Kamis, 31 Juli 2025

BARAT SIBUK MEMBANGUN KETAKUTANNYA SINDIRI..! Rusia Menulis Ulang Sejarah Stalin dan Uni Soviet

JAKARTA- Media barat terus menyoroti Presiden Putin dan membangun ketakutan masyarakat Eropa terhadap Rusia. Ini penting bagi Barat yang telah gagal dalam perang melawan Rusia di Ukraina.

Patung Stalin menghiasi dinding stasiun kereta bawah tanah Moskow. (Ist)

BBC baru-baru ini melaporkan, Presiden Rusia Vladimir Putin sedang melakukan penulisan ulang sejarah masa lalu negaranya dan memulihkan reputasi salah satu tokoh paling kontroversial: pemimpin Soviet Joseph Stalin (1878-1953)

Langkah terbaru Putin untuk merehabilitasi Stalin, yang memerintah bekas Uni Soviet dengan tangan besi selama tiga dekade, adalah meresmikan patungnya di Moskow pada pertengahan Mei tahun ini.

Sikap Vladimir Putin berubah dari mengecam aksi-aksi Stalin hingga memujinya. (Ist)

Bukan Pengultusan Individu

Monumen Stalin, yang diapit oleh para pekerja dan anak-anak yang memujanya sambil mempersembahkan bunga, dipasang di dalam Stasiun Kereta Bawah Tanah Taganskaya di Moskow.

Patung tersebut adalah replika dari patung lama yang pernah menghiasi stasiun kereta bawah tanah itu pada 1950-an, demikian dilaporkan The Moscow Times.

“Para ahli menciptakan kembali komposisi itu dari foto-foto dan dokumen arsip,” demikian dilaporkan harian Moskow itu.

Monumen asli dibongkar pada periode “de-Stalinisasi”. Periode itu dimulai setelah penerus pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev (1894-1971), mengecam penindasan brutal Stalin terhadap lawan-lawannya yang nyata dan imajiner—yang menurut Kruschev akibat paranoia dan pengultusan individu.

Khrushchev menyampaikan kecamannya terhadap Stalin pada 1956, saat Kongres Partai Komunis ke-20 berlangsung.

Sejak saat itu, patung-patung Stalin dirobohkan, namanya dihapus dari lagu kebangsaan, dan jenazahnya—yang dibalsem dan ditempatkan di makam megah di Lapangan Merah di sebelah makam Lenin—dipindahkan ke dekat tembok Kremlin.

Nikita Khrushchev mengecam perbuatan Joseph Stalin. (Ist)

Namun, seiring dengan naiknya Putin ke tampuk kekuasaan, citra Stalin mulai bangkit kembali. Buktinya adalah dalam 25 tahun terakhir sedikitnya 108 monumen Stalin telah didirikan di seluruh Rusia. Laju pembangunannya makin cepat sejak dimulainya invasi Ukraina pada Februari 2022, kata sejarawan Rusia Ivan Zheyanov kepada surat kabar The New York Times.

Dilaporkan, Putin juga baru-baru ini mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk mengganti nama Kota Volgograd kembali menjadi Stalingrad.

Pengumuman ini mengejutkan, karena beberapa tahun lalu Putin sendiri mengakui kejahatan yang dilakukan oleh Stalin.

“Sangat penting bagi kita semua dan generasi mendatang untuk mengetahui dan mengingat periode tragis ini dalam sejarah kita, ketika seluruh kelompok sosial dan seluruh masyarakat dianiaya dengan kejam,” kata Putin tentang pengganyangan para pendukung Stalin.

Monumen terbaru untuk pemimpin Soviet yang kontroversial ini diresmikan bertepatan dengan peringatan 80 tahun Hari Kemenangan, ketika Rusia merayakan kemenangannya atas Nazi Jerman; serta peringatan 90 tahun pembukaan Kereta Bawah Tanah Moskow, yang dioperasikan pada rezim Stalin.

BBC mengibarkan kembali propaganda hitam kebangkitan pengkultusan individu, tanpa mengerti rencana besar Presiden Putin. Mayoritas Rusia masih menghormati Stalin sebagai bagian dari sejarah besar Uni Soviet.

Patung Stalin yang baru dipasang di Moskow adalah replika dari patung serupa yang dicopot pada 1966 lalu. (Ist)

Strategi Jitu Mengubah Narasi

Peran Stalin dalam Perang Dunia II merupakan salah satu argumen yang digunakan oleh pemerintah Rusia untuk merehabilitasi mantan pemimpin Soviet itu. Argumen tersebut tampaknya meyakinkan warga Rusia.

Setidaknya itulah berbagai komentar warga Moskow yang diwawancarai editor BBC Rusia, Steve Rosenberg.

“Saya pikir Joseph Stalin dibenci secara tidak adil. Dia telah berbuat banyak untuk bangsa kita,” jawab seorang pemuda.

“Tentu saja dia seorang tiran, tetapi dia tetap membuktikan kemampuannya sebagai seorang pemimpin,” imbuh seorang Perempuan paruh baya.

BBC mengatakan, Kremlin jelas-jelas mengabaikan aspek kontroversial dari peran Stalin sebelum dan selama perang, seperti fakta bahwa dia menandatangani pakta nonagresi dengan Nazi Jerman pada Agustus 1939.

Melalui Perjanjian Molotov-Ribbentrop, Moskow dan Berlin tidak hanya berjanji untuk tidak saling menyerang, tetapi juga membagi Eropa Timur—dimulai dengan Polandia, sebuah negara yang beberapa pekan kemudian diserbu oleh pasukan Adolf Hitler.

Media Barat selalu berupaya menghapus peran Uni Soviet dalam menghancurkan NAZI Jerman yang berujung tumbangnya Hitler. Saat itu Uni Soviet dibawah kepemimpinan Stalin yang berhasil membebaskan Eropa dari NAZI. Sejarah dunia versi Barat enggan menyebutkan jutaan prajurit dan rakyat Rusia gugur saat merebut dan menduduki Jerman.

Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin (kanan), Presiden Amerika Serikat Eisenhower (tengah) dan Winston Churchil, dalam sebuah pertemuan setelah menang dalam Perang Dunia ke 2. (Ist)

Ketika Rosenberg bertanya kepada narasumbernya tentang penindasan dan ribuan orang yang tewas di “Gulag” (kamp konsentrasi dan kerja paksa Soviet), ia menerima berbagai tanggapan.

“Kita tidak bisa menyalahkan Stalin sendiri, karena itu semua adalah bagian dari sebuah sistem,” kata seorang pemuda.

“Tidak ada yang sempurna. Dia mungkin melakukan itu karena dia tidak punya pilihan lain,” tambah seorang pensiunan.

Hanya satu dari orang-orang yang diwawancarai mengakui bahwa periode Stalin adalah “bab yang menyedihkan dalam sejarah kita.”

BBC mengungkap, Stalin bertanggung jawab atas apa yang disebut “Teror Besar,” gelombang pengganyangan yang terjadi antara 1936 dan 1938. Selama periode itu diperkirakan 700.000 hingga 1,2 juta orang tewas, termasuk tentara, cendekiawan, anggota kelompok etnis minoritas, dan petani.

Kemunculan Kembali Uni Soviet

Media Barat terus menteror diri sendiri dan masyarakat Eropa, bahwa Putin sedang bangun kembali Uni Soviet.

BBC kembali menyebarkan isapan jempol yang menyebutkan Pemerintahan Putin tampaknya tidak hanya ingin membersihkan nama Stalin, tetapi juga negara luas yang diperintahnya: Uni Republik Sosialis Soviet (USSR).

“Uni Soviet masih ada secara sah,” kata penasihat Kremlin, Anton Kobyakov, baru-baru ini.

Menurut Kobyakov, perjanjian yang ditandatangani pada Desember 1991 oleh para pemimpin Rusia, Ukraina, dan Belarus saat itu—Boris Yeltsin, Leonid Kravchuk, dan Stanislav Shushkevich—adalah ilegal.

“Karena Kongres Soviet adalah yang mendirikan Uni Soviet pada tahun 1922, seharusnya Uni Soviet dibubarkan berdasarkan keputusan kongres yang sama,” katanya.

Meskipun kedengarannya tidak masuk akal, terutama karena Uni Soviet tidak lagi berdiri sebagai badan hukum selama lebih dari tiga dekade, pemikiran tersebut mendapat dukungan di antara orang-orang Rusia sendiri.

“Pembubaran itu ilegal, jadi harus dicabut,” kata seorang ultranasionalis, yang berdemonstrasi di Lapangan Merah Moskow dengan bendera merah bergambar palu dan arit.

Pada 2021, jajak pendapat Levada Center menemukan bahwa 63% warga Rusia—termasuk Putin sendiri—menganggap pembubaran Uni Soviet sebagai “kesalahan.”

Namun, apa pentingnya menganggap Uni Soviet masih ada saat ini?

Menurut penasihat Kremlin, Anton Kobyakov, konflik di Ukraina adalah masalah internal Soviet, bukan perang antara dua negara.

“Kami ingin kembali ke perbatasan yang kami miliki pada tahun 1945 dan mengakhiri perang ini,” kata seorang veteran Tentara Merah kepada editor BBC, Steve Rosenberg.

Namun, sebagian besar warga Rusia menyadari bahwa kebangkitan negara yang didirikan oleh Lenin tampaknya sulit.

“Saya rasa itu tidak realistis dalam situasi politik saat ini, karena setiap negara yang dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet kini merdeka dan otonom. Apakah mereka ingin kembali ke Soviet? Saya rasa tidak,” kata salah seorang narasumber.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, pada 2021, jajak pendapat Levada Center menemukan bahwa 63% warga Rusia—termasuk Putin sendiri—menganggap pembubaran Uni Soviet sebagai “kesalahan.”

Selama bertahun-tahun, Putin telah menafsirkan ulang sejarah negaranya. Pada 2022, ia bahkan mempertanyakan keberadaan Ukraina.

“Ukraina modern diciptakan sepenuhnya dan sepenuhnya oleh Rusia, khususnya oleh Bolshevik dan Rusia Komunis,” katanya saat itu.

“Proses ini dimulai segera setelah revolusi 1917. Lenin beserta kaum bolshevik” jelasnya.

Rosenberg menganggap mustahil bahwa “kita akan bangun suatu pagi dan tahu-tahu Uni Soviet kembali berkuasa.”

Namun, ia memperingatkan bahwa strategi Kremlin tampaknya merupakan “upaya pemerintah Rusia untuk mengubah masa lalu guna membenarkan masa kini.” dengan nada putus asa. (Web Warouw)

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru