Minggu, 19 Oktober 2025

GAK ADA EKOSISTIM RISET.! Wamen Stella Christie Jelaskan Alasan UKT di Kampus Indonesia Mahal

JAKARTA – Mahalnya uang kuliah tunggal (UKT) di kampus-kampus dalam negeri kerap menjadi isu yang ramai diperbincangkan setiap awal tahun ajaran baru.

Tahun lalu, misalnya, rencana pemerintah untuk menaikkan UKT menuai kritik karena dinilai semakin memberatkan mahasiswa. Rencana itu pun akhirnya batal. Mahalnya UKT di kampus Indonesia juga turut mendapat sorotan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Wamenristek Dikti), Stella Christie.

Menurutnya, mahalnya UKT di Indonesia selama ini berhubungan dengan pendanaan atau sistem perekonomian di universitas.

Artinya, baik dana PTN maupun PTS, selama ini banyak bergantung pada pembayaran UKT mahasiswanya.

“Salah satu yang tidak bisa kita pungkiri dari universitas di Indonesia, baik PTN atau PTS itu masih banyak disokong oleh uang kuliah,” kata Stella dalam program “Sapa Indonesia Pagi” Kompas TV, Rabu (1/1/2025).

Stella mejelaskan, sistem keuangan kampus di luar negeri tidak mengandalkan UKT, tetapi dari investasi riset dan teknologi.
Apalagi, perkembangan sains dan teknologi sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

“Dalam satu abad terakhir, hampir seluruh negara maju mereka bisa menjadi negara maju karena pertumbuhan sains dan teknologi. Itu bukti nyata dari ekosistem di berbagai negara,” ujarnya.

Tiada Ekosistim Riset

Melihat keberhasilan negara-negara tersebut, guru besar di Tsinghua University ini meyakini bahwa Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama karena memiliki sumber daya manusia yang kompeten.

Sayangnya, menurut Stella, ekosistem yang mendorong mereka untuk menghasilkan perkembangan riset, sains, dan teknologi belum tersedia.

“Bagaimana kita mendorong riset kita? Satu yang sudah saya petakan adalah bukan karena orang-orang kita tidak mumpuni, tapi kita masih belum punya ekosistem yang optimal untuk mendorong orang-orang kita supaya bisa menghasilkan perkembangan riset, sains, dan teknologi,” jelasnya.

Guna menciptakan sains dan teknologi yang bagus, riset juga harus berlangsung secara kompetitif. Hal ini bisa terjadi apabila kampus di sering melakukan riset.

“Sehingga urgensinya saat ini adalah mengembalikan riset, riset itu harus dilakukan di universitas-universitas,” imbuhnya.

Di samping itu, riset juga harus melibatkan banyak orang, termasuk dosen dan peneliti agar hasilnya memiliki dampak jangka pendek maupun panjang dalam pertumbuhan ekonomi. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru