JAKARTA- Bencana gempa bumi dalam 7.5 Skala Richter disusul tsunami yang melanda Donggala, Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya benar-benar membuat kita prihatin, selain menelan korban meninggal ribuan orang, dan kerusakan tak terkira atas rumah, infrastruktur fasilitas umum juga dampak psikologis yang dialami seluruh masyarakat disana.
Praktis dampak bencana selain menimbulkan banyak kerugian seperti tersebut diatas juga menghentikan segala aktifitas ekonomi keseharian, anak-anak tak bisa sekolah dan seterusnya.
Dr. Eka Erwansyah, seorang dosen kedokteran Universitas Hasanuddin yang menjadi anggota tim relawan saat dilapangan menangani korban mengatakan bahwa bencana Donggala, Palu, Sulawesi dan sekitarnya dalam pandangannya sebagai bencana sungguh sangat luar biasa.
Lebih lanjut Dr. Eka menjelaskan biasanya dalam suatu bencana hanya ada SATU atau DUA “pembunuh”, biasanya gempa saja, atau gempa plus tsunami. Seperti bencana Aceh didahului gempa tapi “sang pembunuh” sebenarnya hanya 1 yaitu tsunami.
Tapi untuk kasus Palu ada TIGA “Sang Pembunuh”. Pertama gempa, banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan, kedua tsunami, sekitar 1000 orang disekitar pantai yang sedang persiapan Festival Nomini tersapu oleh tsunami, dan ketiga banjir lumpur. Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur yang menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan satu perkampungan. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup, dan ada juga sekitar 200 orang siswa SMA sedang berkemah juga terkubur dalam lumpur yang tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.
Dari apa yang digambarkan diatas kita bisa merasakan betapa menderitanya saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah, baik yang meninggal dunia maupupun mereka yang selamat dari bencana, harus bertahan di lokasi pengungsian, harus berjuang memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, berusaha tabah sambil menyembuhkan trauma, juga harus mengurus korban meninggal baik itu saudara, tetangga maupun masyarakat pada umumnya. Belum lagi berpikir bagaimana membangun kembali puing-puing rumah yang hancur.
Atas hal itu segala elemen masyarakat tergerak, bergotong royong coba membantu meringankan para korban. Berikut beberapa aksi nyata yang sudah kami rangkum.
Pertama, Seruan Gotong Royong Untuk Sulawesi Tengah yang dimotori oleh Posko Nasional Menangkan Pancasila – Partai Rakyat Demokratik. Seruan ini mengumpulkan donasi melalui pengelolaan terbuka di https://m.kitabisa.com/UntukPaludanDonggala .
Ahmad Rifai selaku Koordinator Posko Nasional Menangkan Pancasila mengatakan seruan itu berdasarkan rasa atas sesama manusia, sesama anak bangsa, dimana dalam keadaan apapun harus saling bantu, “Pada prinsipnya menghidupkan gotong royong yang hampir hilang dan disinilah momentumnya, “ujarnya.
Lanjut Ahmad Rifai, bahwa seruan ini juga ditujukan kepada pemerintah untuk tidak sebatas menghimbau setiap pemda menyisihkan anggaran untuk membantu korban. “Pemerintah harus mengeluarkan intruksi kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mengumpulkan dana gotong royong nasional yang dikoordinir oleh lembaga pemeritah, mulai dari pusat sampai desa-desa, mengingat anggaran negara kita yang terbatas. Inilah jalan kita membangun kepercayaan diri dalam membangun kembali bangsa khususnya daerah yang terkena dampak bencana alam, “tegasnya.
Kedua, Lelang Seni Rupa Tanggap Darurat. Sambung Rasa Palu – Donggala. Acara ini diadakan di AOA Resto & Creative Space Jalan Selokan Mataram, Sleman – Daerah Istimewa Yogyakarta. Pamerannya dari tanggal 1 Oktober hingga 1 Nopember 2018. Lelangnya setiap Selasa dan Minggu dimana hasil penjualan karya atas lelang tadi disumbangkan kepada korban bencana. Even ini juga membuka rekening bagi mereka yang ingin berdonasi lewat BCA 861041556 a/n. Albertus Budi P. Untuk konfirmasinya bisa ke 0857 811 777 19.
Lanjar Djiwo salah satu perupa yang turut menyumbangkan karya untuk di lelang menyebutkan aksi spontan para perupa di Yogya, karena yang dipunya hanya karya maka jadilah itu yang coba dilelang untuk tanggap darurat tadi. “Kita terbuka bagi siapa saja yang ingin memajang karyanya untuk dilelang, tapi karena tempat terbatas maka harus bergantian dalam memajang karya, juga dibatasi satu perupa satu karya dan ukuran tidak lebih dari 80×60 cm, “ungkap Djiwo yang melelang karya patungnya dalam acara ini.
Para perupa yang terlibat diantaranya Lanjar Jiwo, Radilah, Galang, Joko Budianto, Benk Riyadi, Angga R, Almarhum Wardi Barang (Sanggar Coret), Aris F, Icak Hi (Medan), dan Revi (Front Kebudayaan Nasional), FKN sendiri ada dibeberapa daerah seperti Chating Art dari Sanggar Sesate di Merauke, Papua juga melakukan hal serupa.
Ketiga, Dongeng Celengan Hati. Adalah pendongeng Kak Ardy yang juga tergerak membantu korban bencana gempa – tsunami di Donggala, Palu dan Sulawesi Tengah. Dari tanggal 4 – 25 Oktober 2018 Kak Ardy akan keliling mengunjungi PAUD, TK dan SD mengajak kanak-kanak untuk berdonasi dengan cara mengisi celengan yang diedarkan, bukan besaran nominal yang dihitung tapi ini untuk membangun budaya saling membantu dan bersolidaritas antar sesama.
Bagi sekolah – sekolah SD, TK dan PAUD yang ingin bersolidaritas – berdonasi masih dibuka kesempatan mendaftar agar sekolahnya bisa dikunjungi Kak Ardy, informasi lengkapnya ke nomor telepon 0896 5217 2240.
Keempat, Penggalangan Dana Kemanusiaan Untuk Palu dan Donggala, dimotori oleh Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) yang tergabung dalam Posko Menangkan Pancasila DKI Jakarta malakukan aksi galang dana door to door. Aris Clowor selaku koordinator mengatakan bahwa titik-titik area aksi meliputi Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur.
“Di Jakarta Barat dilakukan di perempatan traffic light Grogol dan Terminal Grogol. SRMI Tingkat Kecamatan Grogol masuk ke perkampungan di Jelambar Baru, Kembangan Utara di Wilayah Taman Kota RT. 16 RW. 06. Besok (3 Oktober) jadwalnya juga masuk kampung-kampung di Kalideres dan Terminal, “ujarnya.
Sebelum memulai aksi SRMI membuat surat ijin ke Dinas Sosial, Polres, Polda, Kapolsek dan Kelurahan. Dan untuk batas waktu aksi penggalangan dana ini Aris belum bisa memastikan karena hingga saat ini kawan-kawan SRMI masih terus bergerak.
Masyarakat merespon sangat positif aksi tersebut, Aris berkata tak sedikit dari para pengguna jalan berhenti dan memasukkan uang ke wadah-wadah yang telah disediakan. Ada juga yang sampai menangis karena mereka mengaku ada beberapa saudaranya yang menjadi korban, dan mereka salut melihat kepedulian aksi di Jakarta ini yang menurut mereka sangat luar biasa sampai Ibu yang bernama Minarti juga menangis melihat langsung begitu pedulinya ibu-ibu anggota SRMI ini melakukan aksi untuk saudara-saudaranya di Palu dan Donggala.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, dana yang ada untuk sementara dikumpulkan dahulu dari beberapa wilayah DKI Jakarta, setelah itu akan kami salurkan ke mereka yang mengalami musibah di Palu – Donggala, diantaranya akan disalurkan langsung ke saudara-saudara yang terkena musibah atau nanti kami titipkan lewat Dinas Sosial atau Kementerian Sosial.
Terakhir Aris Clowor juga berpesan untuk saudara-saudara di luar Jakarta agar mau peduli dan membantu saudara-saudaranya di Palu dan Donggala, “Walaupun sedikit rejeki dan apapun bentuk pemberiannya yang mungkin itu bagi kita tidak seberapa tapi bagi mereka itu akan sangat membantu dan sangat berharga, “pungkasnya. (Sukir Anggraeni)

