BANDUNG – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memastikan fasilitas kesehatan (faskes) rumah sakit di wilayah Kabupaten Bandung bertambah, terutama rumah sakit yang memprioritaskan layanan BPJS bagi rakyat menengah ke bawah. Salah satunya adalah Rumah Sakit Maranatha, yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Unggul Karsa Medika, yang berlokasi di Taman Kopo Indah, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Untuk menambah pelayanan, rumah sakit tersebut menambah total luas layanan sebesar 7.480 meter persegi. Dalam gedung baru tersebut terdapat ICU, ruang hemodialisa, 49 kamar VIP, rawat inap kelas 1, ruang isolasi, hingga 13 poliklinik spesialis.
Nantinya, kata Budi, seluruh layanan terintegrasi dengan sistem IT modern, rekam medis elektronik, dan kesiapan penuh terhadap pelayanan telemedicine.
Kemudian, bagi masyarakat yang menengah ke bawah pun bisa menggunakan fasilitas tersebut.
“Kami sudah mulai bereskan, terutama di RS di bawah Kemenkes, awal saya nemu satu rumah sakit 95 persen pasiennya BPJS, mirip dengan rumah sakit Kemenkes dan mirip juga dengan Rumah Sakit Maranatha, dan marginnya 23 sampai 28 persen. Jadi, saya panggil orangnya, saya pelajari. Nah, sekarang Menkesnya sudah tahu. Kenapa rumah sakit itu ada plus dan minusnya,” katanya saat memberi sambutan di Rumah Sakit Maranatha, Kamis (7/8/2025).
Untuk mendukung pelayanan yang baik terhadap warga, Budi menuturkan pentingnya sebuah rumah sakit memiliki dokter spesialis yang cukup banyak.
Saat ini, dalam satu tahun, Indonesia hanya bisa mencetak 2.700 dokter spesialis dari universitas yang memiliki jurusan kedokteran. Kondisi itu menarik perhatian Presiden Prabowo untuk melakukan sebuah percepatan di dalam dunia kesehatan.
“Bapak Presiden minta ada percepatan. Dibandingkan dengan Korea Selatan yang penduduknya 40 sampai 50 juta jiwa bisa meluluskan 3.000 dokter spesialis. Jadi harusnya kita produksinya lima kali dari Korea Selatan, mungkin sekitar 15.000 lulusan dokter spesialis,” ujarnya.
Budi menyebut, saat ini World Bank meranking negara-negara berdasarkan jumlah dokter. Kenyataannya, lanjut Budi, Indonesia itu di bawah Timor Timur.
“Kita di bawah Filipina, di bawah Vietnam, kita setara dengan negara-negara seperti Zambia, Tonga, dan Yaman dalam jumlah dokter kita. Jadi, saya sebagai Menteri Kesehatan malu karena dokter kita itu setara dengan negara-negara seperti Tonga, Yaman, dan Zambia,” katanya.
Rencananya, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto menargetkan adanya lulusan dokter spesialis sebanyak 50.000 orang.
“Apakah tidak ada lapangan kerja? Ada, tapi jangan semuanya mau di Kabupaten Bandung saja. Masih banyak daerah lain, kabupaten-kota yang dokternya kekurangan masih sangat banyak,” tuturnya.
Budi mengapresiasi Universitas Maranatha yang sudah berani membangun rumah sakit sendiri.
“Jadi Maranatha sekarang bikin rumah sakit ini saya harapkan bukan hanya untuk melayani, tetapi juga untuk mendidik,” terangnya.
Kepada Bergelora.com si Jakarra dilaporkan, Direktur Utama RS Maranatha, Ferdinan Sutejo, mengungkapkan bahwa adanya rumah sakit tersebut bisa dirasakan masyarakat dari berbagai kalangan sehingga pasien bisa dilayani terlebih dahulu.
“Kami tidak ada diskriminasi. Semua pasien kami layani. Mau BPJS, mau umum, kami akan layani sepenuh hati. Tidak membedakan apa pun itu. Jadi, ketika ada pasien datang dengan BPJS, kami akan langsung layani dan tangani,” ujar Ferdinan. (Web Warouw)