JAKARTA- Wanti-wanti Presiden Joko Widodo tentang bahaya politik Genderuwo yang selalu menakut-nakuti rakyat berhasil memancing para politisi baper (kebawa perasaan) semakin gencar manakut-nakuti rakyat. Padahal dalam kebudayaan mistis Jawa, sebenarnya oknum genderuwo selalu disebutkan doyan melakukan penculikan. Hal ini ditegaskan oleh Marjono, Ketua Relawan JOGJAKARTA UNTUK JOKOWI (JOJO) kepada Bergelora.com saat berkunjung ke Jakarta, Jumat (16/11) dalam rangka konsolidasi dengan berbagai kelompok relawan lainnya.
“Semua orang Jawa sejak kecil sudah sering diwanti-wanti akan bahaya Genderuwo. Karena doyan nyulik. Yang diculik dari anak-anak sampai orang dewasa,” demikian Marjono menjawab para politisi yang tersinggung pada pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Menurutnya kalau para politisi Genderuwo berkuasa di Indonesia maka Menurut aktifis Gelanggang Bulak Sumur, Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada bangsa dan rakyat Indonesia ini.
“Wah, bisa-bisa kejadian nyata jaman Orde Baru bisa berulang. Karena baper, maka para politisi Genderuwo gak bisa menerima perbedaan apalagi kritik. Kan rakyat udah pernah ngalaminya dulu,” katanya.
Menurutnya, cukup sudah pengalaman 33 tahun sejak 1965 dibawah politik otoriter orde baru yang memakan banyak korban penjara, mati sampai penghilangan paksa jangan sampai terulang lagi dimasa depan pada generasi berikut.
“China sudah bikin mobil terbang, ekonomi global sudah digital, sementara rakyat Indonesia hidup kembali dibawah ketakutan. Masak rakyat memilih para politisi Genderuwo tukang culik? Jangan lagi politisi-politisi Genderuwo berkuasa memakan anak cucu kita dimasa depan,” tegasnya.
Menurutnya saat ini Indonesia membutuhkan Presiden Joko Widodo untuk memimpin kembali negeri ini bersama Wakil Presiden KH Ma’aruf Amin. Agar pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat lebih cepat tercapainya.
“Biarkan pak Jokowi bersama pak Kyai Ma’aruf menyelesaikan semua kerja pembangunan dan pelayanan publik yang semakin merata dan semakin lebih baik. Kita ingin merasakan Indonesia bisa cepat sejajar berdaulat dan sejahterah di tengah bangsa-bangsa lain,” ujarnya.
Stop Politik Genderuwo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para politisi mengakhir cara-cara politik genderuwo, yaitu cara-cara berpolitik dengan propaganda, menakut-nakuti, menimbulkan kekhawatiran. Selanjutnya yang kedua, ketidakpastian; kemudian yang terakhir, menjadi keragu-raguan masyarakat.
“Ini cara-cara politik seperti ini jangan diterus-teruskan lah, sudah. Setop! Setop!” seru Presiden Jokowi saat ditanya wartawan usai meresmikan Jalan Tol Pejagan – Pemalang seksi 3 dan 4 Brebes Timur – Sewaka dan Jalan Tol Pemalang – Batang segmen Sewaka – Simpang Susun Pemalang, di Gerbang Tol Tegal Timur, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11) siang.
Presiden berharap politik yang dikembangkan adalah politik yang penuh dengan kegembiraan, sehingga demokrasi kita juga betul-betul pesta demokrasi.
“Yang namanya pesta itu misalnya dengan penuh kegembiraan, penuh dengan kesenangan, masyarakat dengan kematangan politiknya memberikan suara/memilih dengan jernih dan rasional. Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu,” tutur Presiden.
Oleh sebab itu, Presiden Jokowi mengajak masyarakat untuk hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, sebelumnya pada acara penyerahan 3.000 sertifikat tanah untuk warga Tegal dan sekitarnya, di GOR Tri Sanja, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11) pagi, Presiden Jokowi menyinggung perilaku para politisi yang pandai mempengaruhi, yang tidak pakai etika politik yang baik, tidak pakai sopan santun politik yang baik.
“Mereka melakukan politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, membuat kekhawatiran, propaganda ketakutan,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada penyerahan 3.000 sertifikat tanah untuk warga Tegal dan sekitarnya, di GOR Tri Sanja, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11) pagi.
Setelah masyarakat takut, menurut Presiden, para politikus itu membuat sebuah ketidakpastian sehingga masyarakat mempertanyakan kebenarannya. Dan yang ketiga, masyarakat menjadi ragu-ragu.
“Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika, membuat ketakutan. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti, politik genderuwo,” ungkap Kepala Negara. (Web Warouw)