JAKARTA – Selain berusaha mencegah penyebaran COVID-19, otoritas kesehatan Taiwan juga harus fokus pada kesehatan mental masyarakatnya.
Otoritas kesehatan Taiwan mulai mencanangkan pengembangan kesehatan mental dalam penanganan COVID-19 setelah menemui laporan bahwa lebih dari separuh warga Taiwan mengaku stres, bahkan di antaranya bunuh diri.
Masalah utama masyarakat Taiwan saat ini adalah masalah stres dan meningkatnya angka bunuh diri.
Dilansir lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com dari Kantor Berita CNA, dijelaskan bahwa otoritas kesehatan Taiwan telah melakukan survei kepada seluruh masyarakat Taiwan.
Dalam survei tersebut, dijelaskan bahwa lebih dari separuh responden mengaku stres dengan pandemi COVID-19.
Rata-rata mereka mengaku terdampak secara emosional, terutama setelah perkembangan COVID-19 yang tidak kunjung menemui titik terang.
Selain itu, dijelaskan bahwa lebih dari sepertiga responden mengalami penurunan pendapatan dan harus membayar banyak tagihan.
Sepertiga lainnya mengaku bahwa mereka stres karena tidak bisa segera merencanakan perekonomiannya.
Fakta tersebut menjadi perhatian serius otoritas kesehatan Taiwan, karena dalam mencegah COVID-19 tidak mungkin mengesampingkan kesehatan mental warga.
Apalagi dilaporkan ada lebih dari 40.432 kasus percobaan bunuh diri di Taiwan selama pandemi COVID-19.
Tahun kemarin, setidaknya ada 3.646 warga Taiwan yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, dan alasan utamanya karena pandemi COVID-19 yang tak kunjung berakhir.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Pandemi di Taiwan kali ini tidak hanya ditangani dengan sistem kesehatan fisik, namun juga sistem pelayanan kesehatan mental.
Lee Min Bing selaku Kepala Bidang Pencegahan Bunuh Diri Taiwan menjelaskan bahwasanya semua orang harus menjadi benteng bagi orang lain yang ingin bunuh diri.
Lee menyarankan bahwasanya harus dilakukan penangangan secara profesional untuk menyadarkan masyarakat dari keinginan bunuh diri tersebut. (Enrico N. Abdielli)