PALEMBANG- Hampir 2 minggu sudah bencana kabut asap menyelimuti langit Sumatera Selatan. Palembang yang menjadi pusat ibukota Provinsi semakin pekat Hal yang sama juga terjadi pada beberapa Kabupaten seperti Banyuasi, Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir serta beberapa daerah lainya. Demikian laporan Sekretaris Partai Rakyat Demokratik (PRD) Sumatra Selatan Fuad Kurniawan kepada Bergelora.com di Palembang, Kamis (16/10).
“Soal kabut asap ini bukan hanya soal bencana semata namun ada latar belakang yang harus dibedah bahwa ekspansi modal atau investasi juga menjadi bagian yang tak terpisahkan. 2013 lalu dana investasi asing yang masuk ke Sumsel mencapai Rp 7,6 Triliun yang meliputi Investasi di bidang perkebunan, Sumber Daya Alam dan pertanian,” jelasnya.
Menurutnya Sumatra Selatan sendiri juga menjadi bagian dalam menjalankan konsep ekonomi hijau ini. konsep ekonomi hijau ini sudah diadopsi dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia). Dan sudah menjadi bagian dari pelaksanaan REDD (Reducing Emissions through Deforestation and Forest Degradation/Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan).
“Namun ini hanya dalih kapitalisme semata untuk menutupi kebusukan mereka soal lingkungan,” ujarnya
Saat ini saja di Sumatra Selatan luasan perkebunan sawit, karet dan HTI adalah 2,3 juta hektar. Perusahaan perkebunan ini menyebar dari wilayah pergunungan hingga lahan rawa gambut, sebanyak 283 perusahaan di Sumatera Selatan.
“Kita mesti sadar bahwa kegiatan investasi yang bermuara pada pengerukan kekayaan alam dengan serakah dan mengejar untung yang sebesar besarnya untuk kepentingan pribadi tidak akan pernah meninggalkan sisi baik kepada rakyat yang daerahnya dieksplorasi,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa rakyat sesungguhnya membutuhkan sebuah sistim yang menjamin keadilan untuk bisa berproduksi dan meningkatkan kesejahteraan.
“Kita tak butuh kerakusan berjubah ‘ekonomi hijau’. Yang dibutuhkan, seperti yang dicita-citakan pendiri bangsa, sebuah sistem ekonomi yang menciptakan sebesar-besarnya kemakmuran bagi seluruh rakyat. Sebuah sistem ekonomi, yang berbasiskan kolektifisme dan solidaritas,” tegasnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel mengatakan bahwa kandungan karbon di kabut asap Sumatra Selatan sudah sangat berbahaya. Dari pantauan kualitas udara (PM10), kandungan kabut asap sudah mencapai 480mg/m3, sedangkan batas normal 150 mg/m3. Bahkan pada hari Minggu kemarin, sudah meningkat diatas 1000 mg/m3 lebih dan ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Dinas Kesehatan Sumatra Selatan menjelaskan bahwa akibat kabut asap saat ini kasus ISPA terus mengalami peningkatan. Namun ini masih tergolong rendah dibanding yang dicapai pada tahun lalu di waktu yang sama. Tercatat pada September 2014 mencapai 44 kasus dari 10 ribu jiwa. Angka tersebut masih di bawah tahun sebelumnya pada waktu yang sama.
Kabut asap di Provinsi Sumatera Selatan, memicu terjadinya sejumlah kecelakaan kendaraan yang menelan korban tewas di jalan lintas provinsi dalam Kabupaten Musirawas. (Mohammad Nasrul)