Beberapa negara telah setuju untuk beralih ke pembayaran seperti itu, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak di saluran TV Rossiya 24 seperti diberitakan Ria Novosti.
Dia mencatat bahwa sekarang konsumen Eropa sedang mempelajari masalah membayar gas dalam rubel.
“Kami mendengar pernyataan yang berbeda, ada yang sudah setuju dengan pendekatan ini, ada negara yang sedang belajar. Tapi saya yakin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan cara yang telah ditentukan presiden, seperti yang ditentukan oleh keputusan dan keputusan. prosedur yang akan ditetapkan pemerintah,” kata Novak.
Kepada Bergelor.con di Jakarta dikaporkan, menurut Wakil Perdana Menteri, perintah seperti itu akan diadopsi dalam waktu dekat.
Dia juga menambahkan bahwa retorika negara-negara Barat tentang masalah ini sedang berubah, dan menyatakan harapan bahwa semua negara yang tidak bersahabat akan beralih ke mekanisme pembayaran baru.
Setelah dimulainya operasi khusus militer Rusia untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, Barat meningkatkan tekanan sanksi terhadap Moskow.
Langkah-langkah pembatasan diarahkan terutama terhadap sektor perbankan dan pasokan produk-produk teknologi tinggi.
Banyak negara telah mengumumkan pembekuan aset Rusia, dan seruan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi Rusia semakin keras di Eropa.
Sebagai tanggapan , Rusia membatasi penarikan modal dan penjualan sekuritas Rusia oleh rekanan asing.
Selain itu, Presiden Vladimir Putin menandatangani dekrit tentang transisi ke rubel dalam pembayaran gas untuk negara-negara yang tidak bersahabat.
Prosedur penyelesaian menetapkan bahwa Gazprombank akan membuka rekening mata uang dan rubel khusus untuk pembeli asing.
Pembeli akan dapat mentransfer mata uang yang ditentukan dalam kontrak pasokan gas ke akun pertama, bank akan menjualnya di Bursa Moskow, setelah itu akan membayar pemasok.
Kesiapan untuk beralih ke pemukiman dalam rubel diumumkan, khususnya, oleh Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban.
Seperti yang dijelaskan Putin, jika negara-negara yang tidak bersahabat tidak membayar gas dalam rubel, Rusia akan menganggap ini sebagai default pada kontrak. (Calvin G. Eben-Haezer)