JAKARTA- Aksi penyerobotan wilayah Indonesia oleh Malaysia di Tanjung Dato sempat membuat Indonesia bertindak tegas beberapa waktu lalu. Pada langkah awal TNI AL mengerahkan satu kapal perang kelas korvet, KRI 877 Sutedi Senoputro.
Kapal dengan meriam dan torpedo ini juga mengangkut tim Hidro Oceanografi untuk melakukan survei dilokasi Beacon. TNI AL juga mengirim pesawat intai amfibi Casa U621 bertugas memonitor lokasi. Sebelum upaya ini TNI telah mengirim tim kecil yang mengunakan cover sebagai nelayan dan wartawan untuk lebih mengetahui lebih detail pembangunan Beacon ini.
Berikutnya, TNI AL mengerahkan 3 unit kapal perang dan berusaha mendekat ke lokasi pembangunan mercusuar ini. Upaya TNI ini membuat Kru pembanguan mercusuar dan kapal perang Malaysia yang bertugas mengawal pembangunan itu, lari tunggang langgang. Ini dilihat dari kepulan asap hitam yang keluar dari kapal perang Malaysia yang menandakan mereka pergi dengan buru-buru dan memacu kecepatan kapal sekencang mungkin.
Yang menjadi pertanyaan mengapa kapal perang Malaysia terkesan kabur saat didekati oleh kapal perang Indonesia? bukankah dulu mereka menampilkan sikap arogansi saat konflik Karang Unarang (Ambalat) yang membuat harga diri bangsa kita benar-benar dipandang sebelah mata oleh Malaysia.
Menurut kabar dari sana, ternyata kapten kapal Malaysia Fauzi mengidentifikasi ada beberapa kekuatan bawah laut dari pihak TNI AL yang ternyata diam-diam telah mengepung mereka. Bahkan kontak dari kapten kapal kepada petinggi TLDM ternyata sia-sia karena kekuatan tidak terlihat dari pihak Indonesia telah mengintercept komunikasi mereka.
Instalasi Militer
Untuk apa Beacon ini mereka buat? tentu saja banyak yang bisa didapat oleh Malaysia jika berhasil memasang peralatan di wilayah ini, salah satunya sebagai bukti pendukung jika suatu saat Malaysia kembali mengajukan masalah ini ke Mahkamah Internasional.
“Namun, ternyata itu bukan Beacon sembarangan, pembangunan rig ini bukan murni untuk dudukan Mercusuar, tetapi akan digunakan untuk kepentingan TLDM, dimana di rig ini nantinya akan diinstall berbagai Alutsista seperti rudal yang sudah mereka pesan dari Rusia dan radar yang sudah mereka pesan dari Perancis.
Kapten Kapal Malaysia Fauzi menerangkan bahwa pembangunan Beacon ini atas perintah Kerajaan dan jika sudah selesai membangun di Tanjung Dato pemerintah Malaysia berencana akan membangun 6 unit yang sama dan 1 unit diperairan Sebatik. Demikian kata salah seorang penjaga Suar Tanjung Dato berinisialBS dari Diperla Wilayah III/Ptk yang didampingi oleh Satgas Pamtas Yonif 143/TWEJ berinisial SG.
Dukungan Obama
Keberanian Malaysia ini tidak bisa lepas dari kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama ke Malaysia beberapa saat yang lalu. Malaysia meyakini Obama telah memberikan komitmen bantuan militer yang membuat Malaysia merasa lebih percaya diri ditengah-tengah keterpurukan ekonomi Malaysia.
Keterpurukan ekonomi ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan Malaysia untuk memoderenisasi Alutsistanya. Mungkin dalam benak para petinggi militer Malaysia, daripada harus membeli banyak kapal perang, tentunya lebih irit bila membuat rig ini sebagai pengganti kapal perang, toh tiap rig ini nantinya akan diinstall berbagai peralatan militer yang bisa dibilang secanggih kapal perang TLDM.
Untuk itu, Anggota Komisi I DPR, RI, Evita Nursanty kepada Bergelora.com di Jakarta, Kamis (3/7) menegaskan agar Malaysia menghentikan berbagai penyerobotan wilayah Indonesia baik di daratan maupun di laut.
“Semua yang terkait dengan peralatan atau bahan-bahan dari Malaysia harus diangkat dariperairan Tanjung Dato. Kedua, Malaysia jangan lagi mengulangi,” tegasnya.
Menurutnya kekuatan pertahanan TNI harus proaktif memantau atau mengawasi di lapangan.
“TNI kita perlu segera membangun pos disana, setidaknya di lokasi yang tidak terlalu jauh dari sana. Dan sekali lagi, Malaysia harus angkat kaki dari lokasi itu, karena itu bukan wilayah sengketa tapi wilayah Indonesia. Itu tidak bisa ditawar-tawar,” tegasnya. (Web Warouw)