JAKARTA- Wabah Ebola di Afrika Barat baru-baru ini bisa juga terjadi di Asia. Saat ini jenis spesies RESTV ditemukan di Philippines dan People’s Republic of
China. Hal ini disampaikan oleh
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama kepada Bergelora.com, di Jakarta, Jumat (1/8).
“Belakangan beredar berita bahwa Ebola juga ditemui
di benua Asia. Bagaimana sebenarnya kebenaran berita ini ?
Jawabannya bisa ya dan bisa tidak,” ujarnya.
Ia menjelaskan Ebola Virus Disease (EVD) dikenal sebagai penyakit
dengan angka kematian sampai 90%. Penyakit yang kini jadi perhatian
dunia memang ditemui di Afrika, pertama kali dilaporkan pada tahin
1976 di 2 tempat berbeda, yaitu Nzara, Sudan, dan di Yambuku,
Democratic Republic of Congo. Yambuku terletak dekat dengan Sungai
Ebola, dan karena itulah penyakit yang kini juga menghebohkan Eropa
itu dinamai penyakit Ebola.
Kini wabah ebola hari-hari ini jadi perhatian
dunia kesehatan, karena jumlah kasus lebih dari 1300 orang, dan kematian
lebih dari 700 orang.
“Cukup banyak petugas kesehatan tertular Ebola
dan meninggal dunia, termasuk seorang dokter tokoh penanggulangan
Ebola yang terkenal di dunia,” jelasnya.
Ia mengatakan saat ini dikawatirkannya penyebaran Ebola keluar Afrika, khususnya dengan luasnya transportasi udara. Negara Eropa dan
Amerika mulai menunjukkan kekawatiran terhadap hal
ini.
“Belakangan beredar berita bahwa Ebola juga ditemui di benua Asia,” tegasnya.
Hal ini dikarenakan menurut Tjandra Yoga pertama, Genus Ebola virus memang terdiri
dari 5 spesies, yaitu
Bundibugyo ebolavirus (BDBV), Zaire ebolavirus (EBOV), Reston ebolavirus (RESTV), Sudan ebolavirus (SUDV) dan Taï Forest ebolavirus (TAFV).
Menurutnya BDBV, EBOV, dan SUDV adalah jenis spesies Ebola
yang menyebabkan wabah Ebola di Afrika, yang menimbulkan wabah pada
manusia dan angka kematian yang tinggi.
“Sementara itu, jenis spesies RESTV memang
ditemukan di Philippines dan People’s Republic of
China,” ujarnya
Ke dua, ia melanjutkan, walaupun jenis spesies Ebola RESTV
yang ada di Asia, dalam hal ini di Filipina dan China memang mungkin saja menginfeksi manusia.
“Tapi sejauh ini tidak
menimbulkan kesakitan dan kematian di Asia,” tegasnya.
Memang menurutnya, RESTV pernah menimbulkan
wabah ebola pada jenis monyet macaque monkeys Macaca fascicularis
di Filipina pada tahun 1980an dan 1990an. Juga sejak 2008, virus
RESTV ditemukan pada wabah ebola di babi di China. Sejauh ini baru
dua negara Asia yang melaporkan Ebola jenis RESTV ini, dan -sekali
lagi- sampai saat ini tidak menimbulkan masalah kesehatan bagi
manusia.
“Data di kedua negara itu menunjukkan bahwa para
pekerja yang berhubungan langsung dengan monyet dan babi yang terinfeksi RESTV ternyata dapat juga kemasukan virus ebola RESTV di tubuhnya.
Hanya mereka praktis tanpa gejala dan sehat-sehat saja. Tentu
untuk ini masih diperlukan data penelitian lebih lanjut tentang hal
ini, khususnya pada yang daya tahannya rendah, gangguan imunologis,
anak-anak, wanita hamil dan lainnya.
Menurutnya, secara umum, ada 6 cara ilmiah untuk mengidentifikasi virus Ebola, apapun jenis spesiesnya, yaitu denga antibody-capture enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA). Juga bisa dengan antigen detection tests. Atau juga dengan serum neutralization test. Selian itu bisa dengan
reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RT-PCR) assay atau dengan electron microscopy, Bisa juga dengan Evirus isolation dan cell culture.
(Calvin G. Eben-Haezer)