Sabtu, 12 Juli 2025

In Memoriam: Selamat Jalan Kawan Agus Lenon !

Agus Lenon saat memimpin sebuah aksi di Istana Negara beberapa waktu lalu. (Ist)

Seorang pelopor dan perintis gerakan demokrasi melawan Orde Baru dan Diktaktor Soeharto telah pergi. Jumat, 10 Januari 2020 malam Agus ‘Lenon’ Edi Santoso wafat. Semua angkatan gerakan dari angkatan 66, 74, 78, 80-an, 90-an dan angkatan terbaru menundukkan kepala. Petrus H. Hariajanto, mantan Sekretaris Jenderal PRD (Partai Rakyat Demokratik) menulisnya di akun FB nya dan dikutip Bergelora.com. (Redaksi)

Oleh: Petrus H. Harijanto

BOLEH dikata hampir setiap minggu aku berjumpa dengan si bung ini beberapa tahun di ruang bezukan LP Cipinang (1998 s.d 1999). Biasanya dia datang berdua dengan Pongke (HJ Princen). Si bung setia sekali mendorong Pongke yang duduk di kursi roda, mulai depan LP Cipinang  sampai ruang bezukan.

Aku melihat raut di  wajahnya bahwa dia memberi dukungan dan solidaritas kepada aku dan kawan2 PRD, yang saat itu meringkuk di penjara.

Di luar penjara kami berteman sebagai sesama aktivis yang waktu itu melawan kekuasaan Soeharto. Tak bisa dihitung berapa kali bertemu dengannya karena seringnya bersua. Bila aku ke Baruna, tempat Hariman Siregar,  sudah pasti dikatakan bertemu dengannya.

Si bung selalu membuat cair suasana dengan leluconnya, klop dengan Hariman yang suka berbicara ceplas ceplos. Aku hanya bisa tertawa kecil tak mampu mengimbangi canda mereka.

Tempat kedua bertemu dengannya ya di Kantor YLBHI. Si bung akrab dengan Mulyana W Kusuma. Dengan mas Mul nada bicaranya sudah lain, penuh keseriusan membicarakan politik.

Di tempat itu juga kami sering rapat bareng dengan si bung karena tahun 1995 berbagai kelompok gerakan mulai sadar untuk membangun koalisi melawan Soeharto. Lahirlah di sana “Oposisi Indonesia”, melakukan aksi besar di TIM pada tanggal 28 Oktober 1995.

Awal era reformasi si bung mendirikan Teplok Press, sebuah penerbitan buku. Yang bikin aku kagum dia banyak menerbitkan buku kiri seperti Madilog-nya Tan Makaka, dan tokoh PKI.

Aku sering mampir ke kantornya di jalan SMEA, Cawang.

“Kamu masukin buku aja ke LoC (library of conggres) USA. Lumayan lho mereka bisa pesan satu judul buku sampai 12 eksemplar. Yang penting berbahasa Indonesia dan bukan terjemahan tulisan orang asing,” ujar si bung ke aku dan Roso.

Si bung tau aku nggak punya pekerjaan dan duit. Ia memberi jalan bagiku untuk bekerja setelah melihat aku suka jualan buku di acara seminar.

Sarannya kuturuti. Dan benar juga lumayan banyak aku dapat order, sampai bisa mengkontrak rumah dan melanjutkan bisnis buku.

Lama tak jumpa dengannya, lewat WA dia sering memberi semangat ke aku yang mengalami sakit ginjal.

Perjumpaanku terakhir dengan dia saat melayat Bung Yopie Lasut. Dia sampaikan rasa empatinya atas penyakit yang kuderita.

Aku sendiri punya rencana mengunjungi kedai kopinya. Aku sudah minta Bambang Subono alamat kedainya. Sayang, tak terlaksana karena akhir2 ini aku membatasi keluar rumah karena fisik ku.

Malam tadi selepas cuci darah aku membuka hp ku dan menerima berita duka kepergianmu. Selamat jalan bung yang telah banyak berbuat untuk aku dan kemanusian. Tunai sudah tugasmu di dunia. Damailah kau di sana.

Turut juga  berduka cita untuk Jayadi, adik dari Agus Lenon.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru