SERANG- Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Banten memprotes keras pernyaaan Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang mengatakan bahwa prajurit yang TNI tidak memiliki disiplin adalah sama dengan Banser. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Banten, Ahmad Imron kepada Bergelora.com di Serang, Jumat (2/1).
“Kami, Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Banten memprotes keras pernyataan Panglima TNI dan mendesak kepada presiden untuk memberikan teguran keras jila perlu mencopot Jenderal Moeldoko,” tegasnya.
Menurutnya, Jenderal Moeldoko tidak menghormati perjuangan Ansor dan Banser selama ini dalam merebut dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Membandingkan sikap tidak disiplin kepada Banser adalah tindakan tidak patut bagi seorang jenderal. Banser berjuang dan khidmah terhadap bangsa ini dengan ikhlas tanpa pamrih tidak seperti TNI yang digaji,” jelasnya.
Ahmad Imron menjelaskan bahwa kencintaan kami terhadap NKRI melebihi kecintaan terhadap siapapun.
“Soal disiplin, jelek-jeleknya Banser tidak pernah membuat keributan. Apakah TNI yang bentrok dengan polisi atau keluyuran malam juga jadi beking itu kah yang disebut disiplin. Saya rasa masyarakat bisa menilai dengan jernih,” tegasnya.
Ia menegaskan agar Jenderal Moeldoko memperbaiki disiplin prajurit tanpa perlu membanding-bandingkan dengan kekuatan masyarakat lain seperti Nadlatul Ulama (NU), GP Ansor dan Banser.
“Konsen saja TNI menjaga keutuhan NKRI itu lebih mulia daripada menilai kami. Dari sisi tidak membuat onar dan menjaga ketertiban banser lebih disiplin dari TNI,” tegasnya.
Menurutnya, yang jelas dengan pernyataan Jenderal Moeldoko tersebut Keluarga Besar NU, GP Ansor dan Banser merasa sangat tersinggung.
“Indonesia merdeka ada keringat Banser dan warga NU di situ. Para Kyai menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia. Peristiwa 10 Nopember adalah bukti sejarah bahwa Kyai dan santri hadir dalam pertempuran mempertahankan Kemerdekaan 1945.
Bahkan menurutnya Kyai Hasyim mengeluarkan fatwa resolusi jihad yang mengobarkan revolusi.
“Di Banten para Kyai bahu membahu dengan gigih melawan penjajah dalam peristiwa gegeran di Cilegon, di Citangkil. Kyai Kabir di Petir, Serang berjuang melawan Belanda,” paparnya.
Panglima TNI menurutnya jangan melupakan perjuangan kaum Nahdliyin bersama rakyat Indonesia dalam masa kemerdekaan hingga saat ini.
“Saya berharap panglima kembali belajar dan membuka buku sejarah. Agar kelak tumbuh empati bagi proses perjalanan bangsa ini,” tegasnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Moeldoko mensinyalir kecenderungan disiplin prajurit TNI semakin merosot. Oleh karena itu, TNI menurutnya harus kembali menegakkan kembali Peraturan Militer Dasar (Permildas). Setiap prajurit diwajibkan menegakkan disiplin militer kembali. Hal ini disampaikan oleh Panglima TNI Moeldoko saat Inspeksi Mendadak (Sidak) di Batalyon Infanteri (Yonif) 752/Vira Yudha Sakti yang berada di Jalan Basuki Rahmat KM 10, Kabupaten Sorong Papua Barat, Senin (29/12).
“Kalau prajurit TNI sudah tidak memiliki disiplin maka kamu sama saja dengan banser, hal itu akan sangat membahayakan karena prajurit TNI dilengkapi senjata, ” tegas Panglima TNI dalam rilis yang diterima Bergelora.com di Sorong.
Lebih lanjut ditegaskan Panglima TNI, yang membedakan prajurit TNI dengan para satgas-satgas atau banser adalah Peraturan Militer Dasar (Permildas).
“Tidak ada lagi yang main-main dengan Permildas dan tidak ada yang dikurangi, tegakkan itu disiplin dan tegakkan itu Permildas”, ujar Panglima TNI. (Argo Bani Putra)