JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal melakukan audit secara total terhadap kegiatan pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI). Hal tersebut menyusul insiden longsoran lumpur basah yang terjadi di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) beberapa waktu lalu.
Adapun, insiden ini setidaknya telah menewaskan sebanyak tujuh orang pekerja. Akibatnya operasi di Grasberg, salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia kemungkinan akan dimulai kembali secara bertahap pada paruh pertama 2026.
“Tapi yang namanya musibah memang itu terjadi. Maka apa yang harus dilakukan? Yang pertama adalah kita melakukan audit total terhadap implementasi daripada operasi underground di Freeport,” kata Bahlil di Kementerian ESDM, Jumat (10/10/2025).
Menurut Bahlil operasional PTFI di tambang tersebut hingga saat ini masih terhenti. Namun yang pasti, proses audit yang dilakukan pemerintah masih terus berlangsung.
“Sekarang belum ada yang bisa dilakukan produksi. Tetapi kita lagi lakukan audit sampai kemudian kita bisa menemukan apa faktor penyebabnya,” tambah Bahlil.
Lebih lanjut, ia mengatakan usai audit rampung, maka pihaknya akan melakukan langkah mitigasi agar kejadian yang serupa tidak terjadi kembali di masa mendatang.
“Dan itu dibutuhkan berbagai langkah-langkah terkait dengan teknik sipilnya, teknik tambangnya. Dan ini tim saya lagi terus melakukan proses audit di sana,” ujarnya.
Terpisah, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan kapan operasional tambang akan kembali beroperasi. Pasalnya, perusahaan juga tengah menginvestigasi penyebab longsoran yang terjadi di area tambang bawah tanah tersebut.
“Nanti kita kan lagi melakukan investigasi, dan investigasi tersebut dilakukan evaluasi, baru kita akan, ya tentu saja komunikasi dengan Kementerian ESDM-nya, dalam hal ini Inspektur tambang,” kata Tony.
Seluruh Korban Longsor Tambang Grasberg Ditemukan
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terjebak di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Kabupaten Mimika, Papua Tengah, telah ditemukan. Sebanyak 7 pekerja ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Para pekerja terjebak setelah terjadi longsor material pada 8 September 2025 pukul 22.00 WIT.
Upaya penyelamatan pun dilakukan setiap hari hingga pada 20 September 2025 ditemukan 2 pekerja dan pada 5 Oktober 2025 ditemukan 5 pekerja lainnya.
“Seluruh 7 rekan kerja kami yang terdampak insiden pada 8 September 2025 telah ditemukan dan proses penyelamatan dinyatakan selesai,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).
Pencarian korban dilakukan oleh tim penyelamat PTFI bekerja sama dengan Kementerian ESDM, Polres Mimika, Basarnas, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Adapun 2 korban yang ditemukan lebih dulu pada 20 September 2025 adalah Wigih Hartono dan Irawan.
Sementara 5 korban yang ditemukan pada 5 Oktober 2025 adalah Zaverius Magai, Holong Gembira Silaban, Dadang Hermanto, Balisang Telile, dan Victor Bastida Ballesteros.
Untuk 5 korban yang baru ditemukan, jenazahnya akan dibawa ke Jakarta untuk kemudian diantar ke kampung halaman masing-masing, kecuali jenazah Zaverius Magai yang akan dimakamkan di Kuala Kencana, Timika.
Tony menyampaikan rasa duka mendalam atas kehilangan ini. Menurutnya, para pekerja yang menjadi korban longsor material tersebut merupakan sahabat dan bagian dari keluarga besar PTFI, sehingga membawa duka yang mendalam.
“Atas nama pribadi dan perusahaan, saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga yang telah berada di Tembagapura sejak 14 September 2025. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kekuatan dan ketabahan bagi kita semua,” ungkapnya.
Ia memastikan, PTFI akan memberikan pendampingan penuh bagi seluruh keluarga rekan kerja yang telah berpulang, serta penanganan jenazah dengan penuh hormat.
Di sisi lain, Tony juga mengapresiasi tim penyelamat yang telah bekerja tanpa henti di tengah kondisi yang sangat menantang. Penyelamatan memerlukan waktu panjang karena lokasi yang sulit dan volume material basah mencapai sekitar 800.000 ton.
Adapun proses investigasi untuk mengetahui penyebab insiden akan terus dilanjutkan secara menyeluruh dan transparan.
“Hasil investigasi akan menjadi dasar bagi perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terjadi di masa mendatang,” ucapnya.
1. Wigih Hartono, Electrician, PT Cita Contract
2. Irawan, Electrician, PT Cita Contract
3. Zaverius Magai, PT Redpath Indonesia
4. Holong Gembira Silaban, PT Redpath Indonesia
5. Dadang Hermanto, PT Redpath Indonesia
6. Balisang Telile, warga negara Afrika Selatan, PT Redpath Indonesia
7. Victor Bastida Ballesteros, warga negara Republik Chili, PT Redpath Indonesia (Web Warouw)

