JAKARTA — Korban ledakan di SMAN 72 Jakarta yang mendapat perawatan medis ternyata tidak hanya berasal dari kalangan siswa. Sejumlah guru dan petugas masjid juga turut menjadi korban dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Manajer Pelayanan Medis RS Yarsi Cempaka Putih, Irmadianti, mengatakan rumah sakit menerima korban dalam beberapa gelombang sejak insiden terjadi.
“Kami menerima korban itu kan bertahap ya. Ada pasien-pasien yang baru-baru datang ke poliklinik. Ada guru, ada karyawan masjid. Mereka rata-rata merasakan keluhan gangguan pendengaran,” ujar Irma di RS Yarsi Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Ia menambahkan, sebagian korban baru datang ke rumah sakit setelah beberapa hari karena keluhan baru dirasakan belakangan.
“Jadi, mereka datang belakangan karena mungkin baru merasakan keluhan,” tuturnya.
Irma memastikan, guru dan petugas masjid yang sempat dirawat kini sudah diperbolehkan pulang dan menjalani rawat jalan.
Kondisi korban terkini Secara keseluruhan, RS Yarsi menerima 26 korban sejak peristiwa ledakan terjadi. Sebagian besar mengalami gangguan pendengaran dan luka bakar, dan mayoritas korban merupakan siswa SMAN 72 Jakarta. Hingga Rabu (12/11/2025) pukul 17.00 WIB, tujuh pasien masih menjalani perawatan di RS Yarsi.
Satu di antaranya dijadwalkan menjalani operasi timpanoplasti, yakni prosedur medis untuk memperbaiki lubang pada gendang telinga guna memulihkan pendengaran dan mencegah infeksi berulang.
Satu pasien lainnya masih dirawat di ruang ICU dan akan menjalani operasi kedua untuk penyembuhan luka bakar, sementara lima pasien lain berada dalam kondisi stabil dan terus menjalani pemulihan.
Adapun di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih, masih ada 13 korban yang dirawat hingga Rabu siang.
“Per jam 13.00 WIB, pasien di RSIJ sama jumlahnya seperti kemarin (Selasa 11 November), 13 orang,” ujar Direktur Utama RSIJ Cempaka Putih, dr. Jack Pradono Handojo.
Kronologi Ledakan
Ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi Jumat pekan lalu sekitar pukul 12.15 WIB, tepat saat salat Jumat berlangsung di masjid sekolah yang berada di kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading.
Keterangan saksi menyebutkan, dua ledakan terdengar berurutan—pertama saat khotbah berlangsung, lalu disusul ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda. Akibatnya, 96 orang luka-luka, terdiri dari siswa, guru, dan warga sekitar. Penyelidikan kepolisian mengungkap, pelaku ledakan adalah seorang siswa SMAN 72 Jakarta yang masih di bawah umur.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku bertindak secara mandiri tanpa keterkaitan dengan jaringan teror apa pun.T
“indakan dilakukan secara mandiri, tanpa keterkaitan dengan jaringan teror tertentu,” ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri dalam konferensi pers, Selasa (11/11/2025).
Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin menambahkan, pelaku diduga melakukan aksinya karena mengalami tekanan psikologis dan kesepian.
“Dia merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik itu di lingkungan keluarga, kemudian di lingkungannya itu sendiri, maupun di lingkungan sekolah,” jelas Iman.
Menurut polisi, pelaku memendam rasa marah dan frustrasi yang kemudian dilampiaskan melalui tindakan tersebut.
Diledakkan dari Jauh Pakai Remote
Dilaporkan, Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto mengatakan bom yang meledak di masjid SMAN 72 Jakarta diduga dikendalikan pakai remote. Henik mengatakan posisi pelaku saat meledakkan bom tersebut tidak berada di dalam masjid.
“Dari beberapa barang bukti kita analisis bahwa power yang digunakan oleh terduga itu dengan menggunakan 4 buah baterai AAAA kemudian initiator-nya adalah electric mass, kemudian explosive-nya mengandung potassium chloride,” kata Henik dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (11/11/2025).
Henik mengatakan remote yang digunakan pelaku untuk meledakkan bom di masjid tidak ditemukan di dalam masjid. Di lokasi ditemukan sisa material ledakan bom.
“Kemudian switching-nya menggunakan receiver yang dikendalikan dengan remote, namun remote tidak kita temukan di dalam masjid. Casing-nya itu jeriken plastik 1 liter, kemudian strap mill paku,” tutur dia.
“Dapat disimpulkan untuk di TKP pertama di masjid bahwa dengan material yang ditemukan rangkaian tersebut adalah rangkaian bom aktif dengan menggunakan remote. Hal tersebut disesuaikan dengan ditemukannya 4 buah baterai transmiter dan bagian receiver yang menggunakan daya 6 volt, jadi antara power dengan receiver itu ada kesesuaian dayanya 6 volt,” imbuhnya.
Henik mengatakan polisi juga menemukan barang bukti bom di taman baca dan bank sampah. Di taman baca juga ditemukan remote.
“TKP yang kedua posisi itu ada di bank sampah dan di taman baca. Di taman baca kami mendapatkan barang bukti dengan casing kaleng minuman dilengkapi dengan sumbu bakar dan di sebelahnya terdapat remote,” jelas dia.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh polisi, pelaku diduga meledakkan bom menggunakan remote. Meski demikian, pelaku tidak berada di dalam masjid saat meledakkan bom di masjid SMAN 72.
“Jadi pada saat temuan tersebut analisa kami bahwa terduga pelaku meledakkan, posisi yang bersangkutan tidak di dalam masjid, karena remote kami temukan di taman baca,” tutur dia. (Web Warouw)

