicu oleh kejadian pertengkaran personal antara seorang sopir angkutan umum dan seorang pemuda yang sudah dianggap biasa oleh masyarakat Ambon pada umumnya. Pertengkaran personal ini kemudian meluas menjadi pertikaian antar kelompok agama dan suku yang meledak menjadi kerusuhan. (Web Warouw)

