JAKARTA- Selain merupakan negara makmur yang merupakan menjadi mercusuar baru di Timur Tengah. Uni Emirate Arab (UEA) telah menjadi negara pelopor yg menempatkan energi nuklir sebagai bagian dari sistem kelistrikan dalam kebijakan energi nasionalnya. Indonesia seharusnya tidak ragu lagi untuk mengembangkan Pembangkit Tenaga Nuklir (PLTN) Hal ini disampaikan oleh Dr. Kurtubi kepada Pers, Minggu (17/5).
Menurutnya, meski UAE merupakan negara padang pasir penghasil migas yang relatif besar. Negeri ini sudah dan sedang membangun beberapa unit PLTNuklir kapasitas besar. Hal ini bisa disaksikan pada link You Tube: https://youtu.be/OweyYH47Crg
Pasalnya, pembangkit listrik dari energi fosil, seperti minyak dan gas, disamping amenghasilkan listrik juga menghasilkan emisi CO2 dan pollutants yang relatif cukup besar meski minyak dan gas masih jauh lebih bersih dari batubara.
“PLTN diperlukan untuk melengkapi pembangkit dari energi terbarukan yang umumnya listrik yang dihasilkan tidak bisa stabil 24 jam. PLTSurya dan PLTBayu secara alamiah bersifat intermiten,” jelasnya.
Ia menjelaskan, PLTS di UAE di padang pasir meski sinar mataharinya banyak, ada resiko panelnya tertutup badai pasir selain dimalam hari tidak bisa menghasilkan listrik.
“Hal yang sama juga menjadi sifat alamiah dari PLTBayu yang momot-meco,–kipasnya samasekaki tidak bisa berputar. Sehingga tidak bisa menghasilkan energi listrik pada saat hembusan anginnya hilang,” ujarnya.
Secara teori mestinya kebutuhan listrik UAE bisa sepenuhnya 100% dipenuhi dari SDA dalam negerinya baik yang bersifat non-renewable (migas) maupun yang renewable (matahari dan angin).
“Ternyata negeri kecil yang kaya ini juga memanfaatkan kemajuan teknologi energi nuklir untuk mendapatkan listrik yg bersih, stabil 24 jam, bebas dari emisi karbon dan pollutants yang mengotori udara,” katanya.
Kebijakan Energi UAE ini katanya telah diikuti oleh negara-negara Arab padang pasir lainnya, seperti Saudi Arabia, Mesir dan Urdun.
“Ternyata Turki, negara yang pernah menguasai negara-negara Eropa dan Timur Tengah selama sekitar 600 tahun, juga mengikuti jejak UAE, saat ini Turki sedang membangun PLTN,” ujarnya.
Dibantu Korea
Sebelumnya diberitkana, Uni Emirat Arab (UEA), dengan bantuan dari Korea Electric Power Corp, menyelesaikan pembangunan reaktor nuklir komersial pertama di dunia Arab. Ini merupakan sebuah tonggak dalam upaya UEA yang kaya minyak untuk mengekang ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan mengembangkan sumber energi yang lebih bersih.
Mengutip Bloomberg, Senin (26/3), Unit 1 dari kompleks Barakah berencana untuk mulai memuat bahan bakar pada bulan Mei 2018. Peresmian unit pertama ini dihadiri oleh Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in.
Tidak jelas kapan Unit 1 Barakah akan mulai menghasilkan tenaga. Yang jelas, “Otoritas federal untuk regulasi nuklir UEA atau The Federal Authority for Nuclear Regulation (FANR) akan mengeluarkan lisensi operasi untuk Unit Barakah 1 dan 2 ketika operator memenuhi semua persyaratan peraturan,” kata Christer Viktorsson, Direktur Jenderal FANR, dilansir dari Bloomberg.
Unit 1 Barakah adalah yang unit pertama dari empat pembangkit nuklir yang dibangun UEA. Negara penghasil 6% cadangan minyak dunia ini menargetkan keempatnya sudah beroperasi penuh tahun 2021 mendatang. Menteri Energi UEA, Suhail Al Mazrouei mengatakan pada bulan September 2017 lalu bahwa pihaknya sudah mencanangkan target ambisius ini demi mengurangi ketergantungan UEA pada minyak.
Keempat pembangkit ini diperkirakan menelan biaya US$ 25 miliar dan akan mampu menghasilkan daya 5.600 megawatt atau 5,6 gigawatt.
Chief Executive Officer (CEO) Emirates Nuclear Energy Corp. (ENEC), Mohamed Al Hammadi mengungkapkan, Korea Electric dan ENEC adalah mitra dalam usaha yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan memelihara kompleks empat pembangkit ini.
Pemerintah UEA sendiri berharap empat pembangkit ini akan mampu berkontribusi terhadap 25% kebutuhan listrik UEA. (Web Warouw)