JAKARTA- Komisi Saintifikasi Jamu Nasional yang dikoordinir oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan telah berhasil menyusun buku ‘Metodologi Penelitian untuk Evaluasi Manfaat dan Keamanan Jamu’ dan ‘Body of Knowledge Pengobatan Tradisional Indonesia’. Bahkan di tingkat Asean, melalui Asean Task Force on Traditional Medicine, Indonesia telah berhasil meloloskan ‘Asean Common Guideline on Research of Traditional Herbal Medicine’. Demikian Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE kepada Bergelora.com di Jakarta, Selasa (20/1).
“Di sisi ketersediaan bahan baku/hulu, sedang disiapkan Common Guideline of Medicinal Plant Garden, yang mencakup budi daya tanaman obat hingga menjadi simplisia, “ jelasnya.
Untuk membentuk jejaring dokter pelaksana Saintifikasi Jamu, Balitbangkes telah melatih 382 dokter Saintifikasi Jamu terdiri dari 14 angkatan, 3 kelas di antaranya dibiayai oleh industri Jamu dan Farmasi. Disiapkan juga apoteker Saintifikasi Jamu sebanyak 74 orang dari 3 angkatan untuk mendukung program Saintififikasi Jamu.
Secara operasional Program Saintifikasi Jamu dilaksanakan oleh Balitbangkes antara lain melalui Balai Besar Litbang Kesehatan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawang Mangu, yang memiliki sarana dan prasarana penelitian dari hulu ke hilir, mulai kebun tanaman obat sampai dengan Kilinik Saintifikasi Jamu.
Hasil-hasil Litbang Saintifikasi Jamu oleh Balitbangkes adalah Farmakope Tumbuhan Obat Indonesia, Vademecum Formula Jamu (5 volume), Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja), yang dikerjakan tahun 2012 dan 2014, yang telah berhasil mengidentifikasi tumbuhan obat pada berbagai suku di Indonesia dan manfaatnya secara etnofarmakologis.
“Jamu Saintifik, yakni jamu yang sudah terbukti manfaat dan khasiatnya melalui uji klinik. Tahun 2013 terdapat dua Jamu Saintifik, yakni Formula Jamu Asam Urat dan Formula Jamu Penurun Hipertensi, dan tahun 2014 sudah selesai uji klinik Jamu Hemoroid, Jamu Dispepsia, dan Jamu Osteo-Artritis,” jelas Tjandra Yoga.
Sarana-prasarana pendukung Saintifikasi Jamu di Balitbangkes di Tawangmangu berupa kebun tanaman obat, kebun etalase tanaman obat, laboratorium paska panen, labotarorium pendukung uji pre-klinik dan uji klinik, Rumah Riset Jamu (Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus), gedung pelatihan dan Laboratorium Pengembangan Sediaan Jamu (laboratorium ekstraksi)
“Di samping itu, kami juga melaksanakan program Health Tourism, melalui kegiatan Wisata Kesehatan Jamu di area Tawangmangu ini, yaitu pembelajaran manfaat tanaman obat dan Jamu bagi masyarakat luas, yang dikemas dalam panduan cantik antara edukasi dan rekreasi. Obyek wisata meliputi Etalase Tanaman Obat, sinema Fitomedika, Museum Jamu Hortus Medicus dan Herbarium tanaman Obat,” jelasnya (Enrico N. Abdielli).