Kamis, 20 November 2025

Ini 7 WNI Teroris Yang Dicari Polisi Filipina

WNI yang diduga berada di Filipina selatan dan bergabung dengan jaringan teroris (Ist)

JAKARTA- Kepolisian Republik Indonesia sudah mendapat informasi dari Kepolisian Nasional Filipina (PNP) tentang tujuh warga negara Indonesia yang dicari di negara itu. “PNP telah merilis bahwa ada tujuh orang warga negara Indonesia yang patut diduga terlibat di dalam aksi terorisme di kota Marawi, Filipuna selatan,” tutur Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul, kepada wartawan BBC Indonesia, Liston P Siregar pada Rabu (31/5).

Ketujuhnya masuk ke Filipina secara legal antara November 2016 serta Maret dan April tahun 2017.

WNI yang dicari Kepolisian Filipina itu adalah Anggara Suprayogi, Yayat Hidayat Tarli, Al Ikhwan Yushel, Yoki Pratama Windyarto, Muhammad Ilham Syahputra, Mochammad Jaelani Firdaus, dan Muhammad Gufron.

Sementara Muhammad Ilham Syahputra -menurut militer Filipina- diduga meninggal dunia dalam pertempuran di Marawi,

“Tapi sampai sekarang belum ditemukan ditemukan jasadnya,” tutur Kombes Sitompul.

Menurut Humas Polri, ketujuh orang itu adalah:

Al Ikhwan Yushel – lahir Palembayan 01 November 1991, berangkat ke Filipina 28 Maret 2017.

Yayat Hidayat Tarli – lahir Kuningan 25 April 1986 – berangkat ke Filipina 15 April 2017.

Anggara Suprayogi – lahir Tangerang 26 Desember 1984 – berangkat ke Filipina 15 April 2017.

Yoki Pratama Windyarto – lahir Banjarnegara 17 September 1995 – berangkat ke Filipina tanggal 4 Maret 2017.

Mich Jaelaani Firdaus – lahir Bekasi 17 mei 1991, berangkat ke Filipina 7 Maret 2017.

Muhamad Gurfon – lahir Serang 20 Oktober 1993, berangkat ke Filipina 7 Maret 2017.

Muhamad Ilham Syahputra – lahir Medan, 29 Juli 1995, berangkat ke Filipina 29 November 2016.

Militer Filipina mengevakuasi sekelompok warga di sebuah kampung di pinggiran Marawi, Rabu (31/05) (Ist)

Sementara juru bicara PNP untuk Provinsi Lanao del Sur -yang ibu kotanya adalah Marawi- Lemuel Gonda menjelaskan kepada BBC bahwa mereka mendapat informasi dari Atase Kepolisian di KBRI bahwa empat warga Indonesia yang masuk ke Filipina tahun lalu masih belum keluar dari Filipina.

Gonda mengatakan bahwa PNP pertama kali mendapat keterangan tentang keempat warga Indonesia itu di kota Butig di Lanao del Sur pada November tahun lalu.

Dia menampahkan bahwa laporan-laporan intelijen Indonesia meyakini bahwa keempat WNI yang tiba pada November tahun lalu tersebut bergabung dengan kelompok radikal Islam, Maute, yang terinspirasi oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.

Namun Gonda tidak bersedia memberikan keterangan lebih lanjut tentang keterkaitan keempatnya dengan kelompok militan Maute.

Dari Luar Negeri

Berdasarkan sebuah sumber intelijen Filipina, yang dikutip kantor berita Reuters, dari sekitar 400-500 milisi Maute yang menyerang Marawi, Selasa (23/05) pekan lalu, sebanyak 40 orang berasal dari luar negeri.

Mereka itu antara lain berasal dari Indonesia, Malaysia, dan sedikitnya masing-masing satu orang dari Pakistan, Arab Saudi, Chechnya, Yaman, India, Maroko, dan seorang pengguna paspor Turki.

Sedikitnya 19 warga sipil tewas dalam pertempuran antara tentara pemerintah Filipina dan kelompok militan Islam di Marawi.

Diikat & Ditembak di Kepala

Sebelumnya diberitakan, tak kurang dari 19 warga sipil menjadi korban baku tempak antara tentara pemerintah Filipina dan kelompok militan Islam di Marawi, Filipina selatan, kata para pejabat militer. Jenazah mereka ditemukan oleh tentara yang bergerak masuk ke kota pada akhir pekan. Mereka ingin merebut kembali kota setelah dikuasai oleh kelompok militan.

Delapan korban dari warga sipil ditemukan di jurang di pinggiran, tangan mereka diikat dan terdapat luka tembak di bagian kepala. Mereka diyakini sebagai tukang kayu yang bersama sejumlah warga lainnya meninggalkan kota untuk menyelamatkan diri pada hari Sabtu (27/05), tapi dihentikan oleh kelompok militan.

Sebagian besar warga sudah meninggalkan kota, namun beberapa pejabat setempat mengatakan masih ada sekitar 2.000 orang yang masih terperangkap pertempuran.

Sejumlah warga yang terperangkap di Marawi ini menelepon atau mengirim SMS mendesak militer Filipina untuk tidak melancarkan serangan udara, kata pejabat provinsi, Zia Alonto Adiong.

“Beberapa di antaranya tak punya makanan sama sekali. Mereka sangat takut, mereka merasa nyawanya terancam,” kata Adiong kepada kantor berita Reuters.

Kepada Bergelora.co dilaporkan, sekitar 60 milisi dan 15 tentara tewas sejak pertempuran hari Sabtu, kata militer Filipina. Sebelumnya, juru bicara militer mengatakan beberapa milisi asal Indonesia dan Malaysia tewas sejak pertempuran hari Selasa. Pekan lalu kelompok militan merebut satu sekolah, rumah sakit, dan katedral. Muncul laporan mereka menjadikan beberapa pemuluk Kristen sebagai sandera. Pertempuran dipicu oleh militer yang berusaha menangkap Isnilon Hapilon, yang diyakini sebagai pemimpin utama kelompok ISIS di Filipina. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru