Jumat, 4 Juli 2025

Jogja Menolak Diam Pada Intoleransi

Aksi lilin perdamaian dan Kebhinnekaan di Tugu Yogyakarta Rabu (10/5) (Ist)

Oleh: Retno Agustin

Sudah seminggu rakyat merespon terhadap gerakan intoleransi dan pengadilan pada Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang dilanjutkan penahanan dirinya. Dari Aksi Bunga dan Balon. Sekarang Aksi lilin diberbagai kota hampir diseluruh Indonesia. Bahkan di Eropa dan Amerika aksi lilin pun dilakukan sebagai tanda protes pada intoleransi dan penahanan Ahok. Bergelora.com menurunkan tulisan salah seorang peserta aksi di Jogja (Redaksi)

 

Jogja yang sejak 2008 mengalami peningkatan kejadian intoleransi dan menjadi kota ke-2 dengan kejadian intoleransi tertinggi di Indonesia (penelitian Wahid institute 2015) kini telah mulai berani untuk “menantang” para pengancam.

Bukan mengancam balik dengan pentungan seperti waktu mereka membubarkan diskusi di kampus-kampus (kejadian di UGM 2012, LKIS 2012 dan UIN tahun 2015 dan beberapa kejadian lainnya), namun melawan dengan terus bersuara.

Kami hidupi diskusi, mimbar akademik dan gelorakan aksi masa yang damai dan santun. Dalam ancaman apapun kami akan terus melanjutkan nilai-nilai demokrasi dan cinta NKRI, kami tidak takut.

Aksi singkat ini setidaknya menunjukkan Jogja menolak diam atas rangkaian intimidasi dari kelompok ekstrimis terhadap suara-suara kelompok yang menghargai pluralisme. Ditengah duka dan koyaknya rasa ketidakadilan karena vonis yang dijatuhkan pada Ahok, setidaknya menjadi nyala keberanian untuk orang-orang untuk kembali bersuara “kami tidak takut”.

Masa aksi hari ini cukup mengejutkan. Telah lama jogja tak semeriah ini. Ada beberapa ‘veteran’ namun lebih banyak orang-orang baru,–anak-anak muda, masyarakat kebanyakan.

Saya apresiasi korlap yang sigap berkoordinasi dengan Polda, dan saya juga mengapresiasi polisi yang sigap menjaga aksi hari ini. Sungguh saya terharu, agak langka kejadian begini.

Aksi berlangsung cepat, 20-30 menit. Nyalakan lilin, baca sikap dan menyanyi lagu kebangsaan. Setelahnya korlap membubarkan massa dan meminta massa pulang. Kami sampai meminta mereka untuk lekas bergeser ke tepi untuk menghormati pengguna jalan.

Beberapa kecewa karena aksi sangat cepat, namun kami yang biasa di jalan tahu ada bahaya mengintai, ancaman dari ekstrimis telah beredar-sekecil apapun pasti mereka telah berada di sekitar kami. Kami tetap meminta masa menepi sekaligus meminta mereka menyiapkan untuk aksi selanjutnya.

Dan benar tak lama ada bunyi “dhuar” dari arah barat-provokasi. Massa berlarian ketepi. Beberapa terkejut, “masak sih sampai begini?” Saya tak menyukai teror begini, namun teror justru akan jadi minyak yang menjaga bara kami.

Saya meninggalkan lokasi jam 20.45. Kembali terdengar lagu-lagu kebangsaan dari pojok selatan tugu. Korlap tak mengenal mereka, rata-rata anak muda, kemungkinan mahasiswa yang datang terlambat. Aksi hari ini memang sangat tepat waktu dan singkat. Biarlah yang terlambat melanjutkan bersuara. Sambil berlalu saya melihat massa kembali berkerumun, satu mobil polisi meninggalkan lokasi, hampir jam 9 malam. Semoga sisa massa aksi selamat hingga tiba di rumah.

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru