JAKARTA- Sepanjang setahun 2017 tercatat setidaknya 173 perempuan Indonesia meninggal akibat kekerasan seksual dan pembunuhan dan kasus kekerasan yang dilaporkan juga meningkat 90.000 kasus. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik sebelumnya mencatat kasus kekerasan seksual terhadap perempuan meningkat cukup signifikan dalam dua tahun terakhir. LBH Apik menghitung setidaknya ada 573 kasus kekerasan seksual pada 2015. Angka ini melonjak menjadi 854 kasus pada 2016. Untuk itu, anggota DPR-RI dari Komisi IX, Dr. Ribka Tjiptaning dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) membuka hotline pengaduan korban kekerasan khususnya kekerasan seksual.
“Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Gerakan Perempuan harus fokus untuk membongkar kasus-kasus kekerasan seksual dan satu persatu harus diseret ke pengadilan. Siapapun dia, gubernur sekalipun harus dipenjarakan,” demikian anggota DPR-RI, Dr. Ribka Tjiptaning P. Kepada Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (21/4) seusai peringatan Hari Kartini di Jakarta.
Ia mengingatkan bahwa dalam setahun 3 kali bangsa ini memperingati hari perempuan yaitu, Hari Kartini 21 April, Hari Perempuan Internasional 8 Maret dan Hari Ibu 22 Desember.
“Jumlah aktivis dan politisi perempuan terus bertambah di legislatig, tapi mengapa kekerasan terutama kekerasan seksual terhadap perempuan terus bertambah? Ini seperti tidak ada hubungannya,” ujarnya.
Bahkan herannya menurutnya, tidak ada terdengar organisasi dan politisi perempuan saat ini yang melakukan advokasi pembelaan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan korban kekerasan khususnya kekerasan seksual.
“Kalau korban-korban sampai saat ini tidak berani bicara, itu tandanya, mereka ketakutan karena tidak ada yang membela dan hukum kita tidak berhasil melindungi kaum perempuan korban kekerasan seksual,” tegasnya.
Sehingga menurutnya, wajar pelaku kekerasan seksual bukan lagi rakyat biasa, dalam rumah tangga, tapi sudah meluas dan meninggi sampai dilakukan oleh oknum-oknum pejabat publik di daerah-daerah.
“Apakah kaum perempuan Indonesia tetap diam dengan keadaan ini? Semakin liberal bangsa ini, koq justru semakin banyak kekerasan seksual ditutupi? Yang bodoh adalah kita peremuan yang menjadi aktivis, perempuan politisi di DPR, eksekutif dan yudikatif,” tegasnya.
Tjiptaning menegaskan agar kaum perempuan bersatu selain memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, juga mengemban tugas untuk membebaskan kaum perempuan dari kekerasan khususnya kekerasan seksual dimanapun.
“Ayo kita bersatu, bergerak bersama. Kita jangan lagi jadi politisi elit tapi abai terhadap korban-korban kekerasan seksual. Mulai hari ini tidak boleh ada lagi kaum perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual di rumah tangga ataupun di luar rumah tangga,” ujarnya.
Hotline Pengaduan Korban
Untuk itu Tjiptaning menyampaikan dirinya membuka pengaduan pada semua kaum perempuan korban yang ketakutan tidak berani melaporkan kekerasan yang menimpa dirinya.
“Hubungi kami di DPR. Ini nomor HP kami. Tugas kami sebagai wakil rakyat untuk membela korban kekerasan perempuan. Ini nomor HP dan Whatsapp saya 0812-90935545. Saya tunggu,” ujarnya.
Untuk memperingati hari Kartini 2018 ini Tjiptaning menuliskan puisi bagi kaum perempuan Indonesia.
Perempuan Hebat bukan karena Cantik….
Perempuan Hebat bukan karena Kaya….
Perempuan Hebat bukan karena Pintar…..
Perempuan Hebat karena,:
Mampu terus berdiri menyelesaikan masalahnya….
Mampu menjadi kekuatan solidaritas dalam kehidupan…
Bersabar disaat tertekan….
Tersenyum disaat hati menangis….
Diam saat terhina….
Menyerang disaat yang tepat…
Mempesona karena selalu memaafkan….
Semoga kita para kaum perempuan
Bisa menjadi Hebat…
Selamat dan spirit untuk KARTINI masa kini….!
(Web Warouw)
