Minggu, 19 Oktober 2025

BARAT SUDAH JAUH KETINGGALAN..! Para Eksekutif Barat Minder dan Tertampar Usai Kunjungi China

JAKARTA- Para eksekutif otomotif dan energi hijau Barat yang mengunjungi China kembali dengan rendah hati dan bahkan ketakutan. Seperti dilaporkan Telegraph, para eksekutif tersebut memperingatkan industri manufaktur yang sangat otomatis di China dapat dengan cepat meninggalkan negara-negara Barat, terutama dalam kendaraan listrik.

“Kita berada dalam persaingan global dengan China dan ini bukan hanya EV. Dan jika kita kalah dalam hal ini, kita tidak punya masa depan di Ford,” kata CEO Ford Jim Farley kepada The Verge  dikutip Bergelora.com di Jakarta, Rabu (15/10).

Beberapa perusahaan bahkan tak jadi membuat produk baru karena merasa tak mampu menyaingi China. Pendiri perusahaan pertambangan Fortescue, Andrew Forrest, menyebut perjalanannya ke China membuatnya tak jadi memproduksi powertrain EV.

“Tak ada orang, semuanya robotik,” katanya, menceritakan proses manufaktur di China.

Para eksekutif lainnya mengingat kunjungan ke ‘pabrik gelap’ yang tak perlu lampu, karena sebagian besar pekerjaan dilakukan sepanjang waktu oleh robot. “Anda merasakan adanya perubahan ini, di mana daya saing China telah berubah dari sekadar subsidi pemerintah dan upah rendah jadi sejumlah besar insinyur sangat terampil dan terdidik yang berinovasi gila-gilaan,” ujar CEO Octopus, pemasok energi Inggris.

Menurut angka terbaru Federasi Robotika Internasional, China menggunakan robot industri dalam jumlah jauh lebih banyak daripada Jerman, AS, dan Inggris. Salah satu alasannya adalah penurunan populasi tenaga kerja.

“China memiliki masalah demografi cukup menonjol, tapi manufakturnya, secara umum, cukup padat karya. Jadi, sebagai pencegahan, mereka ingin mengotomatiskannya sebanyak mungkin, bukan karena mereka berharap akan mendapat margin lebih tinggi, tapi mengkompensasi penurunan populasi dan mendapat keunggulan kompetitif,” ujar analis Bismarck Analysis, Rian Whitton.

Selain kendaraan listrik, China juga melakukan dorongan besar untuk mengadopsi AI sebagai bagian dari rencana sepuluh tahun, dengan tujuan menjadikannya mesin pertumbuhan utama bagi ekonomi negara.

Program luar angkasa negara itu juga makin kuat, memicu kekhawatiran China akan mengalahkan AS kembali ke Bulan. Tanda-tanda masa depan didominasi industri China sudah terlihat jelas, terutama di kendaraan listrik. Sementara Amerika Serikat menerapkan langkah proteksionis untuk melindungi produsen dalam negeri, kendaraan listrik buatan China memicu ketertarikan besar di Eropa.

CEO Ford bahkan mengakui ia suka kendaraan listrik Xiaomi.

“Saya tidak terlalu suka membicarakan persaingan, tetapi saya mengendarai Xiaomi. Kami menerbangkannya dari Shanghai ke Chicago, dan saya sudah mengendarainya selama enam bulan, dan saya tidak ingin melepaskannya,” cetus Farley.

Industri Robot Humanoid Dorong Perekonomian China

Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, di sebuah pabrik otomotif, deretan robot humanoid berwarna perak berjalan di sepanjang lini perakitan, melakukan tugas-tugas yang dahulu hanya dapat dilakukan oleh manusia, mulai dari pemindaian mobil hingga pemeriksaan sabuk pengaman dan penempelan label pada kendaraan

Ini bukan adegan dari film fiksi ilmiah, melainkan sebuah kolaborasi antara UBTECH, sebuah perusahaan robotika yang berbasis di Shenzhen, dengan produsen mobil listrik China NIO, yang menyoroti kemajuan pesat dalam industri robot humanoid di China.

Seiring persaingan yang semakin ketat di kalangan produsen, robot humanoid semakin diintegrasikan ke dalam berbagai sektor, dengan aplikasi industri berperan sebagai pemimpin.

Sebelumnya pada bulan ini, UBTECH mengumumkan kerja sama dengan FAW-Volkswagen, salah satu produsen mobil patungan pertama di China, untuk mengembangkan pabrik mobil nirawak.

Inisiatif itu bertujuan untuk menggunakan Walker S, robot humanoid industri buatan UBTECH, di pabrik FAW-Volkswagen di Qingdao, China timur. Robot Walker S akan melakukan berbagai tugas seperti pengencangan baut, perakitan komponen, dan penanganan suku cadang otomotif.

Para ahli memandang manufaktur industri, layanan komersial, dan pendampingan keluarga sebagai bidang-bidang utama untuk penerapan robot humanoid. Di antara bidang-bidang tersebut, manufaktur industri siap untuk memimpin.

Pada Konferensi Inovasi 2024 yang diselenggarakan pada akhir pekan lalu di Shenzhen, pusat teknologi sekaligus kota metropolitan di China selatan, Wakil Presiden UBTECH Pang Jianxin mengatakan bahwa robot humanoid semakin terlibat dalam sektor-sektor penting di industri manufaktur, termasuk mobil, komputer, komunikasi, dan barang elektronik konsumen.

“Sifat terstandardisasi dari manufaktur industri menjadikannya sebagai area aplikasi awal yang ideal untuk robot humanoid,” kata Pang.

Pang juga menyoroti bahwa basis industri China yang kuat menyediakan lahan subur untuk pengembangan robot humanoid. Integrasi mendalam ke manufaktur industri akan secara signifikan meningkatkan kemampuan manipulasi alat dan pelaksanaan tugas robot humanoid, kata Pang.

China menargetkan untuk membangun sistem inovasi awal untuk robot humanoid per 2025, menurut pedoman dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China. Per 2027, China akan memiliki sistem rantai pasokan dan industri yang aman dan andal, dan berbagai produk terkait akan terintegrasi secara mendalam ke ekonomi riil.

Perusahaan robotika China berada di garis depan dalam memajukan teknologi robot humanoid, mencapai terobosan signifikan dalam hal fungsi tubuh bagian bawah dan atas.

LimX Dynamics mengatasi tantangan dalam hal kontrol gerakan dinamis pada tubuh bagian bawah robot humanoid dengan mengembangkan algoritma khusus untuk perencanaan gerakan, estimasi keadaan, dan koordinasi seluruh tubuh. Robot humanoid buatan perusahaan itu kini mampu melakukan gerakan berlari secara kontinu, menyelaraskan gerakan lengan dengan gerakan tubuh bagian bawah secara mulus.

Sementara itu, di bidang desain tubuh bagian atas, perusahaan seperti PaXini Technology berupaya menembus batasan dalam hal sensitivitas dan koordinasi. Robot humanoid PaXini memiliki fitur tangan taktil yang mampu membedakan antara kulit manusia lanjut usia dan kulit anak-anak.

Nie Xiangru, salah seorang pendiri PaXini Technology, menekankan pentingnya persepsi taktil pada tangan manusia. Untuk meniru kemampuan itu, perusahaan tersebut secara independen merekayasa sensor taktil susunan permukaan multidimensi, meningkatkan kemampuan robot untuk memahami dan merespons dengan indra peraba yang fleksibel dan menyerupai kemampuan manusia.

Xiong Rong, seorang profesor di Universitas Zhejiang, mengatakan bahwa robot humanoid dirancang dalam bentuk manusia untuk memaksimalkan keserbagunaan dan memfasilitasi integrasi yang sempurna ke dalam lingkungan sosial.

Menurut laporan yang dirilis dalam Konferensi Industri Robot Humanoid China Pertama pada April, skala pasar industri robot humanoid China diprediksi akan mencapai 2,76 miliar yuan (1 yuan = Rp2.226) pada 2024 dan 75 miliar yuan per 2029.

Terlepas dari semua kemajuan tersebut, para ahli di konferensi robot itu mengingatkan bahwa perjalanan menuju penggunaan robot humanoid di segala skenario masih dalam tahap awal, terutama di lingkungan rumah tangga dan komersial yang kompleks dengan interaksi antara manusia dan robot yang membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas.

Menurut Pang, pengembangan robot humanoid pada masa depan membutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai motor berkinerja tinggi, sensor, dan komponen inti lainnya.

“Mungkin material-material baru seperti otot artifisial berpotensi merevolusi desain robot humanoid, memungkinkan pergeseran dari mekanisme yang digerakkan oleh tenaga yang kaku ke mekanisme yang digerakkan oleh tenaga yang fleksibel,” kata Pang menambahkan.

(Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru