JAKARTA – Politisi Partai Nasdem Anggota Komisi III DPR RI Ahmad M. Ali memuji Presiden Joko Widodo yang telah membatalkan kebijakan kebijakan relaksasi ekspor mineral. Hal itu membuktikan komitmen Jokowi yang tinggi pada pembangunan industri dalam negeri serta kepastian hukum pada investasi. Hal itu disampaikannya kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (13/10).
Menurut Ahmad Ali, pembatalan kebijakan relaksasi eksport konsentrat mineral akan membuat ekonomi dalam negeri lebih bergairah. Kata dia, kerangka dasar industri bisa lebih terarah jika pasar domestik bahan mentah lebih difokuskan pada pemenuhan konsumsi dalam negeri.
“Alhamdulillah, pembatalan eksport konsentrat mineral ini menunjukan komitmen tinggi presiden Joko Widodo pada pembangunan nasional yang lebih visioner. Sekaligus memberikan keyakinan yang kuat pada iklim investasi. Akhirnya, segala keragu-raguan akan perlindungan investasi segera bisa diatasi,” ujarnya.
Lebih lanjut Ahmad M.Ali menyampaikan, iklim investasi akan segera dan terus membaik jika ada kepastian hukum semacam ini. Ali berharap investor yang berkomitmen bangun smelter untuk menggenjot dan mempercepat proses pembangunan. Agar akselerasi pertumbuhan ekonomi dari sisi hilirIsasi bisa segera memberi kontribusi pada PDRB Nasional.
“Saya berharap para investor-investor yang sudah berkomitmen agar segera menyelesaikan pembangunan smelter. Supaya nilai tambah pengelolaan mineral bisa segera memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional, “tegasnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan, (12/10/2016) di Jakarta, menyampaikan, berdasarkan kajian internal Kementerian ESDM, bahwa pemerintah hampir dipastikan tidak akan memberikan relaksasi untuk nikel dan bauksit meskipun masih akan menunggu pengkajian dalam waktu satu minggu kedepan.
Ore nikel dengan kadar 1,8% hampir dipastikan tidak mendapat fasilitas relaksasi ekspor mineral yang semestinya mulai akan diterapkan pada tahun 2017 Karena proses pembangunan hilirisasi sudah dianggap sangat maju jadi tidak perlu lagi ada eksport konsentrat. Hal ini juga mempertimbangkan keberlangsungan investasi di negara kita, karena investor asing telah menanamkan modalnya yang mencapai US$5 milyar untuk pembangunan smelter atau pemurnian nikel. (Lia Somba)