Selasa, 19 Agustus 2025

EROPA GIGIT JARI..! Trump Dorong Ukraina Ikhlaskan Krimea dan Lupakan NATO

JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dapat mengakhiri perang di Ukraina “jika dia mau”. Trump menyampaikan hal itu beberapa jam sebelum jadwal pertemuannya dengan Zelensky di Gedung Putih, sebagaimana yang dilansir dari BBC pada Senin (18/8/2025).

“Presiden Zelensky dari Ukraina bisa mengakhiri perang dengan Rusia segera, jika dia mau, atau dia bisa terus bertempur,” ujar Trump dalam unggahannya di platform Truth Social. 

Melalui unggahan tersebut, Trump juga mengatakan bahwa Semenanjung Krimea yang telah direbut Rusia pada 2014 tidak akan kembali.

“Ingat bagaimana semuanya dimulai. Tidak ada pengembalian Krimea yang diberikan Obama (12 tahun lalu, tanpa satu tembakan pun!), dan UKRAINA TIDAK AKAN BERGABUNG DENGAN NATO. Beberapa hal tidak akan pernah berubah!!!” tandas Trump.

Sebelum periode kedua kepemimpinan Trump sebagai Presiden AS pada Januari 2025, negara-negara anggota NATO telah setuju untuk Ukraina bergabung dengan aliansi ini.

Pernyataan di sosial media itu keluar usai Trump melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (15/8/2025) di Alaska.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk menegosiasikan gencatan senjata dan akhir perang di Ukraina. Namun, pertemuan yang berjalan tiga jam itu tidak menghasilkan kesepakatan.

Agenda Pertemuan Trump dan Zelensky  

Agenda Zelensky bertemu dengan Trump di Gedung Putih hari ini akan didampingi oleh sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Finlandia Alexander Stubb, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Kehadiran mereka bertujuan membahas strategi untuk mendukung Ukraina dan kemungkinan penyelesaian perang dengan Rusia. Trump menyebut pertemuan tersebut sebagai momen penting.

“Hari besar di Gedung Putih besok. Belum pernah terjadi begitu banyak pemimpin Eropa datang dalam satu waktu. Suatu kehormatan besar bagi saya untuk menjamu mereka,” ujarnya.

Meski pertemuan ini digelar dengan agenda mendukung Ukraina, sumber diplomatik menyebutkan bahwa para pemimpin Eropa khawatir akan ada tekanan kepada Zelensky untuk menyetujui syarat tertentu.

Hal itu mengingat konferensi tingkat tinggi Trump dan Putin di Alaska tidak mengundang serta Ukraina.

Namun Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan kepada mitra AS, BBC dan CBS, bahwa setiap dugaan bahwa Zelensky mungkin diintimidasi oleh Trump untuk menerima kesepakatan perdamaian adalah “narasi media bodoh”.

Sejak Februari 2022, pasukan Rusia melakukan invasi skala penuh ke Ukraina. Kini, Rusia menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina.

Pemimpin Eropa “Geruduk” Trump

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, sejumlah pemimpin Eropa akan “menggeruduk” dan mendampingi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Washington pada Senin (18/8/2025).

Sejumlah pemimpin Eropa menemani Presiden Ukraina Zelenski menemui Donald Trump di Washington, Amerika Serikat. Mereka adalah Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Finlandia Alexander Stubb, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. (Ist)

Pertemuan ini dilakukan usai Trump mendesak Kyiv segera menerima kesepakatan damai untuk mengakhiri perang di Ukraina, konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.

Trump mendorong Zelensky agar mencapai kesepakatan damai setelah dirinya bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, Jumat (15/8/2025).

Trump disebut lebih sejalan dengan Moswa dalam mengupayakan kesepakatan damai, bukan gencatan senjata terlebih dahulu, sebagaimana dilansir Reuters.

Mereka berharap ada jaminan keamanan kuat bagi Ukraina, termasuk peran signifikan dari AS.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Finlandia Alexander Stubb, serta Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga dijadwalkan hadir di Washington.

Pertemuan itu digelar untuk mencegah terulangnya peristiwa Februari lalu, ketika Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance menegur Zelensky secara terbuka di Gedung Putih karena dianggap tidak sopan dan tidak tahu berterima kasih.

Trump pada Minggu menjanjikan kemajuan besar bagi Rusia dalam unggahan media sosialnya, namun tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Ada indikasi bahwa Trump mendorong terjadinya tukar guling alias pertukaran wilayah antara Rusia dan Ukraina.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters, AS dan Rusia telah membahas kemungkinan Moskwa melepaskan sebagian kecil wilayah Ukraina yang diduduki.

Sebagai imbalannya, Kyiv menyerahkan sebagian besar wilayah berbenteng di timur dan membekukan garis depan di titik lainnya.

Utusan Trump, Steve Witkoff, mengisyaratkan nasib wilayah Donbass yang meliputi Donetsk dan Luhansk yang sebagian besar sudah dikuasai Rusia menjadi isu utama.

“Kami berhasil memenangkan konsesi berikut, bahwa AS dapat menawarkan perlindungan seperti Pasal 5 (dalam keanggotaan NATO),” ujar Witkoff kepada CNN.

Pasal 5 NATO menegaskan prinsip pertahanan kolektif, bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap serangan terhadap seluruh anggota.

Menurut dia, ini bisa menjadi pengganti keinginan Ukraina untuk masuk NATO. Namun, jaminan tersebut dinilai tidak cukup meyakinkan Kyiv.

Ukraina sebelumnya sudah menyerahkan senjata nuklir era Soviet pada 1994 dengan jaminan keamanan, tetapi hal itu tidak mencegah Rusia mencaplok Crimea pada 2014 dan melancarkan invasi besar-besaran sejak 2022.

Para pemimpin Eropa dalam pertemuan Minggu menekankan persatuan. Mereka menyambut baik rencana AS soal jaminan keamanan, tetapi menolak segala pembicaraan terkait wilayah tanpa keterlibatan Kyiv.

“Tidak bisa menegosiasikan perdamaian di bawah ancaman bom,” tegas Kementerian Luar Negeri Polandia dalam pernyataannya.

Komunike bersama antara Inggris, Perancis, dan Jerman menyebutkan kesediaan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian setelah perang berakhir, serta membantu mengamankan wilayah darat, laut, dan udara Ukraina.

Beberapa negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, sudah mendorong rencana itu sejak tahun lalu. Namun, sejumlah negara lain masih enggan terlibat langsung secara militer.

Sementara itu, Zelensky menyatakan mendapat dukungan jelas bagi kemerdekaan dan kedaulatan Ukraina dari para sekutu.

“Semua sepakat bahwa perbatasan tidak boleh diubah dengan paksa,” tulisnya di platform media sosial X.

Dia menambahkan, jaminan keamanan harus praktis, mencakup perlindungan darat, udara, dan laut, serta melibatkan Eropa.

Di satu sisi, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa baik Rusia maupun Ukraina perlu membuat konsesi agar perdamaian tercapai. Menurutnya, pembahasan jaminan keamanan untuk Kyiv akan dilanjutkan pada pertemuan Senin.

“Saya tidak mengatakan kita hampir mencapai kesepakatan damai. Tapi saya melihat ada pergerakan yang cukup untuk membenarkan pertemuan lanjutan dengan Zelensky dan pihak Eropa,” kata Rubio. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru