JAKARTA- Kementerian Pertahanan China menegaskan pada hari Kamis (28/12) bahwa militer baru-baru ini melakukan uji rail-mobile baru untuk Inter-Continental Ballistic Missiles (ICBM),–rudal balistik antarbenua yang mampu memukul setiap bagian dari Amerika Serikat dengan hulu ledak nuklir. Hal ini dikutip Bergelora.com di Jakarta Sabtu (2/1) dari www.geopolintelligence.com, Jumat (1/1) yang mengutip dari www.freebeacon.com Kamis (31/12).
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Yang Yujun juga tidak membantah laporan Amerika Serikat bahwa kapal selam rudal nuklirnya mulai melakukan patroli laut dengan menggunakan kapal selam nuklirnya. Yang juga mengungkapkan rincian baru rencana China untuk membangun kapal induk kedua yang saat ini sedang dibangun di galangan kapal pesisir timur laut di Dalian.
Uji multi-hulu ledak baru dari rudal balistik antarbenua (ICBM) DF-41, pertama kali dilaporkan oleh Washington Free Beacon pada 21 Desember 2014 lalu, Yang ditanya tentang badan intelijen AS mendeteksi tes tabung rudal rel ejeksi ponsel dan apakah dia bisa mengkonfirmasikannya.
“Uji ilmiah dalam wilayah Cina dilakukan sesuai rencana,” katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
DF-41 rudal adalah senjata nuklir terbaru dan terpanjang yang diproduksi China dengan daya jangkauan hingga 7.456 mil. Rudal itu diuji pada 4 dan 5 Desember 2015 lalu dari tabung kereta api di kompleks peluncuran rudal di China tengah.
Komentar oleh Yang tentang sistem persenjataan strategis menunjukkan Cina telah bergeser sedikit dari kebijakan masa lalu yang sangat rahasia.
Yang menjelaskan bahwa sebuah kapal induk baru yang sedang dibuat di dalam negeri. Sebelumnya, kapal induk China pertama, Liaoning yang dibeli dari Rusia pada era Uni-Soviet, telah diperbaharui.
“China saat ini sedang konsentrasi untuk penelitian dan pengembangan kedua kedua kapal induk itu,” katanya.
Yang mengatakan kapal induk baru akan dirancang mirip Liaoning dengan ski-jump takeoff ramp, dan mampu membawa 15 pesawat tempur. Kapal induk itu memiliki pembangkit listrik sebesar 50.000 ton.
The Washington Times melaporkan 9 Desember lalu bahwa Komando Strategis Amerika Serikat telah memastikan Beijing telah mulai berpatroli menggunakan kapal selam nuklir kelas Jin dengan membawa peluncur rudal JL-2. Pentagon mengatakan JL-2 memberikan China kemampuan serangan nuklir yang signifikan.
Pada November 2013, sebuah surat kabar Amerika, Global Times melaporkan efek dari serangan nuklir JL-2 di Amerika Serikat bagian barat,– Los Angeles dan Seattle,– akan membunuh sampai 12 juta orang.
Rudal Dalam Kereta
Minggu lalu, Televisi China juga menayangkan laporan pembangunan rail system yang akan digunakan untuk Rudal balistik antarbenua (ICBM),DF-41, menggunakan sistim jalur dan terowongan yang membentang di beberapa ribu mil di China tengah. DF-41 akan menggunakan peluncur yang dapat berpindah diatas mobile transporter-erector.
Komisaris Politik, Laksamana Yin Zhuo mengatakan kepada CCTV (Televisi China) bahwa kemapuan senjata nuklir China terus meningkat dan tidak akan berhenti. Namun ia mengatakan bahwa senjata nuklir China janganlah dilihat sebagai ancaman.
Yin kemudian menandaskan lagi posisi resmi China, bahwa senjata nuklir janganlah dilihat sebagai ancaman, karena Beijing berpegang pada komitmen No-First-Use Policy. Kebijakan itu menegaskan bahwa pembangunan kekuatan nuklir China tidak akan digunakan, ”Jika anda bukan yang pertama menyerang kami, maka kami bukan ancaman,” ujarnya di jaringan televisi China.
Menurut seorang pakar militer China, Sr. Kolonel Li Li, dari Universitas Pertahanan Nasional, Tentara Pembebasan Rakyat, ICBM yang menggunakan jalan kereta lebih sulit untuk dideteksi satelit mata-mata karena dapat disamarkan sebagai kereta api penumpang dan rudal tidak dapat dilihat sampai diluncurkan.
Li mengatakan rudal mobile itu akan menggunakan warna yang sama dengan semua kereta api penumpang di China. Warna standar kereta api akan membuat ICBM ini menjadi “siluman’ dan berpindah dengan kecepatan lebih tinggi sehingga sulit dilacak. (Web Warouw)