JAKARTA – Situs pemetaan kondisi vegetasi dunia, Mapbiomas, memperlihatkan kondisi geografis Pulau Sumatra dari tahun 1990-2024.
Dikutip dari situs mapbiomas.org, terjadi perubahan signifikan terhadap kondisi vegetasi yang hidup di Pulau Sumatra..Di mana hutan alam menyusut secara drastis dan berubah menjadi lahan kelapa sawit.
Pada tangkapan satelit tahun 1990, total luas hutan di Pulau Sumatra sebesar 17,9 juta hektare.
Lalu, disusul dengan lahan pertanian seluas 14,9 juta hektare. Kemudian, pada saat itu, masih ada pula lahan gambut seluas 5,3 juta hektare.
Kendati demikian, lahan kelapa sawit saat itu memang sudah ada dengan luas mencapai 1,07 juta hektare.
Di mana lahan kelapa sawit masih tidak lebih luas dari lahan pertanian padi yakni seluas 1,8 juta hektare.

Namun, hanya dalam waktu 10 tahun, lahan kelapa sawit mengalami pertambahan sangat pesat di mana pembukaan lahan mencapai 2,1 juta hektare.
Dalam rentang waktu tersebut atau tahun 2000, total lahan kelapa sawit di Pulau Sumatra mencapai 4,5 juta hektare.
Tren pembukaan lahan untuk industri sawit semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 2010, total lahan sawit di Pulau Sumatra mencapai 7,7 juta hektare.
Lalu, lima tahun kemudian, lahan sawit kembali bertambah menjadi 9,08 juta hektare. Dan pada tahun 2024, total lahan sawit yang berada di Pulau Sumatra mencapai 10,3 juta hektare.
Adapun luas tersebut hampir sama dengan hutan alam yakni seluas 12,6 juta hektare.
Namun, luas lahan sawit di Pulau Sumatra kini lebih luas ketimbang lahan pertanian padi yang hanya seluas 2,1 juta hektare serta hutan gambut yakni seluas 1,4 juta hektare.
Petaan Lahan di Pulau Sumatra dari 1990-2024 Versi Mapbiomas
1990
- Luas Hutan: 17,9 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 14,9 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 1,8 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 1,07 juta hektare
1995
- Luas Hutan: 16,3 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 15,4 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,4 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 1,9 juta hektare
2000
- Luas Hutan: 14,9 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 14,5 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,08 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 4,5 juta hektare
2005
- Luas Hutan: 13,9 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 14,2 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,09 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 6,3 juta hektare
2010
- Luas Hutan: 13,5 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 13,6 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,1 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 7,7 juta hektare
2015
- Luas Hutan: 12,6 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 14,3 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,1 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 9,08 juta hektare
2020
- Luas Hutan: 12,4 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 13,6 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,1 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 10,0 juta hektare
2024
- Luas Hutan: 12,6 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian: 12,6 juta hektare
- Luas Lahan Pertanian Padi: 2,1 juta hektare
- Luas Lahan Sawit: 10,3 juta hektare
Luas Lahan Sawit di Pulau Sumatra Versi BPS
Beda temuan dirilis oleh Badan Pusat Statistik terkait luasan lahan sawit di Pulau Sumatra.
Merujuk data BPS pada tahun 2024, total luas lahan kelapa sawit yang tersebar di 10 provinsi di Pulau Sumatra yakni mencapai 8,77 juta hektare.
Adapun provinsi yang paling luas memiliki lahan sawit yakni Riau yakni mencapai 3,4 juta hektare.
Lalu disusul Sumatra Utara yakni seluas 1,3 juta hektare dan Sumatra Selatan seluas 1,23 juta hektare.
Tak cuma luas lahan, Riau juga menjadi produsen sawit terbanyak pada tahun 2024 yakni mencapai 9,3 juta ton.
Kemudian diikuti, Sumatra Utara yakni sebesar 5,05 juta ton dan Sumatra Selatan 3,9 juta ton.
Selengkapnya berikut data luas lahan dan produksi sawit di seluruh provinsi di Pulau Sumatra pada tahun 2024 berdasarkan data BPS:
Aceh
- Luas lahan: 470 ribu hektare
- Produksi: 1,06 juta ton
Sumatra Utara
- Luas lahan: 1,3 juta hektare
- Produksi: 5,05 juta ton
Sumatra Barat
- Luas lahan: 448 ribu hektare
- Produksi: 1,4 juta ton
Riau
- Luas lahan: 3,4 juta hektare
- Produksi: 9,3 juta ton
Jambi
- Luas lahan: 952,3 ribu hektare
- Produksi: 2,2 juta ton
Sumatra Selatan
- Luas lahan: 1,23 juta hektare
- Produksi: 3,9 juta ton
Bengkulu
- Luas lahan: 424 ribu hektare
- Produksi: 1,3 juta ton
Lampung
- Luas lahan: 200 ribu hektare
- Produksi: 459,7 ribu ton
Kepulauan Bangka Belitung
- Luas lahan: 269 ribu hektare
- Produksi: 888,92 ribu ton
Kepulauan Riau
- Luas lahan: 7.500 hektare
- Produksi: 23 ribu ton
Greenpeace: Perusakan Hutan dan Ahli Fungsi Lahan Picu Banjir Sumatra

Greenpeace menyebut pemicu terjadinya banjir di Sumatra yakni di Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar), tidak hanya akibat siklon tropis Senyar pada 25-27 November 2025 lalu.
Namun, ada pemicu lainnya yakni perusakan hutan dan ahli fungsi lahan.
Peneliti Tim Kampanye Hutan Greenpeace, Sapta Ananda Proklamasi, menyebut wilayah hulu daerah aliran sungai (DAS) di Aceh, Sumut, dan Sumbar, dalam kondisi kritis.
Hal ini imbas alih fungsi hutan alam menjadi perkebunan, pertanian lahan kering, dan hutan tanaman.
Dia juga menyebut hutan alam di Pulau Sumatra tinggal tersisa 30 persen.
“Mayoritas DAS di Pulau Sumatra telah kritis dengan tutupan hutan alam kini kurang dari 25 persen. Sedangkan secara keseluruhan kini tinggal 10-14 juta hektare hutan alam atau kurang dari 30 persen luas Pulau Sumatra yang 47 juta hektare,” ujar Sapta dikutip dari laman Greenpeace.
Sementara, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, mendesak pemerintah harus serius dalam membenahi kebijakan tata kelola lahan dan hutan demi menyelamatkan ekosistem dan masyarakat dari tragedi bencana iklim.
Dia juga meminta pemerintah untuk mengakui telah melakukan kesalahan dalam menerbitkan kebijakan terkai tata kelola hutan dan lahan.
Arie turut mengkritik menteri Presiden Prabowo Subianto yang seakan menganggap banjir di Sumatra semata hanya akibat pembalakan liar.
Padahal, sambungnya, ada kebijakan yang diterbitkan pemerintah terkait pembukaan lahan yang semakin memperparah deforestasi di Pulau Sumatra.
“Prabowo dan beberapa menterinya memang sudah menyinggung soal deforestasi, tapi mereka seolah mengesankan bahwa kerusakan hutan di Sumatera terjadi karena penebangan liar. Padahal selain penebangan liar, deforestasi masif terjadi karena dilegalkan pula oleh negara dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya,” katanya.
Korban Meninggal Bertambah Jadi 836 Orang, 518 Hilang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui jumlah korban terdampak banjir bandang hingga tanah longsor di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Data terbaru sore ini, sebanyak 836 orang dilaporkan meninggal dunia.
“Cut off per pukul 16.00 WIB saya laporkan bahwa hingga sore ini untuk jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 836 jiwa,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi (Kapusdatinkom) Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers, Kamis (4/12/2025).
Berikut data terbarunya:
- Jumlah korban meninggal 836 orang
- Jumlah korban hilang 518 orang
- Jumlah korban terluka 2.700 orang.
- Jika dirincikan per provinsi, sebanyak 325 orang meninggal di Aceh dan dilaporkan 170 orang masih hilang. Kemudian jumlah korban jiwa di Sumut saat ini menjadi 311 orang dan korban meninggal di Sumbar sebanyak 200 orang.
Sementara itu, berdasarkan data situs Pusdatin BNPB, per pukul 17.33 WIB. Total rumah rusak akibat bencana di 3 provinsi ini sebanyak 10.500.
BNPB juga melaporkan 536 fasilitas umum rusak, 25 fasilitas kesehatan rusak, 326 fasilitas pendidikan rusak. Kemudian 185 rumah ibadah rusak dan 295 jembatan rusak. .
Adapun data ini akan diperbarui secara berkala oleh BNPB. (Web Warouw)

