JAKARTA – China menjatuhkan hukuman mati kepada Zhao Weiguo, mantan Komisaris Utama Tsinghua Unigroup, karena terlibat dalam kasus korupsi besar. Putusan ini diumumkan oleh pengadilan di Provinsi Jilin pada Rabu (14/5) lalu.
Zhao dinyatakan bersalah atas tindak pidana korupsi dan pencucian uang yang menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Kasus ini menjadi sorotan karena melibatkan salah satu tokoh penting di industri semikonduktor China.
Pengadilan di Provinsi Jilin menjatuhkan hukuman mati dengan didahului kurungan 2 tahun penjara. Artinya, Zhao harus menyelesaikan waktunya di penjara terlebih dahulu sebelum menerima hukuman mati.
Tak cuma itu, Zhao juga dikenakan denda sebesar total 12 juta yuan karena secara ilegal mengumpulkan keuntungan bagi keluarga dan teman-temannya, dengan merugikan perusahaan, demikian dikutip Reuters, Senin (26/5/2025).
Reuters tak bisa menghubungi Zhao untuk meminta komentar. Ia pertama kali digugat untuk kasus korupsi pada 2023 silam.
Berasal dari cabang Universitas Tsinghua yang bergengsi di China, Tsinghua Unigroup yang didukung negara didirikan pada 1988 sebagai tulang punggung industri chip domestik China yang kala itu masih tertinggal.
Di bawah kepemimpinan Zhao, perusahaan menghabiskan miliaran yuan untuk akuisisi yang tak relevan dan ekspansi bisnis yang tak menguntungkan, mulai dari properti hingga judi online.
Perusahaan akhirnya berdarah-darah dan gagal membayar obligasi pada akhir 2020 silam, hingga menghadapi kebangkrutan.
Pada 2022, Tsinghua Unigroup merampungkan rencana restrukturisasi yang menempatkannya di bawah kepemilikan Wise Road Capital, Jianguang Asset Management, dan beberapa pendanaan yang terafiliasi pemerintah.
Ini Sang ‘Penjagal’ Koruptor China, Bikin Tiongkok jadi Raksasa Dunia
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, China pernah punya ‘penjagal’ menakutkan bagi para koruptor karena kebijakannya yang ganas melawan korupsi di Negeri Tirai Bambu.
Ia adalah Zhu Rongji, perdana menteri China pada 1998 hingga 2003.
Zhu Rongji dan Presiden China saat itu, Jiang Zemin, adalah duo pemimpin yang kompak memberantas korupsi dengan serentetan hukuman mematikan.
Dilansir dari China.org, Zhu dan Jiang menerapkan hukuman mati bagi mereka yang terbukti korupsi.
Menurut East Asia Forum, hukuman ini menyasar mereka yang berada di balik badan usaha milik negara (BUMN) hingga bisnis-bisnis militer di China. Upaya ini mulai intensif digenjot Zhu di tahun 2000.
Pada 1999, mantan wakil gubernur Jiangxi, Hu Changqing dan Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) Cheng Kejie menjadi beberapa di antara pejabat politik yang dihukum mati akibat korupsi.
Cheng saat itu jadi pejabat berpangkat tertinggi yang dieksekusi sejak 1949.
Kampanye anti-korupsi Zhu ini bahkan mampu mengungkap korupsi di tubuh Partai Komunis China.
Sejumlah pejabat Partai Komunis saat itu ketahuan berhubungan dengan organisasi bawah tanah brutal di kota utara Shenyang.
“Kami semua terkejut dengan berita itu,” kata seorang wakil NPC dari daerah otonomi Guangxi Zhuang.
“Cukup jelas bahwa korupsi membahayakan posisi Partai Komunis,” lanjutnya.
Menurut Kepala Kejaksaan Agung Rakyat, Han Zhubin, sebanyak 45 ribu kasus korupsi telah diinvestigasi pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, tujuh pejabat korup di tingkat menteri atau provinsi telah dihukum. Ribuan orang juga dihukum namun mereka pejabat berpangkat rendah.
Zhu memang dikenal sebagai pemimpin tangan besi. Ia pernah terang-terangan meminta disiapkan “100 peti mati untuk para koruptor” dengan satu peti dikhususkan untuknya apabila ia juga melakukan korupsi.
“Siapkan 100 peti mati untuk para koruptor dan gunakanlah 99 peti itu. Sisakan 1 peti untuk saya apabila saya korupsi,” demikian pernyataan Zhu yang paling dikenal sepanjang sejarah negara komunis China. (Web Warouw)