JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menyaksikan penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di Gaza, Palestina, saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Mesir, Senin (13/10/2025).
Forum tingkat tinggi ini mempertemukan sejumlah pemimpin dunia untuk menyaksikan penandatanganan tersebut, yang menandai langkah maju dan penting menuju stabilitas serta perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Prabowo disambut secara langsung oleh Presiden Republik Arab Mesir, Abdel Fattah El-Sisi, setibanya di International Congress Centre.
Keduanya lalu berjabat tangan dan saling bertukar salam hangat sebelum Kepala Negara menuju ruang tunggu utama.
Di ruangan tersebut, Presiden Prabowo bertemu dengan sejumlah pemimpin dunia yang hadir dalam KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh. Sesi foto bersama Setelahnya, Presiden Prabowo bersama para pemimpin negara peserta KTT menuju area sesi foto bersama.
Sebelum foto bersama, setiap pemimpin berfoto berdua dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, selaku Co-Chair dari KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh. Pada momen itu, Prabowo bersalaman dan berbincang hangat dengan Presiden Trump saat sesi foto.
Usai foto dengan Trump, semua pemimpin negara peserta KTT melakukan foto bersama. Prabowo diapit oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Wakil Presiden Uni Emirat Arab (PEA) Syekh Mansour bin Zayed Al Nahyan.
Usai sesi foto, Prabowo bersama para kepala negara lainnya bergerak menuju ruang utama acara penandatanganan dokumen perdamaian. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden El-Sisi, Presiden Republik Turkiye Recep Tayyip Erdogan, dan Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani.
Adapun para pemimpin negara lainnya, termasuk Presiden Prabowo, menyaksikan secara langsung prosesi penandatanganan.
Trump, El-Sisi, Erdogan Teken Deklarasi Gencatan Senjata di Gaza
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut hari Senin (14/10/2025) sebagai “hari besar bagi Timur Tengah” setelah dirinya bersama sejumlah pemimpin kawasan menandatangani deklarasi yang bertujuan mengukuhkan gencatan senjata di Gaza.

Trump menandatangani deklarasi tersebut bersama Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, dan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dalam KTT di Sharm el-Sheikh, Mesir.
Deklarasi itu menjadikan negara-negara itu sebagai penjamin kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang tercapai hanya beberapa jam setelah Israel dan Hamas menyelesaikan pertukaran tawanan dan sandera.
“Ini adalah hari yang luar biasa, bukan hanya bagi Timur Tengah, tapi bagi dunia,” kata Trump dalam pidatonya di hadapan lebih dari 20 kepala negara dan pemerintahan.
“Kita telah mencapai sesuatu yang selama ini dikatakan mustahil: perdamaian di Timur Tengah,” tambahnya, sebagaimana dilansir Reuters.
Pertukaran Tawanan Dan Sandera
Sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian, Hamas pada Senin telah membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup setelah dua tahun ditahan di Gaza.
Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 1.968 tahanan Palestina, termasuk sekitar 250 tahanan keamanan yang telah divonis karena serangan terhadap warga Israel.
Momen ini memicu luapan emosi di berbagai wilayah. Di Tel Aviv, ribuan warga berkumpul dan bersorak sambil menangis ketika kabar pembebasan sandera disiarkan.
Sementara di Ramallah, ribuan warga Palestina menyambut para tahanan yang pulang dengan sorak “Allahu Akbar”.
Di Khan Younis, Gaza Selatan, keluarga para tahanan bahkan memanjat bus-bus Palang Merah untuk memeluk dan mencium kerabat mereka yang akhirnya bebas.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyebut perjanjian Gaza sebagai “penutup bab yang menyakitkan dalam sejarah kemanusiaan” dan membuka jalan menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina.
Menurut data otoritas kesehatan Gaza yang diakui PBB, lebih dari 67.000 orang tewas selama perang dua tahun terakhir. Infrastruktur di wilayah itu hancur parah, dan sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal.
“Perdamaian ini adalah kelahiran baru,” kata Mahdi Ramadan, salah satu tahanan Palestina yang baru dibebaskan, kepada AFP di Ramallah.
Tantangan Setelah Gencatan Senjata
Meski deklarasi ini disambut luas sebagai terobosan bersejarah, sejumlah tantangan masih membayangi. Hamas belum menyatakan kesediaannya untuk melucuti senjata, sementara Israel belum menjanjikan penarikan penuh dari wilayah Gaza.Trump menyatakan optimistis bahwa perjanjian ini akan bertahan.
“Pembicaraan tahap berikutnya sudah dimulai. Kami yakin semua pihak memahami apa yang dipertaruhkan,” ujarnya dalam konferensi pers bersama Presiden Sisi di Sharm el-Sheikh.
Dukungan dari dunia Internasional PBB melalui badan bantuan untuk pengungsi Palestina, UNRWA, menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera diperbolehkan masuk ke Gaza dalam skala besar.
“Inilah saatnya membuka akses penuh untuk bantuan kemanusiaan, termasuk melalui UNRWA,” tulis Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini di platform X.
Trump sendiri sempat bertemu singkat dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di sela-sela konferensi. Baik Israel maupun Hamas tidak mengirimkan delegasi resmi ke pertemuan itu, namun kedua pihak disebut telah menyetujui butir-butir kesepakatan yang ditandatangani para pemimpin kawasan.
Dengan deklarasi ini, harapan baru bagi perdamaian Timur Tengah kembali mencuat, meski jalan menuju rekonsiliasi penuh antara Israel dan Palestina dinilai masih panjang dan berliku. (Web Warouw)