Kamis, 7 Agustus 2025

GIMANA NIH OPUNG LUHUT..? Kalahkan Indonesia Lagi, Nilai Ekspor Durian Vietnam Capai Rp 53,6 Triliun pada 2024

JAKARTA – Vietnam menetapkan diri sebagai raja baru di pasar durian global dengan nilai ekspor mencapai 3,3 miliar dollar AS pada 2024, sebagaimana dilaporkan CNBC. Jika dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs Rp 16.261 per dollar AS, nilai tersebut setara dengan Rp 53,6 triliun.

Menurut laporan investor, ekspor durian Vietnam mengalami peningkatan 7,8 kali lipat dibandingkan pada 2022, yang mencakup hampir 50 persen dari total nilai pengiriman buah dan sayurannya. Angka tersebut juga jauh mengungguli nilai ekspor durian Indonesia yang hanya mencapai 1,07 juta dollar AS atau setara Rp 17,39 miliar pada 2023.

Keberhasilan ini tak lepas dari tingginya permintaan China yang menganggap durian sebagai buah mewah dan bahan kuliner yang kreatif.

Vietnam menguasai 47 persen pasar durian China Pada November 2024, impor durian China mencapai 1,53 juta ton dengan nilai 6,83 miliar dollar AS atau sekitar Rp 111 triliun, menandai peningkatan 9,4 persen dari tahun ke tahun.

Dilansir dari The Straits Times, Senin (13/1/2025), Vietnam menguasai 47 persen pasar China, tertinggal tipis dari Thailand yang berada di posisi teratas.

Durian telah menjadi fenomena yang sedang tren di kalangan kelas menengah China. Aneka ragam hidangan inovatif seperti hot pot durian dan roti durian merajalela di negara ini. Vietnam pun telah memanfaatkan peluang ini dengan mempertahankan produksi berkualitas tinggi sepanjang tahun untuk memenuhi permintaan pasar premium.

CNBC menghubungkan pencapaian Vietnam dengan strategi komprehensifnya, yang mencakup peningkatan kualitas, inovasi teknologi, dan perluasan pasar internasional. Negara ini memanfaatkan 150.000 hektare lahan budi daya durian, terutama Delta Mekong dan wilayah dataran tinggi, untuk mempertahankan produksi berkualitas tinggi sepanjang tahun.

Perjanjian perdagangan strategis dengan China yang ditetapkan melalui protokol ekspor pada 2022 pun semakin memperkuat posisi Vietnam.

Oleh karena itu, Vietnam berkomitmen untuk memastikan standar keamanan pangan yang ketat, keterlacakan produk, dan penerapan teknologi pembekuan modern.

Kisah sukses durian di negara ini pun menunjukkan bagaimana perencanaan strategis dapat mengubah produk pertanian lokal menjadi komoditas global bernilai tinggi.

Luhut Mau Ekspor Durian ke China

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berencana memperluas proses digitalisasi untuk sejumlah komoditas di Indonesia. ⁠Salah satunya yakni untuk komoditas durian.

Menurut dia, dengan diterapkannya digitalisasi untuk komoditas durian di Indonesia, maka hal ini akan berdampak pada kesejahteraan petani.

“Nah sekarang kita lagi bikin tuh bangun. Petaninya tadinya hanya dapat 30 ribu ya. Sekarang kita coba sampai 80 ribu. Sekarang kita atur semua. Jadi petani itu akan kaya raya nanti di sana. Jadi kalau kamu punya satu hektar, kamu bisa dapat beberapa puluh juta rupiah per tahun,” ujarnya dalam Program Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (30/07/2024).

Menurut luhut dengan tata niaga yang teratur dan transparan secara digital akan meningkatkan nilai tambah durian.

Setidaknya, potensi pasar ekspor durian asal Indonesia ke luar negeri mencapai miliaran dolar. Berdasarkan data terakhir potensinya tembus hingga US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 40,7 triliun.

“Jangan main-main. Durian itu kita punya ekspor dari Parigi itu. Laporan kemarin tuh tim saya, saya kirim ke sana. Itu bisa satu miliar dolar sekarang. Potensinya bisa dua setengah miliar dolar,” ujar Luhut.

Potensi ekspor tersebut diproyeksikan akan terus tumbuh. Ini didukung oleh kebijakan China yang mengimpor durian hingga mencapai US$ 8 miliar per tahun.

“Karena yang impor ini paling banyak Tiongkok, dia impor tuh 8 miliar dolar setahun. Nah tapi itu dari Indonesia mungkin bisa 3-4 miliar dolar. Nah kita selama ini melalui mana namanya, Malaysia, Thailand, dan sebagainya,” kata dia. (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

[td_block_social_counter facebook="bergeloradotcom" twitter="bergeloralah" youtube="channel/UCKbE5la4z_J_DLH03Le8RzA" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333"]

Terbaru