Sabtu, 6 September 2025

Gunung Padang: Dari Kontroversi ke Rekonsiliasi Sains

Oleh: Andi Arief*

“Sains seharusnya menjadi jalan terang, bukan sumber perpecahan. Gunung Padang memberi kita pelajaran: bahwa perbedaan pandangan hanya bisa diselesaikan dengan penelitian, bukan penolakan.”

PENELITIAN Gunung Padang adalah salah satu riset paling komprehensif yang pernah dilakukan di Indonesia. Selama tiga tahun (2011–2014), tim peneliti lintas disiplin melakukan survei terpadu dengan berbagai metode ilmiah dan teknologi mutakhir: pemetaan topografi berbasis drone dan satelit, serta IFSAR , penggalian parit geoarkeologi, pengeboran inti (coring) untuk melihat stratifikasi, analisis radiokarbon, analisis metalurgi hingga prospeksi geofisika canggih seperti tomografi resistivitas listrik (ERT), radar penembus tanah (GPR), dan tomografi seismik (ST).

Piramida Gunung Padang. (Ist)

Semua teknologi yang pada tahun 2014 ada, digunakan untuk memperkuat riset itu mencari fakta-fakta.

Hasilnya sangat signifikan. Tim menemukan lapisan-lapisan struktur menyerupai bangunan yang tertutup tanah, bahkan pada eskavasi 2014 bersama TNI telah teridentifikasi lantai dan pintu serta bukti-bukti artefak lain yang diyakini sebagai bagian konstruksi bawah permukaan Gunung Padang. Secara sains, bukti ini kuat. Namun untuk lebih meyakinkan publik, langkah pengupasan tanah dan pemugaran tetap diperlukan.

Di sinilah letak sumber perdebatan. Para arkeolog umumnya bekerja di permukaan situs, sedangkan penelitian Gunung Padang banyak mengungkap bukti di bawah permukaan. Perbedaan metodologi ini menimbulkan penolakan sebagian kalangan arkeologi. Padahal, penelitian Gunung Padang justru diakui dunia sebagai salah satu riset paling lengkap, melibatkan profesor dan doktor dari berbagai disiplin ilmu, serta menggunakan teknologi yang jarang diterapkan secara terpadu di situs arkeologi manapun.

Setelah hampir sepuluh tahun terhenti, kini riset Gunung Padang dilanjutkan kembali oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Lebih jauh, para arkeolog yang selama ini kritis justru dilibatkan dalam penelitian lanjutan dan pemugaran. Langkah rekonsiliatif ini penting agar perbedaan pendapat tidak lagi menjadi kontroversi, tetapi diuji melalui penelitian bersama. Sebab dalam dunia akademik, penolakan pun harus dibuktikan lewat riset.

Sebagai informasi, dalam acara pembukaan Pameran Lukisan SBY Art Community hari ini (sabtu, 6 September 2025), saya sempat berbincang dengan Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan tentang kelanjutan riset Gunung Padang. Saya mendukung sepenuhnya langkah rekonsiliatif ini. Semua pihak harus duduk bersama, bergandengan tangan, demi kebenaran ilmiah. Misi intelektual adalah menemukan jalan keluar di tengah perbedaan setajam apapun.

Riset Gunung Padang bukan sekadar tentang situs megalitik terbesar di Asia Tenggara atau bahkan ditengarai sebagai piramida terbesar dan tertua di dunia, tetapi juga tentang bagaimana Indonesia menunjukkan bahwa kita mampu melakukan penelitian berkelas dunia. Kita telah membuktikan bahwa sains bisa memimpin jalan, dan sekarang saatnya memastikan hasilnya tidak lagi terjebak dalam perdebatan, melainkan memberi manfaat besar bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan kita.

“Gunung Padang adalah warisan peradaban. Mari kita rawat dengan ilmu, kita jaga dengan kebersamaan.”

——-

*Penulis Andi Arief, Inisiator tim terpadu riset mandiri Gunung Padang 2011

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru