JAKARTA — Badan Gizi Nasional (BGN) mengumumkan penerima manfaat makan bergizi gratis (MBG) per pekan pertama Juli 2025 hampir mencapai 7 juta orang. Makanan tersebut disalurkan oleh 1.873 satuan pelayanan penyediaan gizi (SPPG) di berbagai daerah.
“[Jumlah penerima sementara MBG] ini sudah melebihi total penduduk Singapura,” kata Staf Khusus BGN Redy Hendra Gunawan dalam siaran resminya yang disiarkan Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) di Jakarta, dikutip Bergelora.com di Jakarta Senin, (7/7).
Redy menjelaskan pada pekan kedua Juli 2025 bakal ada tambahan 473 unit SPPG yang akan mengoperasikan dapur-dapur MBG. Alhasil, total SPPG yang beroperasi pada pekan kedua Juli 2025 ditargetkan mencapai 2.200 unit.
“Ini sudah melebihi target dari BGN yang menargetkan Juli akan mengoperasikan sejumlah 1.994 SPPG,” kata Redy.
Redy Menyebutkan BGN saat ini dalam proses mempercepat verifikasi mitra-mitra SPPG, yang jumlahnya kurang lebih 4.000 unit. Harapannya, BGN menargetkan pada Agustus 2025 penerima MBG mencapai 24 juta orang, dan jumlah SPPG sebesar 8.000 unit.
“Kita semua berharap Badan Gizi Nasional tetap bisa melaksanakan operasionalisasi satuan pelayanan penyediaan gizi dengan standar-standar yang sudah kami sediakan untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan oleh kita semua,” kata Redy.
Program MBG dimulai secara serentak di seluruh wilayah Indonesia pada tanggal 6 Januari 2025. Hari pertama MBG diselenggarakan, terdapat 190 SPPG yang mengakses pasokan makanan bergizi untuk sekolah-sekolah dan posyandu di 26 provinsi.
SPPG merupakan satuan pelayanan penyediaan gizi yang berfungsi mengelola dapur umum yang memasak dan mendistribusikan makanan bergizi gratis untuk anak-anak, ibu-ibu hamil dan ibu menyusui, serta balita di daerah sekitarnya. Dalam mengoperasikan dapur, SPPG dipimpin oleh seorang kepala SPPG yang dibantu oleh seorang ahli gizi dan seorang akuntan.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan jumlah penerima MBG periode Januari sampai April 2025 sebesar 3 juta anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui. Kemudian, 6 juta orang pada periode April-Agustus 2025, 15-17 juta orang pada Agustus hingga September 2025. Hingga akhir tahun 2025, Presiden menargetkan Makan Bergizi Gratis dapat dinikmati oleh 82,9 juta orang.
Melesat Jadi 20 Juta Agustus 2025
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy memperkirakan cakupan program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan melonjak signifikan dari yang per 22 Juni baru mencapai 5,2 juta menjadi 20 juta pada Agustus 2025.
Hal ini seiring rampungnya pelatihan petugas dan kesiapan fasilitas dapur. Rachmat mengatakan lonjakan tersebut bisa membuat jumlah penerima manfaat naik drastis.
“Nah, menurut catatan yang saya dapat, bahwa bulan Agustus itu akan bisa melompat sampai 20 juta,” kata Rachmat dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta Pusat, Kamis (3/7) lalu.
Ia menjelaskan proyeksi itu didasarkan pada kemajuan pelatihan petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan kesiapan infrastruktur pendukung.
Saat ini, program MBG masih dalam tahap penyerapan anggaran awal. Dari alokasi sekitar Rp71 triliun, baru sekitar Rp5 triliun yang dibelanjakan. Rachmat menyebut pelatihan petugas dan kesiapan dapur menjadi faktor kunci dalam percepatan realisasi belanja.
“Karena dapurnya sudah ada, yang dilatih sekarang baru selesai nanti pada saat menjelang bulan Agustus. Nah, ini antara dapur, belanja, dengan petugas kan harus sejalan,” ujarnya.
Ia memaparkan pada Juli ini, target awal sebesar 1.994 SPPG telah dicapai. Pemerintah menargetkan jumlah itu meningkat menjadi 8.000 SPPG hingga akhir Agustus. Jika target pelatihan tercapai, maka diperkirakan 8.000 SPPG tersebut dapat melayani hingga 24 juta penerima manfaat.
Rachmat menambahkan proyeksi kenaikan juga akan berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
“September melompat lagi 14 ribu SPPG. Kemudian Oktober, 21 ribu SPPG bisa terlatih dan bisa dilatih dengan baik,” kata dia.
Dengan asumsi tersebut, program ini diperkirakan bisa menjangkau 42 juta penerima manfaat pada akhir Oktober 2025.
Namun demikian, ia mengingatkan tantangan besar yang masih harus dihadapi ke depan adalah soal rantai pasok.
“Rantai pasok ini bisa terjadi di lingkungan dapur-dapur di mana SPPG sudah ada, penerima manfaat sudah ada. Belum tentu rantai pasoknya ini bisa tercukupi dalam waktu secepat-cepatnya,” katanya.
Ia menyebut tantangan logistik dan pengadaan alat makan seperti ompreng juga menjadi perhatian dalam pelaksanaan di lapangan.
Sebagai perbandingan, Rachmat menyebut negara seperti Brazil memerlukan waktu 11 tahun untuk mengimplementasikan program serupa hingga menjangkau 20 juta orang.
“Kita menargetkan satu tahun, tapi ada tanda-tanda kita berhasil. Ya mari kita lihat sama-sama,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat jumlah penerima MBG telah mencapai 5,2 juta orang per 22 Juni 2025 sejak diluncurkan pada 6 Januari lalu.
Staf Khusus BGN Redy Hendra Gunawan menjelaskan jumlah penerima terdiri dari berbagai kategori, termasuk balita, siswa PAUD, RA, TK, SMP, SMA, hingga peserta PKBM dan pondok pesantren.
Rinciannya antara lain balita sebanyak 35.523 orang, siswa PAUD 79.090 orang, RA 31.999 orang, TK 197.391 orang, SMP 1.251.158 orang, MTS 204.746 orang, SMA 591.174 orang, SMK 392.486 orang, MA 108.060 orang, MA Kejuruan 211 orang, SLB 8.287 orang, santri pondok pesantren 21.468 orang, peserta PKBM 1.546 orang, ibu hamil 8.012 orang, ibu menyusui 12.599 orang, dan penerima manfaat dari seminari 302 orang.
Total penerima manfaat hingga 22 Juni tercatat sebanyak 5.228.529 orang. Adapun jumlah dapur umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah mencapai 1.837 unit, yang tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. (Enrico N. Abdielli)