Sabtu, 12 Juli 2025

ISIS: Dari Teror Hingga Serangan Militer Terbuka (Tulisan 1)

Demonstrasi pendukung ISIS di Jakarta beberapa waktu lalu (Ist)

Oleh : Saiful Bahri

Masih banyak orang berusaha menutupi dan abai terhadap keberadaan ISIS di Indonesia. Padahal sudah ada ancaman terhadap Pancasila dan NKRI. Sudah ada demonstrasi terbuka, teror bom sampai pelatihan perang gerilya dan pertempuran bersenjata di Sulawesi Tengah. Pengambilalihan kota Marawi di Filipina Selatan secara tiba-tiba membuka mata setiap orang,–tentang bahaya mengabaikan keberadaannya di Indonesia. Seorang pengamat sosial politik, Syaiful Bahri yang juga mendalami gerakan Islam di Indonesia,– membedah keberadaan ISIS dalam 3 tulisan bersambungnya di akun Facebook-nya (Redaksi)

Istilah “terorisme, radikalisme dan ISIS” telah menjadi kosa kata dan wacana di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagian menganggap terminologi, ideologi dan metode gerakan tersebut berbeda dan tidak saling berhubungan. Sama halnya banyak yang bertanya-tanya, apakah HTI dan organisasi radikal lainnya ada hubungannya dengan ISIS? Sampai hari inipun tidak ada kelompok/organisasi di Indonesia yang terang-terangan menyatakan dirinya bagian dari ISIS. Kalaupun ada mereka hanya mengatakan simpati dengan ideologi dan gerakan yang diusungnya.

Jika menggunakan teori dan analisis politik biasa tentu sampai kapanpun kita tidak bisa memahaminya. Karena pola dan strategi gerakan seperti yang diusung ISIS sudah jauh berbeda dengan pola dan strategi gerakan dan pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok komunis, separatis atau ultra nasionalis,– yang sebagian besar mereka menggunakan metode perang gerilya berbasis pedalaman dan mobilisasi massa di perkotaan.

Namun, dalam beberapa hal tetap ada kesamaan pola dan metode gerakan mereka, seperti, mobilisasi militer, pembentukan kantung-kantung milisi, organisasi mantel terbuka, membentuk organisasi mantel tertutup yang dikenal dengan sel-sel tidur, menciptakan kelompok/organisasi propagandis agar menarik simpati dan dukungan dari rakyat.

Pengetahuan ini sebenarnya bukan barang baru. Dalam dunia militer dan intelijen pun sudah menjadi mata pelajaran mereka. Militer dan intelijen Indonesia dikenal cukup mahir dalam mengunakan metode perang gerilya dan kontra gerilya. Karena sejak 1950-an mereka sudah terlatih menghadapi berbagai macam pemberontakan baik dari kelompok komunis atau kelompok agama seperti DI/TII hingga separatisme.

Bagaimana sebenarnya anatomi gerakan ISIS baik yang di Timur Tengah dan juga negara-negara lainnya, seperti di Filipina? Saya akan jelaskan satu persatu meskipun tidak bisa sekaligus. Agar publik juga tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi dan akan terjadi pada kita semua jika kita tidak menyadari.

Pertanyaan pertama, apakah ISIS ini hanya isapan jempol semata? Atau hanya rekayasa Amerika Serikat dan sekutunya? Ataukah ia bagian dari perdagangan senjata? Ataukah ia memang sebuah gerakan yang nyata? Pertanyaan kedua, apakah ISIS mempunyai ideologi yang akan menciptakan sistem dan tatanan masyarakatnya sendiri? Dan ketiga, bagaimanakah metode perjuangan ISIS untuk mewujudkan ideologi dan negara serta tatanan masyarakat yang dicita-citakannya?

Saya terlebih dahulu ingin menjelaskan pertanyaan ketiga. Karena ini yang paling urgent agar semua orang tahu bagaimana anatomi, metode dan struktur gerakan yang mereka bangun.

Saat ini pola dan gerakan ISIS yang terlihat kasat mata baru dua yaitu melakukan serangan teror dan mobilisasi militer. Oleh karena kedua gerakan ini yang dianggap sebagai metode perjuangan inti mereka maka setiap aksi mereka selalu di bawah langsung bendera ISIS. Di luar cara kerja tersebut ada banyak metode aksi yang mereka lakukan dengan menggunakan bendera lain. Itulah yang disebut organisasi mantel baik terbuka, semi terbuka maupun tertutup. Memang tidak semua anggota dan pimpinan organisasi mantel tahu kalau mereka bagian dari ISIS. Hanya pimpinan sel tertutup saja yang tahu dan memiliki garis komando dengan ISIS.

Serangan teror yang dilancarkan sel tertutup ISIS baik dengan cara bom bunuh diri dan penyerangan secara terbatas ke aparat, sebenarnya bukan metode utama dan terakhir mereka. Aksi teror yang mereka lakukan adalah hanya ingin memperlemah wibawa negara dan militer penguasa serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang berkuasa. Karena jika ISIS ingin merebut kekuasaan dari pemerintahan yang sah dan mendirikan negara, aksi teror bukan jalan utamanya.

Namun, metode perjuangan ISIS yang utama adalah mobilisasi dan serangan militer terbuka, baik dengan operasi secara terbatas dan sporadis maupun dengan  cara ofensif seperti merebut suatu daerah atau kota tertentu. Jadi mereka tetap menggunakan metode klasik seperti revolusi-revolusi bersenjata yang pernah dilancarkan oleh gerakan-gerakan revolusi sebelumnya. Karena hanya dengan serangan militer dan merebut daerah-daerah yang kemudian menjadi daerah kekuasaannya (liberated area),– maka mereka bisa mewujudkan ideologi, tatanan masyarakat yang dicita-citakan dan tatanan hukum, dan membentuk pemerintahan terbatas atau sementara. Sebelum mereka merebut ibu kota sebagai jantung kekuasaan yang akan ditumbangkannya. Pola gerakan militer ISIS yang dilakukan di Timur Tengah dan kemudian terakhir di Marawi Filipina, menunjukan pola yang sama.

Pertanyaannya kemudian, apakah ISIS sebagai sayap/organisasi militer merupakan sekaligus sebagai organisasi pemerintahan/negara yang dicita-citakannya? Jawabannya belum tentu. Pada umumnya jika berkaca pada sebagian besar gerakan revolusi entah itu yang berideologi komunis maupun agama, selalu dipisahkan antara organisasi militer dan pemerintahan yang akan mendirikan negara yang dicita-citakannya. Sekali lagi, tidak mudah memahami pola, strategi dan struktur gerakan mereka.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru