JAKARTA- Beredar sebuah petisi online di Filipina berusaha mendesak Organisasi Kesehatan Dunia untuk selidiki Fort Detrick yang memiliki Institut Penelitian Medis Angkatan Darat AS untuk Penyakit Menular, disebut tempat itu ada kaitan dengan asal usul Covid-19.
Adapun petisi online itu diprakarsai oleh radio internet Global Talk News Radio yang berbasis di Manila, Filipina, mendorong CDC AS untuk menutup fasilitas di Fort Detrick karena diklaim ada pelanggaran keamanan serius khususnya yang berkaitan dengan pembuangan bahan berbahaya.
“Sampai hari ini, Fort Detrick tetap menjadi misteri yang terlalu berbahaya untuk diabaikan oleh para ahli WHO,” demikian bunyi petisi online yang dipublikasikan di Change.org.
Para pembuat petisi online itu mengatakan tidak masuk akal bagi AS menekan WHO untuk membuang-buang waktu yang berharga dengan mengirimkan misi kedua ke Wuhan.
“Di sisi lain, ada terlalu banyak laporan serius dan kredibel yang diangkat oleh para ahli dari negara lain yang menunjuk pada insiden Covid-19 di wilayah mereka sendiri, sebelum ditemukannya virus di China pada 31 Desember 2019,” kata mereka dalam petisi online itu.
Lebih lanjut, seorang dokter Filipina, Leomil Aportedera adalah salah satu penandatangan petisi yang meneliti tentang insiden lab di Fort Detrick.
Dia mengatakan semua orang perlu fokus dalam memperluas jaring pencarian untuk sumber pandemi ini.
Sedangkan, jurnalis dan analis veteran, Herman Tiu Laurel termasuk di antara kelompok jurnalis, pengusaha, dan cendekiawan Filipina di balik gerakan petisi.
Petisi tersebut secara resmi diluncurkan dalam konferensi pers virtual pada 5 Agustus di Manila.
“Ada banyak pandangan tentang virus ini dan justru itulah poin kami untuk memperluas diskusi, memperluas penyelidikan sehingga kami dapat memiliki pemahaman yang menyeluruh dan komprehensif (tentang COVID-19),” kata Laurel.
Dia mengatakan kelompok itu akan menjangkau organisasi lain dan think tank di kawasan Asia Tenggara untuk meluncurkan petisi serupa.
Laurel mengkritik politisasi penelusuran asal usul Covid-19, bahkan menyebut sebelum kasus Covid-19 pertama dilaporkan di kota Wuhan, China tengah pada Desember 2019.
Sementara itu, petisi online dari Filipina diketahui telah mengumpulkan ratusan tanda tangan, juga menyerukan negara-negara tertentu untuk berhenti mempolitisasi Covid-19.
“Oleh karena itu, kami membubuhkan tanda kami pada seruan ini, berharap bergabung dengan jutaan orang di seluruh dunia yang mencari landasan bersama untuk memungkinkan sains, bukan politik dan bukan rasisme, untuk berkuasa,” bunyi petisi tersebut.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, berdasarkan tautan yang ditawarkan dalam petisi, situs berita online New Jersey melaporkan bahwa Michael Melham, walikota kota Belleville di New Jersey, mengatakan telah dites positif untuk antibodi Covid-19 lima bulan setelah menderita halusinasi dan suhu yang tinggi pada November 2019 lalu.
Laurel juga mengutip World Military Games yang diadakan di Wuhan pada Oktober 2019 di mana istri seorang karyawan Fort Detrick dilaporkan pingsan di tengah acara bersepeda.
Dia juga mengutip laporan April 2020 dari The Times of Israel, yang mengatakan AS memperingatkan Israel dan NATO tentang wabah penyakit di China pada November 2019.
Selain itu, SARS-CoV-2 juga terdeteksi dalam sampel yang dikumpulkan dari limbah Milan dan Turin Italia pada Desember 2019 dan dalam sampel air limbah yang dikumpulkan pada Maret 2019 dari Barcelona, Spanyol. (ZKA Warouw)